Jumat, 22 Januari 2016

Ada Apa dengan Surat Undangan Berbahasa Mandarin untuk Jokowi?


Saat asyik masyuk ber-fesbuk ria, tak sengaja saya baca postingan seorang teman soal surat undangan peresmian ground breaking proyek KA Cepat yang dilayangkan oleh delegasi China. isinya meminta Presiden RI Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama mega proyek High Speed Rail (HSR) atau kereta cepat Jakarta-Bandung di Walini, Bandung Barat.

Postingan itu laku keras, karena isi suratnya menggunakan bahasa Mandarin (yang nggak umum bagi kita). Pasukan bodrek pun berduyun-duyun pada nge-share, like dan juga komen sinis. Bahkan menuduhnya sebagai Chinanisasi. Terakhir saya lihat postingan tersebut dishare lebih dari 250 orang. Subhanalloh..

Oalaa pakde..

Itulah kebanyakan orang kita, kagetan dan nggumunan. Lihat surat berbahasa Mandarin saja langsung heran, uring-uringan, negative thinking. Lha wong yang bikin surat orang China kok..mau bahasa Mandarin, prokem, alay, atau bahasa rumput.. terserah mereka.

Sebelum suudzon atau menuduh yang tidak-tidak mending kita teliti dulu. Jangan menilai sesuatu cuman dilihat dari yang tersurat tapi teliti apa yang tersirat, ada apa dibalik semua itu.

Rupanya banyak yang belum kenal dengan karakteristik bangsa China. Rakyat China sangat mencintai adat dan budayanya. Nasionalisme mereka sangat tinggi. Orang China tidak akan pernah mau menganggap bahasa Inggris (atau bahasa lain) lebih hebat dari bahasa Mandarin.

Selain huruf dan pelafalan yang otentik, orang China sangat bangga atau percaya diri bahwa mereka adalah bangsa yang kuat (hebat). Mereka akan memaksa orang asing yang berhubungan dengan mereka berbahasa Mandarin, bukan mereka yang berbicara Indonesia atau Inggris.

Walaupun mungkin bisa sedikit-sedikit bahasa Inggris, tapi mereka tak mau berlama-lama berbahasa Inggris. Jadi kita mutlak harus bisa Mandarin untuk berhubungan dengan orang China asli. Maaf, China yang saya maksud bukan Warga keturunan Tionghoa yang oleh para Rasis di Indonesia disebut sebagai Cina itu.

Nggak cuman bangsa China yang nasionalismenya sangat tinggi. Korea dan Jepang karakteristiknya juga seperti itu. Walaupun sudah modern dan maju tapi orang yang bisa berbahasa Inggris (lancar) bisa dihitung dengan jari. Lihat saja boy band atau boy girl dari Korea, sedikit bahkan tidak ada yang bisa bahasa Inggris. Bisanya cuman 'oh yes', 'oh no' dan 'oh my God'.

Kita saja yang minder dengan bahasa kita. Bangga sekali kalau bisa bahasa Inggris atau asing. Orang China, Korea atau Jepang lebih bangga dengan bahasanya sendiri. Di sana jarang ada nama orang yang pakai nama kebarat-baratan. Sedang di sini malu pakai nama asli Indonesia. Bahkan untuk menyatakan cinta pada bangsanya pun pakai bahasa Inggris, 'I Love Indonesia'. Kenapa nggak 'Aku Cinta Indonesia'.

Anak kelahiran era milennium jarang sekali bahkan tidak ada yang bernama Wagimun, Dalijo, Tukiran atau nama asli Indonesia lainnya. (Soal nama-nama klasik Indonesia kapan-kapan saya bahas..tolong jangan didahului yaaa.. Plisss.) Karena pikiran kita telah terseret oleh pikiran orang Barat. Standar nilai dalam banyak hal juga ngikut standar orang sono.

Kejadian ini membuktikan bahwa kita gampang sekali menuduh atau mempermasalahkan hal yang sama sekali nggak perlu dipermasalahkan. Cepat sekali panas, emosi, berprasangka yang tidak-tidak tanpa fakta, bukti, investigas yang cermat. Digiring oleh kebencian yang amat sangat pada Jokowi. Pikiran burek, cupet bin mbundet.

Saya memang nggak pernah ke China, Korea atau Jepang. Pengetahuan saya tentang budaya mereka sangat terbatas (makanya nulisnya pendek saja Mblo..takut kelihatan kupernya). Tapi, percaya atau tidak silahkan tanyakan pada orang China (yang asli bukan KW).

Wis ah..Percoyo karepmu gak percoyo urusanmu, trims.


-Robbi Gandamana-

Berita Ilusi yang Bikin Sensi

Sebelum membahas lebih jauh ngalor ngidul nganti ngulon, ada baiknya kita kenali dulu macam tulisan yang umum di tulis media: berita, artikel dan esai. Berita adalah laporan tercepat mengenai kejadian yang sifatnya sementara sedangkan artikel adalah karya tulis faktual yang berupa ilmu pengetahuan sifatnya tetap (nggak sementara).

Esai adalah tulisan yang membahas tentang sebuah masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Isinya adalah opini penulis dengan sebuah masalah, dan subyek masalah tersebut diberikan nilai si penulis. Begitu kata seorang dosen di Institut Google Indonesia.

Di era digital yang serba cepat dan instan ini, bukan kita yang mencari berita tapi berita yang mencari kita. Situs-situs berita berlomba-lomba menjaring pembaca dengan judul yang bikin penasaran, kreatif, bombastis juga kontroversi. Agar rating terdongkrak naik. Berharap diserbu iklan. Tapi malah dapat teguran dari KPI.

Nggak cuman situs berita atau media massa mainstream yang membuat berita, semua orang bisa menulis berita. Nggak peduli kamu bakul akik, sales kaos kaki maupun tukang ketik kelurahan. Semua punya potensi menulis berita, selama dia punya akun medsos.

Masalahnya nggak semua berita itu valid, ada buanyak sekali berita ilusi yang berdasar asumsi tanpa bukti. Yang berpotensi menimbulkan kegaduhan, polemik di masyarakat. Atau juga membuat rakyat kehilangan kepercayaan dan simpati pada pemerintah.

Saya sebut sebagai berita ilusi karena ditulis tanpa fakta, bukti dan logikanya payah (istilah orang pinter: logical fallacy). Ditulis dengan bahasa tinggi bak seorang profesor. Benar-benar meyakinkan, seolah-olah seorang pakar di bidangnya. Buktinya banyak yang langsung terpikat dan nge-share : 'emejing!..ijin share Mblo!'.

Dan ketika berita ilusi tersebut dipersoalkan fakta dan buktinya, mereka selalu punya pembenaran yang luar biasa, singkat, padat dan..salah. Ada benarnya juga perkataan seorang kyai yang bilang bahwa Tuhan itu maha menyesatkan, bagi mereka yang pantas disesatkan (karena kebencian atau kecintaan yang amat sangat pada sesuatu atau seseorang).

Tapi ada juga yang bahasanya sinis, emosi yang meledak-ledak dan kesimpulan yang tergesa-gesa. Biasanya yang begini adalah pengamat kagetan. Ketika ada komen yang bernuansa debat, langsung melarikan diri atau si komentator diblokir...beress, aman terkendali.

Berita ilusi paling gres adalah berita soal teror Sarinah yang dipelintir sebagai pengalihan isu perpanjangan kontrak Freeport, pengalihan isu korupsi Setyo Novanto, pengalihan isu mbahmu yang belum sunat dan sebagainya.

