Selasa, 15 Mei 2018

Terorisme dan Rancangan Besar "The New World Order"


Iki serius. Sementara ojok pringisan disik. Indonesia sedang berduka.
Sebenarnya hebat kalau ada orang yang berani mati demi ideologi yang dia yakini. Itu level iman yang luar biasa. Sayangnya dalam menjalankan misinya itu menyakiti orang lain yang kontradiksi dengan apa yang diajarkan agamanya. Memerangi orang yang salah, di tempat yang salah. Akhirnya jadi gagal hebat. Malah mencoreng nama baik agamanya.
Oke, para teroris itu beragama Islam, tapi muslim gagal. Islam itu berarti selamat, damai. Pemeluknya disebut muslim yang artinya orang menyelamatkan sesama muslim maupun non muslim. Jadi muslim harusnya menjamin keselamatan orang di lingkungannya. Keselamatan di tiga wilayah : nyawanya, hartanya dan martabatnya. Bagaimana hartanya nggak kecurian, nyawanya tidak terancam dan martabatnya tidak dilecehkan.
Teroris ini terbentuk akarnya karena dendam lama. Salah satunya adalah penaklukan Spanyol (Andalusia) oleh Tentara Kristen saat Perang Salib. Saat itu (1 April 1487 (April Mop)) ribuan umat muslim dibantai (pembersihan etnik) oleh penguasa Kristen bla bla bla bla.
Disamping dendam lama, juga karena solidaritas yang melampaui batas. Bagus kalau sesama muslim tidak terima akan perlakuan semena-mena negara adikuasa pada warga muslim lainnya di seluruh dunia. Tapi salah kalau membalasnya dengan membabibuta, ngebom tempat ibadah dan membunuh warga sipil yang tak tahu apa-apa.
Ketidakadilan sudah berlangsung lama. Bagaimana sikap Amrik saat terjadi pembantaian muslim Bosnia. Juga ketika muslim Rohingya dibantai Aktivis Budha Radikal, Amrik tidak bergeming. Karena di sana tidak ada minyaknya. Tapi ketika Ukraina akan diusik Rusia, Amrik dan sekutunya mengancam balik. Karena di Ukraina banyak ladang minyak.
Jadi, teroris (Islam ekstrim) juga tumbuh karena ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Amrik dan sekutunya dalam memerangi Islam yang mereka anggap agama teroris di negara-negara Islam (Arab). "War On Terror" yang dilancarkan oleh Amrik dan sekutunya itu sebenarnya "War On Islam" yang tujuannya menghancurkan negara Islam sekaligus mencitrakan Islam sebagai agama teroris.
Perang yang terjadi di Timur Tengah sekarang adalah hasil dari fitnah dan adu domba yang dibuat oleh mereka. Suriah yang dulunya negeri swejuk, sekarang jadi neraka. Hilarry Clinton sendiri bilang bahwa Amrik memanfaatkan (mendanai) ISIS untuk memuluskan misi tersebut.
Dengan mengkadali negara-negara Timur Tengah itulah Amrik bisa kaya. Kerja mereka adalah mengadu domba. Setelah terjadi perang, mereka datang berdalih sebagai penengah padahal ngincer minyaknya. Dan Indonesia adalah target berikutnya. Karena negara kita adalah the promised land. Negara dengan kekayaan alam luar biasa.
Bisa jadi kasus teroris yang terjadi sekarang adalah bagian dari grand design mereka. Fitnah dan adu domba tanpa henti. Muslim dengan muslim, muslim dengan kristen, dan seterusnya.
Kalau kita benci dan Anti-Amrik, itu bukan berarti anti bangsa Amrik, tapi anti pada sistem pemerintahannya. Belajarlah pada Jerry D Gray, mantan tentara Amrik yang mualaf ini paham trik busuk Amrik.
Menurut Jerry, tidak ada demokrasi di Amrik. Orang Amrik sebenarnya menolak perang Irak, karena itu cuman akal-akalan Amrik untuk menguasai minyak. Jerry tidak mau pulang lagi ke Amrik (resmi menjadi warga Indonesia) dan dia menolak membayar pajak. Karena pajak yang dibayarkan larinya ke Israel yang mencanangkan "The New World Order" (dunia dengan satu agama dan satu pemerintahan dengan Israel sebagai pusat pemerintahannya).
Mas Yudi sudah menguasai Amrik. Di pemerintah, parlemen, pasar saham dan banyak lagi. Bangsa Amrik sendiri sebenarnya adalah korban utama konspirasi yang dilancarkan Mas Yudi. Tapi ojok ngomong sopo-sopo, akun fesbukku bisa di-banned.
'Teroris', 'radikal' itu istilah kita, sebenarnya mereka adalah Jihadis. Disebut teroris karena menyerang orang yang salah di tempat yang salah dengan cara yang salah. Jangan dipikir teroris cuman hanya ada di Islam. Semua agama punya sejarah teroris. Bacalah sejarah. Suatu agama yang 'ditindas' terlalu lama oleh penguasa yang sentimen pada agama tertentu akan melahirkan bibit teroris.
Selama Amrik dan sekutunya terus ngobrak-ngabrik (semena-mena) negara-negara Islam, teroris tetap akan ada. Waspadalah. Banser atau aparat lebih digiatkan lagi menjaga gereja. Nggak cuman sesaat setelah dibom dijaga ketat oleh aparat bersenjata lengkap. Itu konyol. Yang dijaga aparat harusnya gereja yang belum dibom. Gereja yang sudah dibom nggak akan dibom lagi untuk waktu yang lama.
Rodok wedi aku nulis iki, takut dikira pro teroris. Tentu saja aku Anti-Teroris. Islam bukan agama pendendam dan tidak mengajarkan pembunuhan pada orang sipil yang lemah. Kalau mau berperang, berperanglah dengan jantan di medan perang. Atau lakukan dengan se-fair mungkin.
Bagiku, berani mati itu hebat, tapi lebih hebat lagi kalau berani hidup. Menghidupi anak istri dengan cara yang halal. Tapi yang terpenting sekarang adalah jangan percaya begitu saja tulisan ini!
- Robbi Gandamana -

