Jumat, 25 September 2020

The Power of Badokan


Kali ini aku rai gedek ikut lomba nggambar (ndesain), babah wis. Biasane males melok ---> wis tuwek (Sakjane yo gak tuwek, cuman umure wis akeh. I'm still very young). Orang yang sudah berumur itu canggung kalau ikut lomba. Kalah menang pasti ada komentar miring. Kalau menang : "wajarlah menang, wis tuwek." Tapi kalau kalah : "Tuwek kok kalah karo arek enom, mblendesss." Itu salah satu alasannya. Alasan lainnya, aku agak nggak percaya dengan juri Endonesyah (dalam hal gambar menggambar). Sori yo ojok tersinggung. Terutama juri generasi tua. Kebanyakan juri jompo itu sok akademis. Karya yang menang nggak museumable, nggak bagus dipajang di museum. Idenya memang bagus, tapi gambarnya payah, tidak "bernyawa". Yang kulihat hanya ide, tapi karya seninya gersang. Itu yang membuatku berpikir keras, iku lomba nggambar opo lomba ide se? Kalau lomba desain gapura kampung nggak masalah gambarnya atau garisnya pating pletot, yang penting idenya keren, ukurannya jelas, benar dan mudah dipahami. Karena nantinya desain itu akan dieksekusi oleh para kuli bangunan. Pokoke fak yu lah kalau aku melihat karya-karya pemenang yang jurinya sok akademis, selera seninya ikut-ikutan Barat (bangsa Nusantara punya selera yang berbeda). Ojok ngamuk yo. Seniman kok ngamukan, nek ngamukan dadi demonstran ae, atau jadi debt collector. Seniman harus tahan kritik, sepedas apapun. Aku nggak ngomong karyaku bagus dan layak menang (bagus atau jelek itu relatif dan subyektif banget). Bukan itu poinnya. Angel njelasno rek, wis pikiren dewe. Yang jelas menurutku lomba Good Day ini beda. Jurinya anak muda yang berprestasi di bidangnya. Karya-karya yang dimenangkan kemarin juga masuk rasa estetika seniku. Ide dan gambarnya keren abis, satu paket. Sangat museumable, nggak malu-maluin kalau dipajang di museum. Alasan lain aku ikut lomba Good Day ini adalah hadiahnya gede dan gratis. Matre yo, gak ngurus. Tapi memang kalau lomba sudah mbayar duluan itu haram kata pak ustadz. Karena sistemnya mirip judi. Tapi sakarepmu rek, persetan dengan ideologi kalian. Off the record. Bicara soal lomba Good Day yang bertema "Indonesia Banyak Rasa" ini, aku memahami tema-nya dengan sangat linear (mungkin juga lugu). Sementara peserta lomba yang lain mengartikan "rasa" itu dengan kedamaian, cinta, dan seterusnya, tapi aku memahaminya sebagai rasa makanan. Pancen utekku isine badokan tok ae. Badokan kadang memang remeh, tapi jangan diremehkan. Makan-makan adalah sarana yang dahsyat untuk menyatukan, merukunkan, mengakrabkan pertemanan di kantor, di kampung, di sebuah komunitas atau organisasi. Trust me. Nek koncomu nggerundel ae, traktiren mangan sing wenak. Dijamin langsung pringisan. Bahkan Jokowi menggunakan acara makan-makan sebagai "senjata" yang ampuh untuk meluluhlantakan hati rakyat yang benci padanya berbalik jadi bersimpati. Dan malah banyak dari mereka yang jadi fan die hard-nya yang rela babak belur dicemooh, dibully, bahkan sampai putus hubungan dengan anggota keluarganya. Juga malah ada yang dicerai istrinya. Gila men. Aku ingat betul saat pemindahan lokasi pasar klitikan (barang rombeng) di Solo. Awalnya para pedagang menolak keras dipindahkan. Tapi setelah diajak makan-makan, mereka sangat mudah digembalakan (eh kok koyok wedus yo) atau tepatnya dikendalikan, tanpa perlawanan. Padahal mereka adalah jenis manusia golongan keras, senggol keplak. Tampangnya sangar-sangar, Jenis orang yang siap mati demi membela uang ceban. Ah aku nggak mau bicara politik, aku nggak paham. Biar nanti para buzzer yang merangkumkannya untuk kalian. Bicara soal kuliner, Indonesia memiliki beragam suku dan etnis yang bermacam-macam. Karena itulah negeri ini memiliki beragam kuliner yang berbeda pula. Tiap daerah mempunyai makanan khas yang unik dari segi rasa dan penampilan. Makanan kelas kere tapi penampilan parlente. Walau sama-sama soto, tapi tiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing, karena bangsa Indonesia itu super kreatif. Intip yang bagi sebagian orang adalah makanan remeh, di Solo malah jadi komoditas yang laku dijual. Karak pun kalau dikemas menarik bisa jadi terlihat mewah. Padahal itu nasi sisa, tapi tentu saja bukan nasi basi. Jajanan "impor" sudah jauh berbeda dengan yang di negeri asalnya, karena sudah dimodif disesuaikan dengan selera kita. Bakso yang aslinya dari China, berbeda dengan yang ada di sini. Bahkan tiap daerah pun berbeda, walau sama-sama bakso. Bagiku bakso dari Malang is the best. Kuliner adalah salah satu potensi bangsa Indonesia yang bisa diandalkan, karena bisa membantu menghidupkan ekonomi rakyat. Kita tahu rakyat Indonesia itu ubet dengan perekonomiannya sendiri, nggak ada urusan dan nggak perduli ada krisis moneter atau krisis ekonomi yang lain, mereka bisa hidup dengan caranya sendiri. Daya survive-nya luar biasa. Sudah terbukti saat krismon dulu. Ketika perusahaan-perusahan besar mulai sekarat dan bergelimpangan, ekonomi rakyat tetap jaya. Salah satunya dengan bisnis kuliner. Karena kuliner itu nggak ada matinya. Badokan rules the land. ----Mungkin itu alasan Bondan Winarno memutuskan berhenti jadi kolumnis Tempo. Lebih asyik mengulas badokan daripada ngulas politik. Mengulas kasus politik itu resikonya gede, bisa disomasi dan dituntut ganti rugi milyaran rupiah karena dianggap mencemarkan nama baik petinggi negara. Bisa miskin tujuh turunan. Mending ceramah soal badokan, aman---- Zaman sekarang kuliner semakin gila-gilaan. Warung bermunculan dimana-mana, dari warung kelas atas sampai kelas kumuh. Karena sekarang buanyak sekali orang yang pinter masak. Pria sangar dan bertato pun banyak yang jadi tukang masak (kukira rocker tapi ternyata selera musiknya Pance Pondaag). Urusan masak-memasak nggak lagi hanya diminati oleh kaum wanita. Apalagi ini zamannya medsos. Resep sangat mudah didapat. Ada yang berhasil mempraktekan, tapi banyak juga yang ancur minah, karena nggak bakat masak. Bikin brownies jadinya batu bata, keras banget. Bikin bolu jadinya paving. Ini bikin kue apa mau mbangun jalan sih. Gile loe Ndro. Wis ah. Intinya jangan remehkan kuliner, karena sudah terbukti ikut membantu membangkitkan ekonomi Indonesia. Mari kita bangun negeri ini dengan badokan! -Robbi Gandamana- #IndonesiaBanyakRasa #GoodDayGaulCreation2020