Padahal yang dituliskan si penulis tersebut hanya berdasarkan asumsi yang tak berdasar. Isinya nggak lebih dari 'menurut saya'. Kont..eh konyolnya tulisan 'menurut saya' tersebut dijadikan berita oleh sebuah situs berita dengan judul provokatif. Seakan-akan berita tersebut hasil dari investigasi bertahun-tahun, padahal cuman cocoklogi.

Ada juga berita ilusi soal pengalihan isu lainnya yang dihimpun dari kumpulan status dari Facebook, Twitter dan Chirpstory. Hanya karena status-status tersebut jadi viral di Medsos (di-like dan di-share banyak orang). Dengan harapan bisa mendongkrak rating atau popularitas. Tanpa perduli akibat yang ditimbulkan: kegaduhan dan hilangnya simpati pada aparat yang sudah berkorban maupun yang jadi korban.

Sebagai orang awam, saya nggak pernah tahu yang sesungguhnya, apakah kejadian teror Sarinah adalah rekayasa atau bukan. Saya hanya tahu berita tersebut dari media mainstream atau situs-situs berita yang kredibel. Jadi saya nggak akan percaya sama sekali dengan kasak kusuk para netizen antah berantah atau berita dari situs nggak jelas.

Yang cukup bikin saya herman....bagaimana bisa status atau tulisan oleh orang yang sama sekali tidak berkompeten di bidangnya bisa dipercaya dan di-share begitu saja oleh gemblunger all over the medsos. Subhanalloh..

Sepertinya masyarakat kita buanyakk yang belum bisa move on total. Benih benih perseteruan dari Pilpres kemarin masih belum sepenuhnya padam. Karena berita ilusi di atas (kebanyakan) adalah berita negatif yang menyudutkan pejabat, aparat pemerintah dan presidennya saat ini.

Kedua kubu ini berlomba-lomba membuat berita ilusi untuk menjatuhkan mental lawan. Tulisan soal pengalihan isu teror Sarinah ditulis oleh Jokowi Haters. Tulisan soal Fachri Hamsah Vs. KPK kebanyakan ditulis oleh Jokowi Lovers. Saya sebagai Golput menikmati pertunjukan itu dengan rileks di sela-sela kesibukan kerja. Ayo Mblo..kamu bisaaaaaa!

Saya pribadi tak pernah percaya (masuk hati) berita yang nggak jelas juntrungannya, lebih baik menunggu berita resmi atau berita dari situs berita yang kredibel. Boleh sih..dan halal baca berita ilusi asal tidak dimasukkan di hati, sekadar hiburan semata. Jika berita tersebut 'miring' , kita tak terpancing untuk emosi yang berujung pada debat yang tak berujung.

Berita ilusi bernuansa politik dan sejenisnya kebanyakan berdasar atas kedengkian antar kubu yang berseteru saat Pilpres 2014. Jadi lebih baik bacalah dengan hati yang terbuka, netral, jangan dimasukan di hati dan pikiran. Kalau terlalu serius mbacanya jadi ikut terjerumus ke lembah gemblung.

Kebencian yang amat sangat itulah yang menjadikan hati dan pikiran mereka burek, nggak bisa berpikir jernih. Sehingga mereka langsung meng-iya-kan berita apa pun yang mewakili kebenciannya. Akhirnya plonggg!, 'Alhamdulillah Ya Rabb..'

(Sori saya Golput, tak ada urusan dengan hater, lover atau gemblunger. I don't want to be a part of this sick society!)

Dengan kata lain, kebencian itulah yang menyeret hati untuk selalu curiga, berprasangka, ber-ilusi yang ujungnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Jrengg..dan disebarkan ke sesama kaum pendendam. Jadilah viral di dunia maya. Oh yessss...lanjut!

Jika bukan orang yang berkompeten di bidangnya, jangan gegagah sok nulis berita teror Sarinah jika nggak 
punya fakta, bukti kuat dan meyakinkan. Itu bisa jadi fitnah, bila berita tersebut menyudutkan seseorang atau lembaga tertentu. Di-share wong sak endonesah mas bro.

Lebih baik nulis artikel picisan daripada menulis berita tapi tanpa fakta dan bukti yang kuat. Karena berita ilusi berpotensi menimbulkan perpecahan, kegaduhan, polemik, kebencian antar umat. Terutama 2 kubu yang masih saja bertikai itu.

So, jika tidak berani bertanggung jawab dengan artikel dan berita yang ente tulis....bikinlah puisi cinta saja...aman.

**
Nggak cuman berita ilusi yang bikin sensi tapi juga berita yang menertawakan tragedi. Memang setiap kejadian pasti ada sisi lucunya tapi ente jangan terang-terangan mengumbarnya. Menjadikannya meme dan atau tulisan humor dari sebuah kejadian tragis.

Saya jadi ingat dulu ketika ada acara berdoa bersama antar umat beragama di gedung DKM Malang. Ketika itu Harry Rusli cerita berapi-api bagaimana dulu saat mudanya demo ditangkap polisi. Di kantor polisi diinterogasi, dipukuli dan.. dikencingi ramai-ramai oleh Polisi. Semua yang mendengar bergidik ngeri, trenyuh, marah plus jijik. Tapi saya malah ngakak sendirian...karena membayangkan yang mengencingi adalah Polwan. *__*

Kejadian setragis apa pun selalu ada sisi lucunya. Cuman kita harus jaga diri, agar tidak mengekspresikannya di depan korban. Nggak mungkin kita mendatangi orang yang meninggal dengan tertawa terbahak-bahak sebab meninggalnya karena ditabrak becak.

Ingat juga dulu tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi yang menabrak gunung Salak. Buanyakk orang yang menjadikannya guyonan. 'Salak segede gunung, kok nggak tahu ya..gile loe ndro!', begitu salah satu guyonan netizen yang kurang ajar.

Apalagi postingan berita tersebut menampilkan gambar korban atau pelaku yang berdarah-darah tanpa di-blur atau sensor. Kemarin di Facebook ada postingan foto kemaluan pelaku teror Sarinah yang copot dari raga (akibat bom bunuh diri). Semprulll....!

Wis ah...lama-lama kok jadi ngelantur nggak karu-karuan. Trims.


-Robbi Gandamana-

Tertawalah dalam Hati Saja



aku punya cerita yang menarik
tentang nasib para buruh di sebuah pabrik
bagaimana susahnya hidup dengan gaji pas-pasan
tampang sangar rambut gondrong dekil awut-awutan
ada juga yang rambut klimis, gagah, seragam rapi elegan
bawa bekal kotak makan warna centil sialan
bergambar Doraemon, Sponge Bob atau Sinchan
demi untuk ngirit, imej jatuh persetan
yang penting akhir bulan tak cari utangan
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja 

pernah suatu kali aku terpana
orang bisu mengamen di sebuah bis kota
aku bingung, harus sedih atau tertawa
nada gitarnya kemana, vokalnya dimana
gitarnya cuma sepotong kayu yang ada senarnya
lagu yang dinyanyikan tak pernah ada di dunia
tapi penumpang takjub mulut menganga
menikmati tontonan absurd instrumentalia
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

ada cerita yang bikin dada sesak
seorang nenek mati terinjak-injak
demi duit duapuluh ribu perak
saat antri di hajatan Indonesia Mencari Zakat
acara setahun sekali oleh seorang Ustadz
kere hore penjuru pelosok pada merapat
ah, sungguh trenyuh nasib rakyat
demi makan harus rela dulu sekarat
tapi kuharap kalian jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

bicara soal umat beragama
masih banyak orang yang reseh soal ibadah
yang bilang ibadah mengada-ada alias bid'ah
'huahahahahahaha Tahlilan
huahahahahahaha Yasinan
woiiii itu tata cara nenek moyang!'
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah hanya di dalam hati saja

umat yang lain juga teriak lantang
'jangan hanya dibaca itu tulisan
itu otak tolong gunakan!
huahahahahahaha celananya cingkrang
huahahahahahaha pakai serban
woiiiii kau ini orang nusantara!'
sebaiknya kalian jangan tertawa
tertawalah hanya di dalam hati saja

ada apa dengan mereka?
dianggap musuh karena berbeda pandangan
galaknya kayak anjing Siberian
membunuh berdalih membela Tuhan
padahal Tuhan nggak butuh dibela
Tuhan bukan makhluk lemah
nggak kayak pengecut yang beraninya keroyokan
ditantang duel pura-pura ngajak baikan
maka sekarang aku yang tertawa
tertawa tak hanya dalam hati saja

Aku sangat percaya
Tuhan sengaja membuat makhluknya berbeda
untuk menguji di antara kalian semua
siapa yang bajingan, siapa yang paling taqwa
itulah alasan ..
kenapa Tuhan menciptakan alam semesta
kenapa Tuhan menciptakan kehidupan
kau pikir Tuhan dulu bingung sendirian?
bingung nggak ada kerjaan?
(walau aku juga sempat berpikir demikian)
tapi soal ini jangan pernah kalian tertawa
walau cuma di dalam hati saja

hidup di dunia tak lebih dari sekedar humor
selalu ada kelucuan sekalipun di cerita yang paling horror
se-tragis apapun hidup pasti ada sisi lucunya
jadi kenapa kau selalu bermuka masam
muka cepat boros, bak besi berkarat tersiram air asam
perut buncit, kulit keriput, rambut beruban
karena terlalu serius mikir kehidupan
huahahhahaha ada apa dengan kalian?
sampai lupa caranya tertawa
tertawa pun sangat hati-hati saja

hidup sekali mestinya disyukuri
nggak uring-uringan menggerutu tiap hari
susah sedikit langsung sembelih botol alias mabuk
tak lupa update status meratap di dinding fesbuk
kesusahan diberitakan berharap empati
tapi yang didapat cuma 'like' satu kali
memang ambigu tingkah laku para dzalimin
pamer musibah dan memaksa orang komen 'Amin'
tapi tolong jangan tertawa
tertawalah dalam hati saja

-Robbi Gandamana-

Jonru Adalah Bahan Agar Kita Mesra


Sejak ada 2 kandidat Capres di Pemilu 2014 (Jokowi dan Prabowo), rakyat Indonesia serasa terbelah menjadi dua : Pro Jokowi atau Prabowo. Dua kubu ini tak pernah kenal lelah bahu membahu saling mengekspos kekurangan atau aib masa lalu jagoan lawan. Sampai sekarang pun masih terasa hawa perang tersebut, walaupun nggak sepanas dulu. Kayaknya sudah pada minum parasetamol.

Dari perang antar kubu tadi lahirlah pula pesohor-pesohor dadakan yang pinter memanfaatkan kesempatan. Dengan kelihaian dalam mengolah kritik (pelintiran) yang jadi semacam kitab suci bagi jiwa-jiwa galau yang tak terima jagoannya kalah. Tulisan dangkal yang berisi kritikan, kekecewaan pada kebijakan Presiden yang tidak jelas validitasnya.

Salah satu tukang kritik (baca : tukang pelintir) yang paling fenomenal adalah Jonru Ginting. Seorang yang bukan apa-apa menjelma jadi pesohor karena kelihaianya membaca situasi dengan tulisan yang berhasil memikat jiwa-jiwa labil yang kurang gizi.

Karena kebenciannya yang amat sangat pada Jokowi, mereka mudah sekali termakan oleh kicauan Jonru. Tanpa pikir panjang langsung share. Dan herannya mereka-mereka ini tidak kapok nge-share walau sering tulisan Jonru terbukti tidak benar atau hoax. Setelah tahu hoax, langsung delete postingan seraya celingak celinguk tanpa rasa bersalah...semprul! isin mblo.