Selasa, 08 Mei 2018

Cinta Segitiga


Ngene rek. Ketika Prabowo bersujud di makam Bung Karno kemarin, banyak orang yang nyindir (terutama Jokower). Menganggapnya sebagai perbuatan syirik (menyembah Bung karno).
Oala, bersujud di kuburan kok langsung dicap Musyrik (pelaku syirik). Syirik itu peristiwa sederhana---> bila di dalam hati kita ada Tuhan selain Allah. Itu saja. Makanya aku nggak percaya Tuhan......selain Allah.
Sujudnya Prabowo tentu saja belum tentu sama dengan sujud saat menyembah Allah (sholat). Semua tergantung konsep dan niat di dalam hati.  Husnudzon saja, sujud Prabowo itu bentuk refleksi dari kecintaannya pada Bung Karno. Dan bukan pencitraan---Setiap ada pemimpin berbuat baik kok selalu dituduh pencitraan, utekmu burek---
Jadi silahkan saja sujud, koprol atau gulung-gulung di kuburan, selama hatimu bertauhid.  
Sebenarnya yang masalah itu bukan sujudnya Prabowo, tapi pendukungnya yang kebanyakan Islam konservatif (kolot), menolak ziarah kubur. Menurut mereka ziarah kubur itu syirik. Jika Prabowo sering-sering ziarah kubur, pendukungnya yang kolot akan ngambek.
Sisi positifnya, Prabowo tidak seperti Aung San Suu Kyi yang menyelamatkan karir politiknya dengan  tidak perduli nasib Muslim Ronghiya yang teraniaya oleh militer Myanmar dan Aktivis Budha Radikal yang merupakan pendukung  Suu Kyi.
Islam zaman sekarang itu repot, hal yang bisa mengingatkan pada sesuatu yang mulia malah dihilangkan, disyirik-syirikan. Ziarah kubur yang membuat orang ingat mati dicap Musyrik. Maulid Nabi yang menjadi sarana pengingat teladan dan kemuliaan Rasulullah dibid'ahkan. Mengucapkan Hari Ibu diharamkan. Ya'opo se rek.
Ziarah kubur itu bagian dari konsep "Cinta Segitiga" dalam Islam.
Bagiku Wali Songo, Ulama, atau apa pun sebutannya yang berjuang untuk dan demi Islam itu adalah kekasih Allah. Walaupun kekasih yang 'resmi'  itu Rasulullah. Nabi Muhammad dijamin surga, tapi kita masih diperintah mendoakan beliau. Karena Muhammad SAW itu kekasih Allah. Kita berdoa nangis gulung-gulung pada Allah akan sia-sia kalau kita tidak mencintai kekasihNya.
Kalau ada orang yang ziarah kubur minta nomer togel atau minta yang lain, intinya meminta pada yang mati, itu jelas salah dan goblok. Itu oknum, nggak semua peziarah seperti itu. Dimana-mana ada oknum. Shalat di masjid pun ada oknumnya : maling sandal. Untungnya di masjid tidak ada piano. Lha wong sandal saja hilang, apalagi piano.
Islam kolot (baca : Wahabi) tidak mengenal konsep "Cinta Segitiga". 90% lebih situs-situs sejarah yang berhubungan dengan Nabi Muhammad di Mekkah dihancurkan. Di atasnya dibangun gedung-gedung pencakar langit yang nggak kalah dengan gedung-gedung megah di New York. Berhala-berhala modern itu dengan angkuh mengangkangi Ka'bah.
Seharusnya Arab Saudi menjaga keaslian situs-situs sejarah perjalanan Nabi. Disamping karena cinta pada Nabi, juga sebagai bukti autentik kisah Nabi dalam mengenalkan dan memperjuangkan Islam. ("Swemprul, omonganmu koyok ustadz ae Ndes!").
Ingat azas kepantasan. Rasulullah mengajarkan kesederhanaan, tapi umat sekaligus bangsanya sangat mencintai kemewahan. Aku nggak pernah ke Mekkah, tapi dari yang kulihat dan kubaca, Mekkah sudah kayak Gotham City.  
Kembali ke soal Prabowo sujud di kuburan.
Mereka yang membesar-besarkan kelakuan Prabowo (sujud di kuburan), itu karena belum tahu ilmunya. Aku sendiri juga baru tahu. Makanya sebelum mengomentari kelakuan orang, belajar dulu biar nggak wagu. Ojok nggambleh ae. Jangan menghakimi orang hanya berdasar pada apa yang tampak mata. Karena kita tidak pernah tahu niat yang ada di dalam hati.
Ini saja nggedabrus kali ini. Oh ya, aku bukan pendukung Prabowo (juga Jokowi). Fuck politic!
- Robbi Gandamana -

Jumat, 04 Mei 2018

Kesurupan Politik



Kalau mendukung ya mendukung saja, nggak usah berlebihan. Ndukung Capres kayak mendukung Tuhan. Tuhan diajak kampanye. Kampanye pakai dalil. Yang beda dengan pilihannya ditakut-takuti neraka. Tuhan dicitrakan sebagai monster yang kejam tanpa ampun. Memangnya Tuhan itu T-Rex?
Kalau berpolitik membuat 'kesurupan', mending nggak usah politik-politikan. Tentu saja ini konteksnya politik yang terjadi di Endonesyah sekarang , bukan politik dalam pengertian yang luas (nggak usah dijelaskan harusnya paham).
Gara-gara politik, rakyat jadi nggak rukun. Menurut Gus Mus, Itu terjadi karena mereka nggak pakai kacamata manusia. Yang dipakai kacamata parpol, kacamata agama, kacamata Ormas dan kacamata-kacamata yang lain. Jadi kalau lihat orang lain yang beda dengan agamanya, Ormasnya, partainya, Capresnya, pasti tidak dipandang sebagai manusia. Pilihannya beda dikafir-kafirkan.
Cak Nun juga bilang, "Orang Endonesyah sekarang tidak berpikir Endonesyah". Kalau sudah bikin partai, di otaknya hanya ada partainya. Padahal partai itu cuman alat (kendaraan), tujuannya untuk Endonesyah yang lebih baik. Sekarang ini Partai Biru hobinya menyerang Partai Merah, begitu juga sebaliknya. Partai Merah tepuk tangan kalau Partai Biru hancur, begitu sebaliknya. Sama-sama Endonesyah tapi saling menghancurkan. Remuk.
Di tahun politik ini, para badut politik bermunculan dimana-mana. Kerjanya bikin heboh, gaduh, untuk menarik perhatian. Bikin panas suasana. Pecahkan saja gelasnya biar ramai! Biar mengaduh sampai gaduh! Atau aku harus lari ke hutan. Belok ke pantai? Ndasmu. Malah mblakrak nang film "Ada Apa dengan Trisno".
Di Medsos pun demikian. Para badut adu opini politik dengan sesama badut. Nggak cuman badut, di Medsos juga ada topeng monyet, jatilan, wong gendeng, lengkap. Aku mungkin juga termasuk badut Medsos. Tapi sori aku apolitis. Aku penonton, menggelar tikar jikalau para badut tawur membela junjungan politiknya. Kadang juga jadi kompor seperti sekarang ini. Jarno ae.
Ngomong soal badut, aku ini termasuk badut veteran (tapi tidak buka Jasa Badut Ultah). Di zaman kuliah juga sempat jadi badut. Artis kampus taek. Bergaya musisi, padahal gak paham musik. Sekarang juga begitu. Nulis opini gayane koyok pakar. Padahal asline ndlahom. Di umur 50 tahun nanti aku pasti malu membaca tulisan-tulisanku, "Kemeruh!", "Sok yes!". Tapi aku nggak ngurus, ini masaku, aku menikmatinya. Badut pasti berlalu.
Balik ke soal dukung mendukung.
Aku nggak paham dengan jenis orang yang melaknat orang lain hanya karena beda pilihan. Begitu rileksnya memposisikan dirinya malaikat. Sedangkan yang beda dengan pilihannya adalah setan. Sampai nggak sudi menguburkan kalau mati nanti.
Kupikir, bangkai, mayat atau jenazah itu tanggung jawab orang yang hidup (untuk menguburnya). Nggak perduli itu mayat anjing, babi, penjahat, koruptor, pemerkosa, pembunuh atau bajingan yang paling laknat sekalipun. Urusan dosa si mayat biar Tuhan yang ngurus.
Mayat itu masalahnya orang yang hidup, bukan masalahnya orang yang mati. Mau dikubur atau tidak, si mayat nggak bakalan protes. Mayat akan jadi masalah kalau nggak ada yang ngubur. Sudah bau, juga pasti akan jadi penyakit. Tapi kalau manusia beradab, bakalan nggak tega lihat mayat ditelantarkan begitu saja.
Aku yakin, kamu juga nggak bakalan bisa terus terang jika ditanya perihal tetanggamu yang mbeling di acara pemakamannya, "Saudara-saudara, apakah Gendu (yang meninggal) ini orang baik?" Jawabanmu pasti, "Iya, orang baik!" atau minimal diam. Nggak mungkin kamu njawab, "Dia buto terong bajingan!"
Cukup sekian nggedabrus kali ini.
- Robbi Gandamana -