Bangsa timur dikenal dengan bangsa yang santun, ramah dan setia pada adat budaya warisan leluhur. Begitu juga dengan Indonesia, walaupun agama atau ideologi sudah berhaluan Barat atau Arab, mereka akan tetap kembali 'pulang' menjadi orang Indonesia seutuhnya. Sekali tempo mereka 'kesasar' tapi akan ada saatnya mereka kembali ke habitat aslinya.
Pada momen tertentu mereka akan melakukan ritual tradisi nenek moyang yang tentunya sudah dimodifikasi atau disesuaikan dengan keyakinannya yang baru. Misal kalau di Jawa ada mitoni (peringatan kehamilan pada usia 7 bulan), kenduren atau selametan dan masih banyak lagi (aku nggak hafal Mblo..) yang doanya sudah diganti dengan doa Islam atau agama baru lainnya.
Dan yang paling penting adalah orang Indonesia sangat menjaga kesopanan. Di Jawa ada istilah subasita yang artinya unggah ungguh, tatakrama atau sopan santun. Orang yang tidak tahu subasita dikatakan sebagai orang yang degsura atau kurang ajar. Orang yang seperti itu cocoknya hidup di Taman Margasatwa Ujung Kulon sama Badak.
Pada umumnya orang Jawa sopan santunnya sangat tinggi. Terutama di Solo, saat kaki diinjak orang pun masih bilang dengan sopan, 'nyuwun sewu mas...sikil kulo kepidak panjenengan' (maaf mas, kaki saya diinjak oleh anda). Mungkin kalau ditempat lain sudah dibogem mukanya.
Tapi sekarang adat sopan santun mulai luntur di masyarakat. Kita nggak sadar telah 'dijajah' oleh budaya (pemikiran) dari Barat. Dalam berkehidupan sosial, orang kita banyak yang meniru gaya dan budaya Barat.
(Saya sih monggo-monggo saja selama tidak mengganggu dan merugikan orang lain. Bagaimana pun kebenaran adalah kesepakatan. Dan tiap daerah punya kesapakatan sendiri dalam berbudaya.)
Orang Barat telah meracuni otak kita melalui 5 F, yaitu : Food (makanan), Fantasy (Hiburan), dan Fashion (Pakaian), Film, dan Fly (minuman keras dan narkoba).
Masyarakat kita, sadar nggak sadar, sedang mengalami dekadensi budaya. Tapi kayaknya kita enjoy-enjoy saja dengan itu. Contoh yang paling nyata adalah perhelatan Miss Universe kemarin. Ada satu penilaian yang mengharuskan tiap peserta hanya memakai celdam dan BH berjalan lenggak lenggok di hadapan sejumlah pria. Nggak sopan blasss..
Lelaki yang normal pasti ereksi dan berimajinasi liar (mesum) jika di depannya ada wanita cantik yang hanya pakai celdam dan BH lenggak lenggok dengan gemulai. Kalau tidak begitu, pasti jenis 'lelaki perjuangan', yang berjuang keras agar kemaluannya bisa berdiri walau ada cewek telanjang bulat di depan mata (biasanya pria usia lanjut).
Bagi saya Miss Universe, Miss World dan Miss Miss lainnya adalah kegiatan amoral yang berkedok (untuk) kemanusiaan. Setelah bergelar Miss, menjelma jadi aktivis, duta kemanusiaan yang banyak membantu kaum miskin di seluruh dunia. Tapi untuk menjadi aktivis atau pejuang kemanusiaan nggak perlu harus punya wajah cantik dan bodi mulus. Berjalan lenggak lenggok pakai pakaian dalam yang membuat para pria orgasme.
Kita orang Indonesia bung! Budaya kita dan mereka jauh berbeda. Bagi mereka itu biasa, bagi kita itu merendahkan martabat. Mempertontonkan bagian tubuh yang seharusnya dijaga dari pandangan umum. Nggak munafik..saya juga pasti senang melihat itu. Asyik bagi saya, rugi bagi dia. Tubuhnya diumbar gratis. Kecuali dia seorang exhibitionism.
Mungkin dengan keikutsertaan Indonesia di ajang Miss Universe adalah mempromosikan pariwisata. Tapi bagi saya itu sama saja berbuat baik dengan jalan yang konyol. Seolah-olah Miss Indonesia jadi tumbal. Dengan pamer keindahan tubuhnya (katanya juga cerdas) seraya bergerilya promosi pariwisata.
Harusnya yang boleh dijual itu kepandaian, pengalaman, prestasi serta faktor X yang lain. Sedangkan martabat jangan pernah dijual. Itu kalau ingin jadi wanita terhormat dan bermartabat. Kalau tidak ya monggo.
Cuma, Indonesia harus punya kemandirian dan kedaulatan budaya. Jangan mau tunduk dengan adat dan budaya asing. Kita punya budaya sendiri yang berbeda. Budaya kita budaya timur yang sangat beradab. Bukan budaya buka-buka baju kayak manusia purba. Melakukan porno aksi berjamaah.
Saya bukan orang alim, ustadz dan bukan juga anggota MUI. Saya cuman ngasih pandangan yang mungkin bisa bahan renungan. Kalau tidak ya teruskan saja..no problem at all. (ngomong, 'sok suci' tak sepak ndasmu...:) )
Lagian, konyol kalau kecantikan distandarkan. Seolah-olah kategori wanita cantik itu seperti yang di Miss World. Dan wanita Indonesia banyak yang jadi 'korban'. Banyak wanita kita yang lari dari dirinya dengan merubah warna kulit, bentuk fisik hidung sampai payudara agar seperti mereka. Padahal kulit kita (sawo matang) adalah warna kulit yang ideal, tidak terlalu putih dan terlalu hitam.
Konsep Miss World sebenarnya bagus : 'cantik dan bermanfaat'. Cuman sayang kalau menilai seseorang cantik atau tidak itu harus membuka baju. Lagian jika menilainya dilihat dari kemulusan kulit, harusnya kontestan telanjang bulat. Kalau tidak begitu tidak sah, siapa tahu di dalam celana dalam dan di balik BH Miss Universe ada panu-nya.
Syukurlah ajang Miss World 2015 kemarin tidak ada aksi berlenggok dengan bikini. Ajang Miss World menekankan aksi sosial dalam program Beauty with a Purpose. Rupanya penyelenggaranya mulai dapat hidayah..:) Semoga Miss Universe juga mulai tobat, nggak pakai lenggak lenggok dengan bikini.
Ingat, berlian berada jauh dan tertutup rapat di dalam tanah. Mutiara berada Jauh di dalam samudra, tertutup dan dilindungi oleh cangkang yang indah. Emas berada Jauh di dalam tambang, ditutupi dan dilapisi oleh bebatuan.
Tubuhmu jauh lebih berharga dari emas, berlian, dan mutiara...maka tutup dan lindungi tubuh indahmu dari pandangan Donal Trump. Kontes Miss World, Miss Universe atau Miss Miss yang lain sangat tidak sebanding dengan harga diri dan martabatmu.
Wis ah..trims.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar