Bisa jadi Indonesia akan babak belur oleh Corona. Rupiah akan terpuruk. Harga-harga melambung. Banyak perusahaan yang sakaratul maut. Pabrik-pabrik besar kukut. Segala bisnis mawut. Para bos pada stres sampek raine koyok marmut.
Tapi itu tidak akan terjadi pada rakyat jelata. Mereka ubet dengan perekonomiannya sendiri. Dan merekalah yang akan membangkitkan perekonomian negeri ini. Seperti yang terjadi saat krismon dulu dan bencana sejenis yang pernah melanda negeri. Rakyat Indonesia nggak ada matinya. Koyoke mati tapi kok sik obah. Medeni.
Walau sudah gepeng diinjak-injak, rakyat Indonesia akan tetap bisa bangkit lagi. Karena mereka punya daya survive yang luar biasa. Yang sanggup mengubah nasi basi menjadi karak kwalitas ekspor.
Mereka nggak malu jadi apa saja. Sudah tahu bisu tapi nekat ngamen di bis. Penumpangnya bingung luar biasa, mau tertawa atau nangis terharu.
Mereka bisa hidup hanya dengan berbekal sulak di lampu merah. Kaca mobil yang sudah kinclong masih saja disulaki. Sekalian muka sopirnya yang rembes belum mandi.
Ada yang bisa hidup hanya dengan mengandalkan barang rongsokan. Dimanapun berada nggak masalah, selama ada rongsokan yang bisa di jual. Golongan jenis ini mempunyai daya penciuman yang tajam pada rongsokan. Bisa mencium aroma besi rongsokan sejauh radius satu kilometer.
Apakah mereka sejenis luwak tanpa bulu? Nggak juga. Mereka jadi tangguh luar biasa karena terlalu lama gak diurus pemerintah dan tidak dilindungi oleh aparat hukum. Pemerintah terlalu asyik dengan pelinya sendiri. Sedang aparatnya banyak yang sibuk menimbun upeti.
Mereka bisa jualan jangkrik (untuk makanan burung) tanpa beternak jangkrik. Dagang ikan lele tanpa punya tambak lele. Sanggup menjual radio kuno pada orang kaya yang tuli.
Rakyat Indonesia itu kreatif luar biasa. Motor ndeso yang harusnya sudah dibesituakan tapi masih diakali dan bisa hidup. Dan malah larinya lebih kenceng dari motor baru.
Segala jenis jajanan aneh ada di sini. Jajanan impor pun sudah banyak yang dimodif menyesuaikan selera pribumi. Sampai-sampai di negeri asalnya sendiri nggak dikenali. "Is this Fried Chicken or Fried People?"
Rakyat Indonesia itu gampang bahagia. Walaupun kere tapi banyak tertawa. Mereka bisa cepat melupakan kesedihan dan bisa beradaptasi dengan segala keadaan dengan mudah. Ketika harga rokok naik tinggi, mereka marah luar biasa. Tapi seminggu kemudian sudah lupa dan cengengesan. Ngerokok terus sampek lambene ireng koyok silite petek.
Rakyat Indonesia itu sebenarnya nggak takut pada apapun. Jangankan Corona, Tuhan aja nggak ditakuti (lupa kalau punya Tuhan). Mereka takut karena dibikin takut. Terutama oleh media yang memberitakan bencana dengan hebohnya. Seolah-olah kiamat akan terjadi beberapa menit lagi. Semua demi rating bajingan.
Lewat Corona Tuhan sedang ngasih pelajaran tentang banyak hal. Dari soal kebersihan, kebersamaan, kepedulian, empati, kerja sama, apresiasi, dan banyak lagi. Lumayan. Setelah ini berlalu bisa jadi kita akan jadi mantri kesehatan, motivator, enterpreneur, anggota Green Peace. Atau jadi raja tega (mereka yang menjual masker dan hand sanitizer dengan harga bajingan).
Rakyat kita adalah rakyat yang menjunjung tinggi budaya gotong royong, srawung dan kekeluargaan. Dan sekarang Corona memaksa kita untuk belajar jadi orang sombong. Harus jaga jarak dengan orang lain, kerja di rumah, ibadah di rumah, nggak boleh keluyuran, nggak boleh pul kumpul. Kuper jaya.
Bagi mereka yang hidup di kota-kota besar metropolitan, nggak masalah dengan hal itu. Sombong adalah makanan sehari-hari. Tapi yang hidup di kota-kota kecil dengan tradisi budaya yang masih kuat akan terasa nggak nyaman. Kayak nonton film China tanpa subtitle Indonesia. Yang nonton tersinggung berat, karena nggak paham dialoqnya. Ojok-ojok ngrasani aku iki.
Wis ah. Pokoke Corona ojok digawe panik. Kere kok panik, gak pantes blas. Semua musibah ada masanya. Tetap stay cool dan stay health (opo ae kon iku..sok enggres). Badut pasti berlalu.
Mari kita belajar sombong!
-Robbi Gandamana-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar