Selasa, 29 Desember 2015

Hai Wanita Indonesia, Jangan Jual Martabatmu Hanya Untuk Sebuah Kontes Kecantikan!


Bangsa timur dikenal dengan bangsa yang santun, ramah dan setia pada adat budaya warisan leluhur. Begitu juga dengan Indonesia, walaupun agama atau ideologi sudah berhaluan Barat atau Arab, mereka akan tetap kembali 'pulang' menjadi orang Indonesia seutuhnya. Sekali tempo mereka 'kesasar' tapi akan ada saatnya mereka kembali ke habitat aslinya.

Pada momen tertentu mereka akan melakukan ritual tradisi nenek moyang yang tentunya sudah dimodifikasi atau disesuaikan dengan keyakinannya yang baru. Misal kalau di Jawa ada mitoni (peringatan kehamilan pada usia 7 bulan), kenduren atau selametan dan masih banyak lagi (aku nggak hafal Mblo..) yang doanya sudah diganti dengan doa Islam atau agama baru lainnya.

Dan yang paling penting adalah orang Indonesia sangat menjaga kesopanan. Di Jawa ada istilah subasita yang artinya unggah ungguh, tatakrama atau sopan santun. Orang yang tidak tahu subasita dikatakan sebagai orang yang degsura atau kurang ajar. Orang yang seperti itu cocoknya hidup di Taman Margasatwa Ujung Kulon sama Badak.

Pada umumnya orang Jawa sopan santunnya sangat tinggi. Terutama di Solo, saat kaki diinjak orang pun masih bilang dengan sopan, 'nyuwun sewu mas...sikil kulo kepidak panjenengan' (maaf mas, kaki saya diinjak oleh anda). Mungkin kalau ditempat lain sudah dibogem mukanya.

Tapi sekarang adat sopan santun mulai luntur di masyarakat. Kita nggak sadar telah 'dijajah' oleh budaya (pemikiran) dari Barat. Dalam berkehidupan sosial, orang kita banyak yang meniru gaya dan budaya Barat.
(Saya sih monggo-monggo saja selama tidak mengganggu dan merugikan orang lain. Bagaimana pun kebenaran adalah kesepakatan. Dan tiap daerah punya kesapakatan sendiri dalam berbudaya.)

Orang Barat telah meracuni otak kita melalui 5 F, yaitu : Food (makanan), Fantasy (Hiburan), dan Fashion (Pakaian), Film, dan Fly (minuman keras dan narkoba).

Masyarakat kita, sadar nggak sadar, sedang mengalami dekadensi budaya. Tapi kayaknya kita enjoy-enjoy saja dengan itu. Contoh yang paling nyata adalah perhelatan Miss Universe kemarin. Ada satu penilaian yang mengharuskan tiap peserta hanya memakai celdam dan BH berjalan lenggak lenggok di hadapan sejumlah pria. Nggak sopan blasss..

Lelaki yang normal pasti ereksi dan berimajinasi liar (mesum) jika di depannya ada wanita cantik yang hanya pakai celdam dan BH lenggak lenggok dengan gemulai. Kalau tidak begitu, pasti jenis 'lelaki perjuangan', yang berjuang keras agar kemaluannya bisa berdiri walau ada cewek telanjang bulat di depan mata (biasanya pria usia lanjut).

Bagi saya Miss Universe, Miss World dan Miss Miss lainnya adalah kegiatan amoral yang berkedok (untuk) kemanusiaan. Setelah bergelar Miss, menjelma jadi aktivis, duta kemanusiaan yang banyak membantu kaum miskin di seluruh dunia. Tapi untuk menjadi aktivis atau pejuang kemanusiaan nggak perlu harus punya wajah cantik dan bodi mulus. Berjalan lenggak lenggok pakai pakaian dalam yang membuat para pria orgasme.

Kita orang Indonesia bung! Budaya kita dan mereka jauh berbeda. Bagi mereka itu biasa, bagi kita itu merendahkan martabat. Mempertontonkan bagian tubuh yang seharusnya dijaga dari pandangan umum. Nggak munafik..saya juga pasti senang melihat itu. Asyik bagi saya, rugi bagi dia. Tubuhnya diumbar gratis. Kecuali dia seorang exhibitionism.

Mungkin dengan keikutsertaan Indonesia di ajang Miss Universe adalah mempromosikan pariwisata. Tapi bagi saya itu sama saja berbuat baik dengan jalan yang konyol. Seolah-olah Miss Indonesia jadi tumbal. Dengan pamer keindahan tubuhnya (katanya juga cerdas) seraya bergerilya promosi pariwisata.
Harusnya yang boleh dijual itu kepandaian, pengalaman, prestasi serta faktor X yang lain. Sedangkan martabat jangan pernah dijual. Itu kalau ingin jadi wanita terhormat dan bermartabat. Kalau tidak ya monggo.

Cuma, Indonesia harus punya kemandirian dan kedaulatan budaya. Jangan mau tunduk dengan adat dan budaya asing. Kita punya budaya sendiri yang berbeda. Budaya kita budaya timur yang sangat beradab. Bukan budaya buka-buka baju kayak manusia purba. Melakukan porno aksi berjamaah.

Saya bukan orang alim, ustadz dan bukan juga anggota MUI. Saya cuman ngasih pandangan yang mungkin bisa bahan renungan. Kalau tidak ya teruskan saja..no problem at all. (ngomong, 'sok suci' tak sepak ndasmu...:) )

Lagian, konyol kalau kecantikan distandarkan. Seolah-olah kategori wanita cantik itu seperti yang di Miss World. Dan wanita Indonesia banyak yang jadi 'korban'. Banyak wanita kita yang lari dari dirinya dengan merubah warna kulit, bentuk fisik hidung sampai payudara agar seperti mereka. Padahal kulit kita (sawo matang) adalah warna kulit yang ideal, tidak terlalu putih dan terlalu hitam.

Konsep Miss World sebenarnya bagus : 'cantik dan bermanfaat'. Cuman sayang kalau menilai seseorang cantik atau tidak itu harus membuka baju. Lagian jika menilainya dilihat dari kemulusan kulit, harusnya kontestan telanjang bulat. Kalau tidak begitu tidak sah, siapa tahu di dalam celana dalam dan di balik BH Miss Universe ada panu-nya.

Syukurlah ajang Miss World 2015 kemarin tidak ada aksi berlenggok dengan bikini. Ajang Miss World menekankan aksi sosial dalam program Beauty with a Purpose. Rupanya penyelenggaranya mulai dapat hidayah..:) Semoga Miss Universe juga mulai tobat, nggak pakai lenggak lenggok dengan bikini.

Ingat, berlian berada jauh dan tertutup rapat di dalam tanah. Mutiara berada Jauh di dalam samudra, tertutup dan dilindungi oleh cangkang yang indah. Emas berada Jauh di dalam tambang, ditutupi dan dilapisi oleh bebatuan.

Tubuhmu jauh lebih berharga dari emas, berlian, dan mutiara...maka tutup dan lindungi tubuh indahmu dari pandangan Donal Trump. Kontes Miss World, Miss Universe atau Miss Miss yang lain sangat tidak sebanding dengan harga diri dan martabatmu.

Wis ah..trims.

-Robbi Gandamana-


*dipublish pertama kali di Kompasiana

Wiji Thukul : Apa Gunanya Banyak Baca Buku, kalau Mulut Kau Bungkam Melulu!




Kita tahu Orba adalah era dimana kebebasan berpendapat dimandulkan. Pada era ini orang harus tunduk pada pemerintah : manut atau dilenyapkan.

Kalau ada orang yang berani mengkritik, mengusik kebijakan, nasibnya bakalan berakhir merongos di penjara atau di kuburan.

Cekal dan bredel adalah momok yang ditakuti oleh media atau siapa saja yang berani melanggar garis batas kebijakan penguasa. Tapi walaupun begitu masih ada saja manusia-manusia berani, koclok, radikal dan nekat bersuara menentang penindasan itu.

Salah satu yang berani itu adalah Wiji Thukul. Pemuda kerempeng ringkih tapi akan berubah jadi raksasa buas yang bisa merusak rencana busuk para penindas dalam memuaskan syahwatnya. Bak Kresna yang bertiwikrama menjadi Brahala yang membuat para Kurawa kocar-kacir. Subhanalloh..

Wiji Thukul lahir di kampung Sorogenen, Solo 26 Agustus 1963 ini bernama asli Wiji Widodo. Nama belakang 'Thukul' disematkan oleh Cempe Lawu Warta saat dia mulai aktif berteater di kelompok teater Jagat. Cempe Lawu Warta sendiri adalah Seorang anggota Bengkel Teater asuhan WS. Rendra.

Pendidikan terakhirnya hanya sampai kelas 2 di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) jurusan tari. Putus sekolah karena tak kuat menanggung biaya yang ditanggung bapaknya yang seorang tukang becak. Apalagi Kemajuan transportasi yang begitu pesat, lahan becak pun semakin ciut.

Untuk menyambung hidup, Thukul bekerja apa saja. Dari kuli bangunan, loper koran sampai mengamen dengan baca puisi yang diiringi gamelan ala kadarnya.

Istrinya, Sipon, bekerja sebagai tukang jahit di rumah. Mereka dikaruniai 2 anak, Fitri Nganti Wani dan Fajar Merah. Dia juga bekerja membantu istrinya dengan menerima pesanan sablon kaos, tas, dan lain-lain.

Sejak di bangku SD Thukul sudah menulis puisi. Disamping berpuisi Thukul juga main teater. Bersama dengan sanggar teaternya Thukul mementaskan cerita yang idenya kebanyakan berangkat dari sebuah protes sosial di sekitar kampungnya yang kumuh.

Dalam menulis puisi, Thukul memiliki prinsip tersendiri. Bagi dia puisi adalah media yang mampu menyampaikan permasalahan rakyat kecil yang tertindas dan juga bagi kaum tertindas di masa Orde Baru.

Dengan membacakan puisi-puisinya, Thukul menyertai rakyat dalam demo-demo menentang kebijakan yang merugikan rakyat kecil. Hari-harinya diisi dengan bersuara membela kaum proletar tadi. Banyak sekali demo yang diikutinya, dari buruh pabrik yang dirugikan sampai rakyat kecil yang dirampas tanahnya. Yang membuatnya selalu diburu oleh aparat.

Apalagi saat dia didapuk jadi ketua divisi budaya oleh PRD (Partai Rakyat Demokratik). Dia punya alat dan wadah untuk lebih mempermudah jalannya menyuarakan, membela rakyat kecil.

Banyak seniman di masa Orba tak setuju pada sikap Thukul ini. Bagi mereka seni tak bisa dicampuradukkan dengan politik. Seni untuk seni dan politik hanya mengotori kesuciannya. Tapi selalu ada masa saat orang terpaksa berhadapan dengan sistem yang menindas dan seniman ikut terpanggil menentangnya.

Pernah suatu malam Thukul tiba-tiba menangis. Ternyata Thukul sedang menulis sajak tentang penderitaan penduduk Cimacan yang di rampas tanahnya dan hanya mendapat ganti Rp 30 (tiga puluh rupiah!) per meter:

DI TANAH NEGERI INI MILIKMU CUMA TANAH AIR

bulan malam membuka mataku
merambati wuwungan rumah-rumah bambu
yang rendah dan yang miring
di muka parit yang suka banjir
membayanglah masa depan
rumah-rumah bambu
yang rendah dan yang miring
lentera minyak gemetar merabamu
penggembara oh penggembara yang nyenyak
bulan malam menggigit batinku
mulutnya lembut seperti pendeta tua
menggulurkan lontaran nasibmu
o tanah-tanah yang segera rata
berubahlah menjadi pabrik-pabriknya
kita pun kembali bergerak seperti jamur
liar di pinggir-pinggir kali
menjarah tanah-tanah kosong
mencari tanah pemukiman disini
beranak cucu melahirkan anak suku-suku terasing
yang akrab derngan peluh dan matahari
di tanah negri ini milikmu cuma tanah air

(Solo, tanpa tahun)

Puisi-puisi Wiji Thukul sangat lugas, miskin rima, apa adanya tanpa kiasan atau kaidah puisi pada umumnya. Jauh dari kesan indah atau romantis. Tapi puisi-puisinya bernyawa, perkasa sekaligus getir.

Di puisi-puisi Wiji Thukul saya tak menemukan cerita soal cewek ketemu cowok, bercinta, menikah, hamil, punya anak bla bla bla. Dan segala isapan jempol soal romantisme yang banyak kita jumpai ketika berumur belasan.

Puisi yang paling cadas dan sering dipakai untuk menyuarakan ketidakadilan penguasa adalah 'Peringatan'. Kalimat dalam puisi ini yang sering dijadikan tagline adalah 'hanya ada satu kata: lawan!'

PERINGATAN

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa berpidato
Kita harus hati hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Dan bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversi dan menggangu keamanan
Maka hanya satu kata : LAWAN !

(Solo,1986)

Nuansa kemiskinan sangat jelas mewarnai karya-karya Thukul. Jelas terbaca bagaimana dia menggambarkan kepedihan hidup dengan kata lugas dan jelas. Seakan kejahatan yang paling laknat adalah kemiskinan. Dan apesnya puisi tidak mungkin bisa untuk memperbaiki hidup.

CATATAN HARI INI

aku nganggur lagi
semalam ibu tidur di kursi
jam dua lebih aku menulis puisi
aku duduk menghadap meja
ibu kelap-kelip matanya ngitung utang
jam enam sore:
bapak pulang kerja
setelah makan sepiring
lalu mandi tanpa sabun
tadi siang ibu tanya padaku:
kapan ada uang?
jam setengah tujuh malam
aku berangkat latihan teater
apakah seni bisa memperbaiki hidup?

(Solo, juni 86)

Prestasi tertinggi Thukul di bidang sastra adalah ketika menerima penghargaan Wertheim Encourage Award (1991) dari Wertheim Stichting di Negeri Belanda bersama WS Rendra. Pada tahun 2002 dia diganjar dengan penghargaan Yap Thiam Hien Award 2002.

Dewan Juri Yap Thiam Hien Award 2002 terdiri dari Prof Dr Soetandyo Wignjosoebroto, Prof Dr Azyumardi Azra, Dr Harkristuti Harkrisnowo, HS Dillon, dan Asmara Nababan, pada 27 November 2002, memutuskan secara bulat Thukul sebagai penerima Yap Thiam Hien Award ke-10, menyisihkan Sembilan puluhan peserta dan dua nominator.

Sebuah prestasi yang sangat luar biasa, mengingat Wiji Thukul adalah seorang putus sekolah tapi bisa menjelma jadi pemuda cadas dengan pemikiran luar biasa cerdas dan berani menyuarakan kebenaran melampaui mereka-mereka yang lulusan amrik.

Dari riwayat perjuangan Wiji Thukul ini kita banyak belajar banyak hal. Keberanian, keyakinan dan kesabaran luar biasa. Bahwa kebenaran tak bisa dikalahkan. Wiji Thukul mungkin berhasil dilenyapkan oleh kaki tangan Orba (sampai saat ini belum diketahui keberadaanya) tapi seribu Wiji Thukul akan lahir. Mereka adalah yang berempati dan terinspirasi yang meneruskan perjuangan. Penindas tak akan pernah tidur tenang lagi.

Melalui puisinya Thukul mengingatkan agar kita berani bersuara, tidak cuma diam asal boss senang. Seperti dalam puisinya :

SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang merayakan hartamu
ia ingin bicara
mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ia yang mengajari aku untuk bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

(Solo, tanpa tahun)

Wiji Thukul juga mengkritik pedas orang yang berilmu tinggi tapi untuk membodohi dan menguasai rakyat jelata. Juga pada mereka yang berilmu tapi hanya diam membisu padahal angkara murka berada di sekitarnya.

APA GUNA

Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu

(Solo, tanpa tahun)

Sebenarnya masih banyak cerita soal Wiji Thukul yang sangat menarik yang kalau ditulis bisa menghabiskan berjilid-jilid buku. Tapi saya yakin ente nggak punya waktu seharian untuk baca tulisan in. Masih buanyak artikel di luar sana yang lebih ciamik dan bermanpangat.

Setidaknya dari sekelumit kisah di atas, kita bisa banyak mengambil hikmah dari sebuah pelajaran hidup dari seorang miskin dan lemah tapi berani menegakan kebenaran walaupun itu pahit.

Maka nggak salah kalau kisah Wiji Thukul ini akan diangkat ke layar lebar. Adalah Okky Madasari, novelis yang dikenal dengan karya-karya yang menyuarakan kritik sosial akan berkolaborasi dengan sutradara Yosep Anggi Noen yang akan mewujudkannya. Kita tunggu aja tanggal mainnya. Trims.

-Robbi Gandamana-

Referensi :
http://www.kaskus.co.id/thread/516be33c621243e151000004/wiji-thukul-hanya-ada-satu-kata-lawan/
http://tribute-to-wiji-thukul.blogspot.co.id/2012/03/di-bawah-selimut-kedamaian-palsu-puisi.html

Selasa, 15 Desember 2015

Aib yang Menginspirasi

Saya sudah lumayan banyak membaca tulisan kisah keluarga miskin, broken home atau curhatan kegagalan rumah tangga. Yang tentu saja begitu menyedihkan, tragis dan inspiratif. Yang membuat saya jadi bersyukur, ternyata masih ada orang yang lebih remuk dari saya. Subhanalloh..

Well, tak ada masalah dengan tulisan-tulisan mewek tersebut. Akan jadi masalah jika kisah kemiskinan atau kesusahan itu adalah aib yang harusnya ditutup rapat. Tidak seharusnya disebar atau diberitakan ke masyarakat umum. Makanya saya heran dengan orang yang menceritakan dengan vulgar atau detail kisah kehancuran rumah tangganya di depan umum. Ciyus ? Enelan..??

Parameter aib atau tidak memang tak sama pada tiap individu. Tergantung dari lingkungan di mana kita tinggal. Di lingkungan Jawa ada sebuah falsafah "Mikul Duwur Mendhem Jero".  Pergertiannya kurang lebih begini, ada sesuatu yang harus dijunjung tinggi dan ada yang harus ditanam dalam-dalam

Orang modern mungkin rileks saja mengekspos kegagalan rumah tangga ke umum. Tapi orang yang budaya timurnya kuat, nggak bisa begitu. Kita bisa curhat soal utang atau apapun yang sifatnya privasi ke sahabat, tapi kita nggak bisa menjadikankan itu sebuah status di Facebook: "Mohon doa restu, hutang 20 juta di Bank Nganu bisa lunas.." atau "..Suami kerjanya ngelus akik, istri sendiri tak pernah dielus..cerai aja!"

Kalau di Amrik sana, aborsi  bukanlah hal yang memalukan. Kalau di Indonesia, bisa bikin malu tujuh turunan. Bahkan kalau nggak tahan malu, bisa bunuh diri atau gila alias gendeng.

Bagi saya, tulisan kisah sedih (di hari minggu :) ) sebenarnya lebih mudah secara teknis (wuiik.sombong!), tapi tanggung jawab moralnya yang susah. Kita tak pernah tahu, apa orang yang kita ekspos itu bangga kalau kisah kemiskinannya atau kegagalan hidupnya diangkat di media. 

Apa ya ada orang yang bangga terkenal karena kemiskinan atau kegagalan rumah tangga? Kalau ada, bisa jadi orang itu sedang 'nggak beres'. Atau kemugkinan nggak punya teman curhat.  Mungkin malah kebanyakan piknik. Hingga sampai kisahnya keluarganya yang hancur dicurhatkan dalam bentuk tulisan di medsos atau dunia maya.  

Di satu sisi memang baik juga, ada yang terinspirasi dan tergugah hatinya. Tapi di sisi lain secara nggak sadar dia sedang memberitahukan aibnya sendiri ke masyarakat luas. Woiiii heloowww...!

Ada baiknya 'kisah hidup' semacam itu ditulis dengan nama samaran atau memakai Inisial saja.  Bisa jadi orang yang dikisahkan atau yang mengkisahkannya sendiri no problem, tapi kita nggak tahu dengan keluarganya yang lain. Anaknya, suaminya atau keluarga lain. Bisa-bisa malah di-somasi karena mencemarkan nama baik. Seperti yang dilakukan kebanyakan artis jika istri cerita soal keburukan suami di media (pasangan artis tadi rumah tangganya berantakan).

Jangan Menggadaikan Martabat

Saya sendiri nggak mampu, tak sampai hati menuliskan kisah sedih saya atau saudara saya. Walaupun bisa jadi bakalan inspiratif, membuat orang bakalan nangis-nangis menghabiskan bergulung-gulung tisu.  Tapi nggak ah..riskan,  takut malah akan jadi aib bagi keluarga saya. Maluuu...(tutup muka pakai telapak tangan).

Disamping bukan gaya saya, juga nggak enak sama Ustadz yang bilang begini :
"Jangan memberitakan (menyebarluaskan) kesedihan (musibah), kejelekan atau aibmu atau saudaramu ke masyarakat umum." 

Padahal saya punya banyak sekali bahan tulisan soal itu. Di keluarga besar saya sendiri, di lingkungan sekitar rumah maupun di kantor.  Ada seorang Office Boy kantor saya yang mantan guru SMA. Tapi nggak saya tulis, sungkan sama anaknya, mantan istrinya yang mungkin malu bila ketahui oleh umum. Sebenarnya kalau ditulis bisa jadi sinetron, judulnya "Ratapan Anak Bombay". 

Dulu, banyak sekali acara TV yang mengupas orang susah, menjual kesusahan.  Mengeksploitir kesusahan mereka secara vulgar untuk kepentingan rating. Begini ya Mblo, Kalau menemukan orang miskin, kasih saja bantuan semampunya. Nggak perlu dipertontonkan, yang bisa jadi malah bikin malu keluarga tersebut. Kecuali yang sifatnya urgen, seperti orang miskin yang sakit akut yang butuh bantuan dana. 

Ada memang kisah sedih yang inspiratif tentang kakek yang tetap semangat jualan amplop. Atau kisah nenek 109 tahun yang menjual kacang di Stasiun Tugu Yogya. Kalau tulisan model begini sih bukan aib, tapi malah membanggakan. Sudah tua tapi semangat kerja dan tidak meminta-minta. Juga ada kisah Desi (17) penjual Slondok demi biaya sekolah di Yogya.  

Jadi tidak mengeksploitirnya dengan menampilkan kehidupan sehari-hari secara vulgar. Diperlihatkan saat makan sama nasi yang hampir basi. Atau tidur di dekat kandang kambing dan seterusnya.

Kalau boleh ngasih saran, janganlah menggadaikan martabat keluarga ente atau saudara ente untuk sebuah tepuk tangan, voting atau hadiah uang jutaan. Itu jelas nggak sepadan. Seandainya memang ditulis, pakailah nama-nama fiktif atau disamarkan. Atau ceritakan seolah-olah itu bukan kisah anda.

Untuk apa penghargaan tinggi kalau membuat anda, anak anda atau keluarga anda malu. Bisa jadi kayak kasusnya Kevin Carter, fotografer yang memenangkan hadiah Pulitzer yang akhirnya bunuh diri, malu karena di-bully jutaan orang. Hasil jepretannya menggambarkan anak kelaparan yang dihampiri oleh seekor burung pemakan bangkai. 

Jangan diartikan saya mendiskreditkan atau kontra pada penulis 'kisah hidup' mewek tadi. Sama sekali enggak, anggap saja ini saran (kalau bisa disebut begitu). Pokoknya tetep semangat nulis ...!

Wis ah..trims

18 September 2015
Robbi Gandamana

*dipublish pertama kali di Kompasiana

Michael Kiske, Vokalis Metal Spesialis Lagu Religi

Michael Kiske (47) pertama kali dikenal luas oleh para metalhead (penikmat musik metal) sejak bergabung dengan Helloween sebagai tukang cuap-cuap di tahun 1986. Saat itu umurnya baru 18 tahun (gambar di atas adalah saat do'i masih muda, sekarang sudah botak, diduga akibat salah shampo). Sebelumnya do'i sudah menelurkan sebuah demo dengan bandnya, Ill Prophecy. Sayangnya demo tersebut tidak diproduksi secara komersil bla bla bla bla bla...

Maaf saya nggak memperpanjang cerita soal riwayat hidup, karir maupun prestasinya. Soal itu mending di-search di Mbah Google saja. Di sana ente bakalan menemukan informasi yang sangat komplit dan istimewa pakai telor. Untuk sekarang, saya hanya mengulas ciri khas lagu-lagu yang digubah oleh Michael Kiske.
Kita tahu bahwa kebanyakan orang menganggap pemusik Rock adalah mahkluk urakan, anti kemapanan, seks bebas, drug dan dekstruktif. Jangan salah Mblo, tidak semua pemusik rock seperti itu, salah satunya adalah Michael Kiske. Bagi saya, do'i adalah penulis 'lagu religi' Metal (juga Rock).

Eits, jangan artikan lagu religi di sini seperti lagunya OpickHaddad Alwi atau Maher Zein. Juga bukan pula lagu rohani Kristen. Semua lagu bisa jadi lagu religi. Tergantung dari sudut mana kita ngambilnya. Jadi memang istilah religi itu salah kaprah. Musik tidak ada agamanya. Kalau disebut lagu religi, lagu selain lagu religi bisa disebut lagu sekuler, lagu kafir, lagu setan,...

Kebanyakan lagu yang ditulis oleh Michael Kiske (saat masih di Helloween) liriknya sifatnya tausiyah atau ajakan untuk berbuat baik. Simak saja lagu "A Little Time", "We Got The Right", "You Always Walk Alone", "Kids Of The Century", "Don't Run For Cover", "Your Turn", dan banyak lagi.

Simak saja sepenggal lirik lagu "Don't Run For Cover"..Don't run for cover / Don't cry alone / Make a step on your stairway / One step closer to what you live for / Don't run for cover / Don't throw away / The only chance that you got / To be the fire in a hot life you choose..Sori, translate sendiri ya Mblo. Intinya lagu ini untuk pemuda galau, labil dan lemah mental.

Simak juga lirik "Your Turn"..This world is crying to be free / This world is dying can't you see / We need a turn to do it right / We need a mind-revolution / To get away from this selfishness / Stop playing blind / break free!!! Di lagu ini do'i  mengisyarakatkan betapa dunia saat ini membutuhkan revolusioner bukan para bajingan pengecut yang menghalalkan segala cara.

Saat tak lagi jadi vokalisnya Helloween pun lagu-lagu Michael Kiske tetep dengan ciri khas di atas. Sebut saja album Instant Clarity (1996) yang liriknya santun, bijak tapi tetep nge-rock.  Tak ada satu pun kata 'fuck' apalagi 'jancok'. Di album-album solo lainya juga begitu : Readiness To Sacrifice (1999), Kiske (2006) dan Past In Different Ways (2008). Begitu pula saat bersama Unisonic, band terakhirnya saat ini bersama Kai Hansen (sesama ex-Helloween).

Bahkan saat ikut proyek musisi lain, Michael Kiske kebanyakan disodori 'lagu religi'. Coba simak lagu Timo Tolkki "Key To The Universe" di album Hymn To Life (2002), yang dinyanyikan oleh Michael Kiske..Life's not always very easy / There are times when it all feels black / But I tell you there is always a way / And the key to the universe is love / And this key could free the mankind....kunci untuk mengatasi problematika di dunia ini adalah cinta. Oh yesss..

Begitu juga saat digaet bandnya Tobbias Sammet, Avantasia (pada lagu "Reach Out For The Light" dan lagu lainya) , Edguy ("Judas At The Opera"), Gamma Ray ("Land Of The Free", "Time To Break Free", dan lainya), Place Vendome ("Cross the Line") dan band metal lainnya. Lagu-lagu tersebut sangat mencirikan Michael Kiske. Bukan ciri khasnya Ridho Rhoma.



Walupun sudah lama hengkang dari Helloween, Michael Kiske tetap dikenang sebagai orang penting yang juga berperan membesarkan nama Helloween. Helloween (era Andi Deris) saat Live sudah tak pernah lagi memakai lagu-lagu karya Michael Kiske. Disamping faktor ego dan etika, juga royalti (jika direkam jadi album Live)

Jadi bagi mereka yang ngefan Michael Kiske jangan berharap lagi mendengar lagu macam "We got The Right", "A Little Time" dan lainnya. Seperti yang yang terjadi saat konser kemarin malam (22 Oktober ) di Hall Basket Senayan Jakarta. Juga besok malam (24 Oktober 2015) di lapangan parkir Stadion Maguwoharjo Jogjakarta. Lagu-lagu Michael Kiske sudah terkubur dalam-dalam dari memori Helloween.  Tak ada satu pun karya Michael Kiske dalam song list.

Bagaimana pun Andi Deris berhasil menghilangkan bayang-bayang Michael Kiske dari Helloween. Jangan berharap Michael Kiske bakalan reuni dengan Helloween. Nikmati saja Helloween yang sekarang, tapi jangan lupakan peran Michael Kiske, Kai Hansen atau personel lain yang juga membesarkan nama band, respect!


-Robbi Gandamana-
23 Oktober 2015


*pertamakali dipublish di Kompasiana

Jumat, 04 Desember 2015

Belajar Dari Kurt Cobain

Kurt Cobain adalah jenis manusia yang paradoksal. Dia nggak perduli dengan popularitas, terkenal atau tidak terkenal itu bukan masalah penting (filosofi punk : 'tak ada band yang spesial'). Tapi dia terus-terusan mengeluh pada manajernya karena kurangnya promosi dan video klip-nya jarang diputar di MTV..!

Suatu kali dia di-intervensi oleh istri, keluarga, pihak label dan para sahabat. Disebabkan kecanduan heroin Kurt yang terus meningkat yang bisa membahayakan karier dan nyawanya. Setelah satu persatu menasehati, Kurt Cobain yang baru bangun pagi itu (dalam keadaan teler) membuka mata, menatap satu persatu orang yg berada di ruangan tersebut sambil berkata dgn nada tinggi : "Who the fuck are you..!!??? berani-beraninya mengatur hidupku..!"

Di satu sisi dia sangat yakin dengan keyakinannya tapi di sisi lain sangat rapuh. Ibarat boneka porselin yang bisa jatuh hancur berantakan hanya karena disenggol oleh seekor lalat. Dan itu tertulis dalam buku diary-nya : 'I hate myself and i want to die..'



Berawal dari perceraian orang tuanya : Kurt Cobain terus menyalahkan juga membenci diri dan orang tuanya atas perceraian tersebut. Kurt menghadapi kesedihan itu dengan memakai drug yang semakin hari intensitasnya semakin gila-gilaan.

Temannya sesama junkies heran dengan daya tahan tubuh Kurt yang super kerempeng itu bisa mengendalikan efek drug. Kurt selalu selamat dari kematian berkali-kali saat mengalami overdosis. Subhanallah..Halleluya Puji Tuhan.

Overdosis paling parah pernah dialami Kurt Cobain saat di Roma, di pagi hari setelah Nirvana konser di sana. Overdosis yang memang direncanakannya sebagai usaha bunuh diri. Ada sepucuk surat bunuh diri tergenggam di tangannya. Dokter yg merawat menyatakan bahwa secara medis dia sudah mati…!

Seandainya bisa sadar, Kurt akan mengalami kerusakan otak. Tapi kalau beruntung dia akan sadar dan tidak mengalami apa-apa dan itu kemungkinanya sangat kecil. Tapi saat jantungnya dipacu, Tuhan masih memberi hidup pada Kurt Cobain yang akhirnya kembali pulih dan tanpa mengalami kerusakan otak. Saat Kurt Cobain mulai tersadar dan membuka matanya, dia menulis di secarik kertas yg disodorkan oleh Courtney Love, istri yg menjaganya : "Woii bajingan!..copot selang brengsek ini dari mulutku..!"

Setelah kejadian di Roma, Kurt Cobain tidak berubah. Pemakaian heroinnya juga nggak jadi berkurang walaupun pengawasan oleh Courtney Love semakin diperketat. Kurt Cobain tetap liar di panggung maupun kehidupan nyata.

Pernah kejadian saat launching album Nirvana, Kurt Cobain diusir dan tidak boleh masuk lagi oleh sekuriti gedung tempat acara launching. Sebabnya adalah Kurt Cobain dan Krist Novoselic (bassist Nirvana) melakukan kerusuhan saat pesta berlangsung. Dan mereka berdua ngakak di luar gedung, bagaimana bisa yang punya hajat malah nggak boleh masuk gedung. Padahal acara masih terus berlanjut di dalam gedung. Oalaaa...swemprulll!



Sebenarnya Kurt Cobain punya inisiatif untuk sembuh total. Dia melakukan rehabilitasi di klinik penyembuhan khusus narkoba (aku lali jenenge opo). Tapi seiring popularitasnya yang meningkat sangat pesat membuatnya kembali lagi ke heroin untuk melupakan segala tekanan. Apalagi sakit perutnya yang sudah bertahun-tahun belum bisa disembuhkan.

Di saat sakit perutnya kambuh dan memulai membakar tubuhnya (Kurt Cobain menyebutnya begitu), dia memakai heroin untuk meredakannya. Heroin sendiri mempunyai efek euphoria yang dibutuhkan untuk itu (aku yo gak tau ngrasakno rek..iku jarene).

Musik Nirvana sendiri adalah musik kacangan : sangat simple, nggak butuh skill musik yang tinggi. Cuman butuh mood yang pas/bagus untuk membuat dan memainkan lagunya. Tentu saja kecerdasan, wawasan dan inspirasi juga dibutuhkan. Tapi justru di situlah letak keasyikan lagu-lagu Nirvana.

Memang musik yang asyik adalah ketika saat mendengarnya kepalamu bergoyang dan telapak kakimu kamu gerakan naik turun di lantai. Dan lagu kayak begitulah yang biasanya jadi hit. (persetan dgn opini kalian! huwehehehe)

Kekuatan Nirvana sebenarnya ada pada lyric-nya yang aneh, naïf, kelam tapi cerdas. Dan tentu saja factor X pada diri Kurt Cobain yang berprinsip tidak akan belajar musik secara akademis itu.

Kadang-kadang dalam kesederhanaan ada sebuah kemewahan. Ibarat kita cuma makan sayur bayam dan kerupuk tapi kalau makannya rame-rame sama teman pasti akan terasa mewah. Itulah musik Nirvana, simple tapi kena di hati. Apalagi memang timing-nya sangat pas. Saat orang mulai jenuh dengan musik ‘akademis’, disiplin tinggi, penuh teori yang membuat rambut rontok, gundul plontoss..!

Seolah-olah konsentrasi musik dunia tertuju pada Nirvana. “Smells Like Teen Spirit” merajai tangga lagu. Lagu tersebut dilhami oleh bau deodorant merk ‘Teen Spirit’ milik Tobi Vail (pacar Kurt Cobain saat itu, sebelum dengan Courtney Love) yang menempel di tubuh Kurt Cobain setelah mereka melakukan hubungan tak senonoh ;bukan muhrim-nya.

Di era 90-an itulah akhirnya musik Alternatif berjaya. Lahirlah sebuah genre baru : Grunge. Istilah Grunge dikategorikan untuk musik punk yang ber-distorsi berat dan lambat. Kurt Cobain sendiri benci dengan istilah itu. Kebanyakan band rock dari Seattle dimasukan di kategori tersebut. Orang media menyebutnya sebagai Seattle’s sound. Whatever-lah…who cares.

Karena mengandalkan mood dan sederhana itulah, lagu-lagu Nirvana sangat membosankan jika dimainkan berulang-ulang. Itu yang membuat Kurt Cobain merasa dipaksa untuk bernyanyi dan pura-pura menikmati pertunjukan di setiap konsernya. Kurt Cobain sangat tertekan dengan hal itu. Apalagi ditambah penyakit perut menahunnya yang sering kali kambuh : “Cukup..! Batalkan konser selanjutnya..!”

Seiring semakin meningkatnya tekanan psikologis karena ketenaran dan masalah pribadi lainnya, Kurt cobain melakukan bunuh diri (5 april 1994)) dengan menembak kepalanya sendiri. Yang sebelumnya diawali dengan pemakaian heroin dosis tinggi yang sebenarnya sudah cukup membuatnya mati saat itu. Meninggalkan secarik kertas catatan yang isinya sebagian besar cuman omong kosong : "Lebih baik padam daripada 
memudar"...memangnya lilin..!? Lambemu Kurt...taek koen iku..!



Sekarang, kita nggak usah meniru kehidupan Kurt Cobain yang brengsek itu. Cukup ambil sisi baiknya :

- Kreatifitasnya dalam bermusik.
- Merdeka jadi diri sendiri (seperti saat Kurt Cobain bilang, "Lebih baik aku dibenci karena menjadi diriku sendiri, daripada aku disukai karena menjadi orang lain").
- Anti trend: nggak ikut-ikutan mainstream dan berani tampil beda.
- Dan yang aku suka dari Kurt Cobain adalah tidak bercita-cita jadi orang kaya, tapi bercita-cita jadi orang yang bahagia. Kerja keras itu harus, dan kaya adalah efek samping...alat untuk menuju bahagia.

Jadi, kaya itu adalah alat dan bahagia adalah tujuan. Kalau tidak kaya bukan berarti kita tidak bahagia. Kurt Cobain kerja keras dalam usahanya untuk mendapatkan kontrak rekaman. Setelah mendapatkan kontrak dan bayaran jutaan dollar malah tidak menemukan kebahagian yang dia inginkan. Tetap sering tidur di jok belakang mobilnya. Harta tidak selalu membawa kedamaian.

Belajar bisa dari siapa saja. Nggak masalah kita mempelajari Kurt Cobain, Jimi Hendrix, Jim Morrison, Hitler, Kusni Kasdut, Stalin, Paimo…..Selama kita dewasa, kita nggak gampang ‘masuk angin’ oleh ajaran-ajaran yang nggak jelas. Banyak orang di luar sana jadi ‘kerdil’ karena menolak sesuatu yang sebenarnya memberikan kita ilmu, hikmah dan pencerahan (itu kalau kita cerdas)..hanya karena sesuatu itu bukan dari agamanya, komunitasnya, dsb. Yang penting ambil yang baik, tendang yang mblendess!!

Nek diterus-terusno iso dadi Maryo Gagu The Gondes Ways…..wis rek.

-Robbi Gandamana-
(sumber : buku Biografi Kurt Cobain 'Heavier Than Heaven', Googling dan interprestasi pribadi)

*dipublikasikan pertama kali di Kompasiana

Hoax dan Budak Informasi di Era Teknologi

Jangan Dibutakan Oleh Kecintaan dan Kebencian yang Berlebihan

Era saat ini adalah era dimana informasi begitu cepat dan mudah didapatkan. Dan internet adalah gudangnya segala jenis informasi, baik berupa ilmu maupun pengetahuan (Pengetahuan itu hanya fokus pada satu titik pandangan, sedangkan ilmu itu luas).

Di internet semua orang bebas lempar apa saja. Seandainya bisa kencing, orang akan kencing di sana. Boleh tidak terlihat wajahnya dan boleh tidak bertanggung jawab.

Tak heran kalau internet itu gudangnya tukang tipu, pembual, wong gendeng, pengecut dan sebagainya. Kita pun sebenarnya tak pernah benar-benar yakin dengan isi sebuah berita, benar terjadi atau hoax. Tanpa repot cek dan ricek kita langsung menelannya bulat-bulat.

Sampai saat ini pun masih banyak Netizen yang mudah sekali percaya dan nge-share berita hoax. Di samping karena kurangnya wawasan dan pengetahuan, berita hoax tadi mewakili kebencian atau kecintaan Netizen akan seseorang atau suatu kaum. Itu yang menjadikannya buta : terlalu cinta atau terlalu benci.

Ketika ada artikel yang mengulas soal konspirasi Zionis, langsung di-share begitu saja oleh para Yahudi Hater tanpa pikir panjang. Padahal isinya cuman asumsi (tanpa data yang valid) dari Netizen yang haus eksistensi dan popularitas.

Seperti artikel kemarin yang menuduh teror di Paris adalah rekayasa : Sebuah konspirasi oleh Zionis agar masyarakat dunia makin membenci Islam. Di tulisan tersebut dituliskan bahwa korban teroris adalah boneka. Hasilnya, artikel ini telah di-share oleh 30.000 lebih netizen gemblung bin ndlahom.

Walaupun sudah dihapus tapi tak banyak merubah keadaan, karena sudah terlanjur dibaca dan menimbulkan kebencian antar umat. Dan ternyata artikel tersebut sempat di-copy dan di-share lagi oleh sebuah situs yang lumayan (nggak) terkenal.

Banyak orang yang hidup di alam ilusi, paranoid. Gampang sekali curiga dan tersinggung. Jika ada gambar/tanda yang merujuk pada gerakan Zionis langsung dituding Iluminati, Dajjal, Mas Yudi bla bla bla. Dan ternyata tidak terbukti seperti itu.

Saya Muslim dan percaya memang ada Konspirasi Yahudi tapi tidak segitunya Mblo. Tetap gunakan akal sehat, tidak gampang menuding orang lain sesat. Waspada boleh saja asal jangan kelewatan..bahaya. Agama adalah soal yang rawan.


Jangan Jadi Budak Informasi

Kalau sudah banyak membaca informasi di internet, orang akan menganggap dirinya menguasai informasi . Padahal sebenarnya yang terjadi adalah dia dikuasai informasi. Menjadikan dirinya budak informasi. Informasi cuman dibaca tok tanpa diolah. Juga memaksa loading padahal otak tak mampu mencerna. Itu yang membuat banyak orang jadi 'sakit'. Pikiran nggak fresh..mumet!

Banyak dari tulisan di media tidak bisa dijamin 100% validitasnya. Bila terlalu lugu, kita akan jadi makanan empuk media massa. Kita tahu, media massa adalah alat pencuci otak yang paling mujarab. Ingat di era Suharto, media (khususnya TV) dijadikan alat propaganda yang efektif. Juga saat sekarang, 2 stasiun swasta yang masih saja 'perang politik' untuk meraih simpati padahal pencapresan sudah selesai.

Berita-berita politik yang beredar sekarang adalah versi kedengkian kubu yang satu terhadap kubu yang lain. Tak ada kemurnian di berita-berita tersebut. Jadi jangan terlalu dimasukan di hati apalagi sampai ngotot mata mendelik untuk membelanya. Biasa ae Mblo..

Menambah pengetahuan dengan cara berburu informasi itu baik, tapi kalau menjadikan kita pasien yang mudah dihasut dan disetir oleh situs-situs pelintir, itu menjadikan kita budak informasi. Kita diperalat oleh situs-situs tersebut dengan nge-like dan share berita yang penuh hasut dan kebencian.

Ada baiknya me-manage lagi, mana berita atau informasi penting dan mana yang tidak. Jujur saja, banyak sekali berita dan tontonan di media (Internet maupun televisi) yang nggak penting dan bikin kita terpancing untuk emosi. Misal baca artikel politik di situs yang terkenal suka melintir, membaca ulasannya yang ngawur, kita jadi emosi. Akhirnya malah jadi bad mood padahal niatnya cari hiburan.

Banyak sekali acara-acara di TV yang jauh dari kesan mendidik dan nggak penting. Bila kita ikuti terus acara tersebut, kita malah dumber than before. Nggak malah tambah cerdas, tapi malah tambah ndlahom. Begitu juga dengan dunia maya. kalau kita turuti berita-berita yang nggak jelas juntrungannya, kita malah jadi gemblung. Waktu, tenaga dan pikiran terbuang percuma...mending buat bercinta.

Jadi sekarang jangan jadi pasiennya para pembohong, pembual dan pengecut dunia maya. Jangan sampai informasi itu menguasai otak kita. Orang yang menguasai informasi bukan orang yang membaca informasi tapi orang menjadi menjadi sumber informasi.

Sebisa mungkin jangan jadi konsumen doang. Cuman membaca, donlot dan sharing. Komsumsilah sesuatu, jadikan subyek dalam diri sehingga kita jadi sumber informasi. Dengan kata lain jadilah pemberi informasi, jangan cuman menyerap informasi.

Maka menulislah...

-Robbi Gandamana-

*dipublikasikan pertama kali di Kompasiana

Senin, 30 November 2015

Masih Adakah Guru Cadas Seperti Dulu?


Masih ingat dulu jaman SD (80-an), saat razia kuku, gigi atau rambut selalu bikin jantung mau copot. Karena jika melanggar, hukuman fisik menanti. Saya sudah sering merasakan bagaimana rasanya jari tangan dipukul penggaris karena lupa memotong kuku. Atau bagaimana rasanya kulit perut dipelintir karena gigi kuning penuh dengan gidal. Subhanalloh..

Masa SMP dan SMA lebih gahar lagi. Waktu SMA dulu pernah ketahuan nggak ikut upacara dan dikepruk helm sama guru. Ceritanya, waktu upacara ngumpet di toilet Masjid depan sekolah, saat keluar toilet ternyata para guru sudah menanti di luar. Akhirnya 'prakkk!!!' helm 'congor' pun melayang di kepala...jiancok!

Tapi sekarang saya nggak ada dendam sama sekali pada guru-guru tersebut. Malah saya berterimakasih dan bersyukur punya banyak kenangan yang patut dikenang : dikepruk helm...yesss. Thanks pak guru, karena hukuman-hukuman begitulah yang bisa jadi membuka mata hati dan pikiran saya yang tumpul akan disiplin dan nilai-nilai kebenaran.

Orang bijak bilang, 'keburukan adalah kebaikan yang belum terkuak kulitnya'. Kadang agar murid bisa disiplin perlu hukuman fisik yang bisa membuka kesadarannya untuk berbuat baik. Seperti bajingan pemabuk yang jadi tobat karena hampir mati saat overdosis. Atau seorang jadi ingat Tuhan (tobat) karena tertimpa bencana hebat dan dia satu-satunya korban yang selamat.

Sekarang, mana ada guru yang berani menampar muridnya apalagi sampai mengepruknya dengan helm. Bakalan kena pasal HAM dan masuk penjara. Sekarang masih ada nggak hukuman dijemur di halaman sekolah karena tak bawa atribut upacara? Lha gimana, dikit-dikit HAM. Akibat terlalu percaya ilmu psikologi dari Barat yang malah merusak ketangguhan bangsa Indonesia.

Saya sudah banyak membaca (nggak banyak banget sih) soal ilmu psikologi hubungan guru dan murid. Dan kebanyakan bullshit! Saya lebih suka cara oldschool. Jaman dulu jarang sekali anak berani sama guru atau orang tua tertutama ayah. Neko-neko sama bapakmu, bakalan dipukul gagang sapu atau sabuk. Akhirnya anak lebih disiplin pada aturan dan mandiri.

Pemuda jadul bisa disiplin awalnya memang takut dihukum fisik. Tapi seiring perkembangan dan pertumbuhan intelegensi, mereka akan paham juga. Mengapa ortu harus dihormati. Dan wibawa memang kadang harus ditegakan dengan hukuman fisik. Mereka nggak bakalan dendam kecuali hukumannya di luar batas kemanusiaan seperti cerita sinetron "Ratapan Anak Bombay".

Jangan artikan saya pro kekerasan. Hukuman fisik tidak selalu berarti menyiksa. Memang ada benang tipis antara hukuman fisik dan menyiksa. Jika keluar jalur itu penyiksaan. Menampar itu karena rasa sayang, ngeman. Tapi kalau memukul (tangan menggengam) itu kriminal.

Bangsa timur adalah bangsa yang tangguh karena hidupnya adalah Ospek itu sendiri, keras!. Bagaimana Vietnam membikin babak belur Amerika. Atau kaum Mujahiddin Afganistan yang membuat tentara Soviet ampun-ampun.

Bangsa Indonesia itu sejatinya tangguh, bisa hidup dengan keterbatasan hanya dengan sugesti-nya. Percoyo karepmu gak percoyo urusanmu. Wong cuman opini saja kok dipikir serius.

Sekarang orang berlebihan menyikapi HAM. Menampar murid kena pasal HAM..cawpee dwech. Pemuda kita sekarang 'ngalem', lembek dan kurang mandiri. Hidup enak, kendaraan tinggal minta, rumah tinggal nempati dan sempat nulis status di Facebook, 'Hidup adalah perjuangan..!'. Perjuangan ndiasmu...

Ospek cuman seminggu saja mengeluh. Jaman dulu banyak orang merasakan hidup kayak Ospek bertahun-tahun. Saya selalu neg kalau baca jargon, 'Piye, enak jamanku to..?'. Enak raimu! enak bagi kaum priyayi atau mereka yang ada hubungan dengan penguasa. Yang kaya makin kaya, yang proletar tambah merana. Serba murah tapi tak terbeli.

Apalagi guru sekarang relatif lebih diperhatikan dibandingkan era Suharto dulu. Gaji lumayan dan tunjangan okelah, walau ada juga yang terlunta-lunta jadi guru di pelosok gunung yang tak terlacak GPS. Tapi mereka (bukan anda) berani begitu lantaran itulah jalan termuda jadi PNS dan selanjutnya berharap mutasi bila sudah mengabdi sekian tahun. Jadi bukan pengabdian semata, ada udang dibalik batu....ups.

Wis ah, trims...anda boleh tersinggung.


-Robbi Gandamana-

*dipublikasikan pertama kali di Kompasiana

Antara Good dan God


"Aku nggak bisa percaya pada satu Tuhan kalau ada begitu banyak Tuhan..Muslim, Kristen, Yahudi. Ada banyak Tuhan itu, tapi hanya ada satu dunia. Aku percaya pada satu "o" lagi dalam kata God (Tuhan): Aku percaya pada good (baik)." (Ozzy Ousborne)

Saya tidak membenarkan atau menyalahkan Quotes Ozzy Ousborne, si rocker kacau ini. Saya sendiri muslim bukan atheis. Cuman saya heran pada agamis golongan keras (ISIS dan sejenisnya), tahu agama, paham kitab suci, tapi kok hobinya perang. Memaksa orang agar sama dengan ideologinya.

Sedangkan yang Atheis malah humanis, cinta damai dan penuh toleransi. Kok malah lebih Rahmatan Lil Alamin (membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam) dari ISIS yang percaya Tuhan, paham agama, yang seharusnya mendamaikan malah menciptakan permusuhan.

Tapi atheis itu sebenarnya tidak ada. Mereka bukan nggak percaya pada Tuhan tapi nggak percaya pada wacana tentang Tuhan. Itu akibat banyak agamis yang seharusnya mendamaikan, menyejukan, tapi malah kerjaannya musuhi orang (karena memaksakan orang lain agar sepaham dengan dia).

Akhirnya banyak manusia yang 'kebingungan' lebih memilih percaya pada good daripada God, seperti yang dialami Ozzy Ousbourne di atas. Padahal good dan God adalah suatu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Tapi God (Tuhan) tidak bisa dibuktikan secara ilmiah sedangkan good  bisa walau nggak kasat mata juga.

Jhon Lennon sebenarnya sudah lama menyinggung soal pemaksaan ideologi yang berujung pada perang :
"Bayangkanlah tak ada Tuhan, tak ada neraka, tak ada surga, tak ada negara. Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh. Di atas kita hanya ada langit. Bayangkanlah semua orang hidup hanya hari ini (tak ada akhirat). Bayangkan semua orang menjalani hidup dalam damai..."

**
Memilih jadi atheis bukanlah pilihan bijak tapi menjadi manusia agamis yang kayak ISIS itu lebih payah lagi. Silahkan saja ente mau jadi atheis atau komunis sekalian selama itu jadi ideologi pribadi, tak ada intervensi dan tindakan dekstruktif pada orang lain...monggo.

Kayaknya banyak yang salah kaprah soal komunis dan PKI. Komunis adalah paham yang menolak kepemilikan barang pribadi, semua barang produksi menjadi milik bersama. Contohnya kalau ente punya sebuah Band, silakan saja pakai sistem komunis. Sedangkan PKI adalah partai politik yang berideologi komunis, dan inilah yang dilarang keras di Indonesia.

Jangankan komunis, agama pun kalau dijadikan partai akan jadi 'busuk'. Banyak orang alim yang begitu berpolitik terseret jadi munafik. Walaupun tidak semua politikus begitu. Cuman ingat : satu orang munafik lebih berbahaya dari seratus orang kafir.

Dan orang sekarang itu gampang banget mengkafirkan orang lain. Okelah kalau memang menurut ente orang lain itu kafir, jangan sampai kata itu keluar dari mulut, ucapkan dalam hati saja. Karena itu lebih maslahat daripada ente terang-terangan bicara di depan orangnya.

Ingat pitutur Emha Ainun Nadjib:
“Sudah, anggap saya ini kafir, terus apa hak anda? Atau hak orang lain terhadap saya? Ini menyangkut martabat manusia. Mengenai benar kafir tidaknya orang, itu wilayah Tuhan. Dalam urusan hubungan antar manusia adalah jangan nuding-nuding orang. Itu merendahkan dan menyakiti hatinya. Dalam Islam sangat dilarang menyakiti hati orang lain..." 

(Sebenarnya masih panjang pitutur beliau, tapi saya ambil yang terpenting saja. Soale aku ngerti ente wong sing gak betah moco tulisan dowo).

ISIS dan kelompok kolot yang lain masih saja menyalahartikan ayat soal "halal darahnya". Banyak orang yang hanya membaca ayat tanpa mau repot menelurusi dimana, kapan dan kenapa ayat itu turun.

Menurut KH Ahmad Muzammil, Pengasuh Ponpes Rohmatul Umam Jogja, Ketika Khalifah Abu Bakar Ashiddiq membunuh orang-orang yang murtad. Abu Bakar memposisikan dirinya sebagai pemimpin umat, sehingga dia berada dalam ruang jabatan politik. Penyebab dibunuhnya orang-orang murtad oleh Khalifah Abu Bakar saat itu karena mereka dianggap sebagai gerakan separatis yang berpotensi mengganggu jalannya roda pemerintahan di bawah kepemimpinan Abu Bakar saat itu.

Sehingga alasan utama membunuh orang-orang murtad tersebut bukan kemurtadannya tapi karena separatisnya yang mengganggu pemerintahan. Dan hal ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan agama. Kalau kemudian menjadi landasan pemikiran politik, itu suatu hal yang mungkin dilakukan, karena tiap penguasa politik pasti memiliki sensitifitas yang tinggi soal ancaman terhadap kekuasaannya.

Sekarang marak aliran-aliran kaku, ketika ada umat yang sesat langsung disikat. Tanpa repot mengajaknya dialoq, langsung bakar rumahnya, diusir dari tanahnya sendiri. Itulah yang bikin orang lari dari Islam. Kalau orang melihat Islam itu menakutkan, orang akan lari menghindari (menjauhi) Islam. Maka nggak heran banyak orang yang Islamophobia. Seolah-olah Islam adalah agama perang.

Gus Mus pernah menyatakan bahwa orang beragama itu kayak orang sekolah, ada tingkatannya. Ada yang TK, SD, SMP. SMA dan seterusnya.  Yang SMA sukanya reseh dan main pukul pada yang masih SMP, SD atau TK. Yang sudah S1 lebih bijaksana karena tahu betul cara menyikapi permasalahan.

Lebih lanjut Gus Mus menegaskan, silakan anak-anak muda berpikir paling gila sekalipun tapi ingat satu hal : jangan berhenti belajar! Mereka-mereka yang suka reseh dan main pentung di masyarakat itu adalah mereka yang berhenti belajar, karena merasa sudah pandai.  Biasanya memang kalau masih SD, SMP atau SMA  itu sukanya berantem dan main pukul. Disangkanya agama itu mukul orang.

Tapi bukan berarti yang bijak atau tidak reseh itu tingkatannya S1, profesor dan selanjutnya. Banyak juga yang masih SD. Mereka tidak ikutan reseh semata-mata berpijak pada nurani tidak pada hukum negara maupun agama. Manusia sejatinya tidak akan membunuh, mencuri atau kejahatan yang lain selama nuraninya beres. Banyak orang yang demi agama tega membunuh orang, tega nggebuki orang, tega membakar rumah orang. Karena belum lulus jadi manusia sudah terlanjur belajar agama.


Aliran-aliran kaku ini memang wagu. Lihat saja tiap bulan Ramadhan, mereka melarang warung makan buka. Alasannya untuk menghormati bulan Ramadhan. Sejak kapan bulan Ramadhan minta dihormati? Sejak dulu Ramadhan itu sudah terhormat. Dipikirnya semua muslim itu puasa. Ingatlah ada wanita datang bulan, orang sakit, musafir dan banyak lagi yang dibolehkan tidak puasa.

***
Dan sekarang silakan saja ISIS atau laskar yang lain, teruskan bunuh semua orang yang gak sepaham dengan ideologimu. Kill 'em all! Jangan sampai ada yang tersisa. Setelah itu ente bakalan sadar, kalau ente cuman mahkluk menyedihkan yang pernah diciptakan Tuhan.

Manusia tidak bisa hidup sendiri...


-Robbi Gandamana-

*dipublikasikan pertama kali di Kompasiana

Kisah Dibalik Lagu "November Rain", Guns N' Roses



Kalau ente seorang Rocker, pasti tahu lagu "November Rain". Lagu milik G N' R (bukan Ginanjar) yang ditulis oleh Axl Rose (vokal) ini memang ever green. Ada sesuatu yang magis di lagu ini. Ngeri-ngeri oh yess. Bagi saya "November Rain" adalah Lagu ballad terbaik Guns N' Roses setelah "Sweet Child O' Mine". 

"..'Cause nothin' lasts forever And we both know hearts can change And it's hard to hold a candle In the cold November rain.. endeske endesko was wis wus wes wos.." 


Lagu yang ada di album Use Your Illusion I (September 1991) ini memang laris manis tanjung kimpul di jamannya. Singgel "November Rain" (Pebruari 1992) sendiri meraih penghargaan Platinum di Australia dan Amerika. Di Inggris meraih Silver dan di Italia Gold. Di Indonesia? mungkin dapat akik Bacan sekarung. 

Sentuhan piano yang dipadu dengan keyboard di awal lagu benar-benar bikin merinding. Apalagi efek suara petir begitu megah sangat memperkuat nuansa hujan (di bulan November). Tapi kalau ente tak punya kenangan apa pun dari lagu tersebut, nggak bakalan selebay tulisan ini. 

Tiap kali mendengar lagu ini, pikiran langsung melayang jauh. Terkenang masa-masa indah awal '90an saat masih di SMA Ruwet Jaya (bagaimana kecewanya saat rambut dicukur paksa oleh guru karena gondrong is a crime!?). Apalagi kalau didengarkan di saat dan tempat yang tepat, benar-benar akan memberikan kenikmatan paripurna. Oh yesss... 




Menurut Tracii Guns, mantan gitaris dan pendiri LA Guns (band Axl Rose sebelum G N'R), Axl Rose sudah menulis lagu "November Rain" sejak tahun 1983. Tapi Axl tidak ingin memasukan lagu itu dalam EP.(mini album) LA Guns. Doi menunggu saat yang benar-benar tepat walau Tracii mendesak untuk segera merampungkan penulisan. 

Tahun 1985, sebuah rekaman live bertitel "November Rain"/ "In Concert and Beyond" oleh Waggle Records yang dirilis di Australia dari sebuah konser yang tak teridentifikasi, menampilkan secara kasar versi akustik lagu tersebut. Itulah versi awal lagu yang nantinya mengisi album Use Your Illusion I. 

Video klip lagu ini juga keren. Lebih dramatis dari cerita di lirik lagunya. Diperankan sendiri oleh Axel Rose bersama pacarnya saat itu, Stephanie Seymour yang seorang super model. Diduga mereka putus karena tak disetujui ortu...iku lak wong endonesah yo. 



Video ini disutradarai oleh Andy Morahan yang sukses menyutradarai video George Michael (untuk lagu "Father Figure" dan "Faith"). 

Lirik lagu juga kisah di video diadopsi dari cerita pendek "Without You" oleh Del James, yang dimuat di buku The Language of Fear (1995). Cerita tentang duka seorang rock star yang pacarnya bunuh diri. 

Pada akhir 1992, MTV menempatkan "November Rain" di urutan pertama dari 100 video top tahun itu. Posisi tersebut bertahan lama sampai beberapa tahun. Video ini juga mendapatkan gelar "Best Video Clip" pada tahun 1992 dari majalah Metal Edge berdasarkan pilihan pembaca. 

Video klip ini menelan biaya sekitar 1,5 juta Dollar termasuk untuk gaun Stephanie Seymour dan urusan sinematografi. Hasilnya, video ini memenangkan MTV Video Music Award untuk Best Cinematography. Dan video Ini adalah salah satu video klip paling mahal yang pernah dibuat. 

Konser saat di video klip, bertempat di gedung Orpheum Theater Los Angeles. Dengan 1500 penonton extra (figuran) mereka memainkan beberapa lagu Guns 'N' Roses. Sayang Izzy Stradlin sang rythm guitar (he's one of my fav musician) tak muncul di video tersebut. Doi sudah digantikan oleh Gilby Clarke. 



Bekgron gereja saat Slash bersolo gitar, adalah gereja yang dulunya dibuat untuk film koboi "Silverado" (1985). Gereja tersebut ada di wilayah New Mexico. 

Shannon Hoon (vokalis Blind Melon) yang jadi backing vocal (ikut tampil di video klip "Don't Cry") tewas akibat overdosis heroin di tahun 1995. Dia adalah sohib dari Axel Rose. 

Orang yang menerjang kue pengantin di video klip (menit 06.59) adalah Riki Rachtman, host dari acara MTV "Headbangers Ball". Doi juga sohibnya Axel Rose. 

Masih banyak cerita menarik seputar lagu ini, tapi tak perlu saya ulas di sini. Karena bakalan panjang lebar dan nggak terlalu penting, lebih baik nikmati saja lagunya. Kisah di atas adalah yang paling menarik menurut saya. Kalau ingin tahu kisah lainnya mampir dan translate sendiri di sini atau di sini. 




Sekarang setelah 24 tahun sejak peluncuran albumnya, "November Rain" masih maknyus untuk dinikmati. Lagu ini memang peka jaman. Di tengah gempuran lagu Hip Metal, Nu Metal atau madzhab Metal gedabukan lainnya, "November Rain" tetap layak tampil. 

Sayangnya personil asli G N' R sudah ngacir semua kecuali Axel Rose plus Dizzy Reed (keyboard). Sedang Izzy Stradlin (gitar), Slash (lead gitar), Duff McKagan (bass), Matt Sorum (drum) dan Gilby Clarke (gitar) sudah cabut. Juga Steven Adler (drum) yang dipensiunkan dini akibat kecanduan heroin tapi tak perlu repot ngurus BPJS jaminan hari tua. 

Dan sekarang, saya nggak ngefan lagi dengan G N' R (formasi akhir). Album Chinesse Democrazy (2008) juga nggak terlalu istimewa di pasaran.   Walaupun ada satu dua lagu yang lumayan okelah. Album ini lebih mirip proyek solo Axel Rose daripada sebuah album G N' R. 

Well, itulah sedikit cerita dibalik lagu "November Rain", slow rock jadul yang saya sekarangkan. Sekian terima gaji.  

 -Robbi Gandamana-

*dipublikasikan pertama kali di Kompasiana