Namanya juga haters, sekali benci tetap benci. Berbuat baik aja dibenci (dituduh pencitraan) apalagi saat berbuat kesalahan. Mereka selalu mencari celah, kesalahan sekecil apa pun. Kadang juga menyerang fisiknya dengan membuat meme foto presiden yang lagi memble. Ditambah dengan tulisan yang menurutnya lucu (ya kadang lucu juga sih..jujur).

Apesnya Jokowi ini orang yang tidak fotogenic. Jadi sebagian besar fotonya terlihat wagu. Mungkin perlu ada pelatihan kilat khusus buat bergaya di kamera bagi seorang Presiden kali ya. Jaga-jaga agar saat difoto, hasilnya bagus..nggak memble.

Kembali ke soal Jonru..

Do'i memang tukang pelintir tahan banting, bak monyet terlatih yang dilatih keras untuk jadi bintang topeng monyet. Di saat teman Pelintirer lainnya sudah lelah atau ditahan polisi karena pelintirannya kebablasan. Dia masih semangat 69 meneruskan perjuangan : Pelintir atau mati!

Ingat bagaimana dulu Jonru menuduh Quraish Shihab sebagai Syiah, mengedit spanduk untuk merusak citra Jokowi, memprovokasi massa untuk membenci Ahok dan masih banyak lagi. Tapi ketika diserang selalu berdalih dakwah membela kebenaran.

Hasil karya terbaru Jonru adalah fitnah foto Presiden Jokowi di Raja Ampat. Doi bilang bahwa itu adalah foto editan. Dasar gemblung, berani-beraninya melangkahi Roy Suryo. Konyol sekali, nggak ahli Photoshop tapi berani menuduh foto orang lain nggak asli alias editan. Kurang kerjaan amat..Karepmu opo to Jon.

Soal do'i akan diproses hukum, saya sih setuju-setuju aja (walaupun bakalan kehilangan hiburan). Sekali-kali memang dikasih pelajaran, juga agar ada efek jera bagi mereka yang akan menjonru yang bernada Hate Speech.

Eh..Petisi yang kemarin di change.org ' jebloskan Jonru ke penjara' kayaknya belum berhasil ya...


**
Sejak dulu saya suka mengamati sepak terjang si Jonru ini. Bukan suka dengan konten plintiranya, tapi suka dengan komen-komen yang ada postingan tersebut. Saya jadi sedikit terhibur, melihat orang berdebat mati-matian demi membela orang yang tidak benar benar membela hidupnya.

Saya pribadi mengganggap Jonru itu sebagai bahan untuk menjadikan hubungan pertemanan jadi lebih mesra. Karena setelah membaca postingan Jonru, jadi punya bahan untuk melucu. Lumayan.....thank you so muacch Jonru.

Jonru memang fenomenal, selain karena postingannya yang sering bikin resah juga karena follower-nya yang ribuan. Saya tak habis pikir, apa yang ada di pikiran pengikut Jonru ini. Mungkin kebencian mereka akan Jokowi terwakili oleh postingan Jonru yang benci mati sama Jokowi.

Saya sih nggak mau jadi follower atau fan Jonru walaupun saya Golput. Ngefan kok pada orang yang kerjanya ngritik membabi buta tanpa pernah ngasih solusi atau memuji satu kali pun saat Jokowi berprestasi. Apalagi jika ada yang nggak setuju sama do'i, langsung diblokir. Oalaaa....I don't want to be a part of this sick society!

Well, Ini adalah pelajaran berharga bagi kalian semua wahai umat manusia! Janganlah menjonru karena mengikuti kebencianmu yang amat sangat pada seseorang. Apalagi sampai jadi pengikutnya si Jonru..amit-amit!
Dan saya sangat bersyukur tidak terlahir seperti Jonru. Terkenal tapi sebagai penyebar kebencian dan fitnah. Alhamdulillah...Ya Alloh jauhkan saya dari hal-hal yang sifatnya menjonru..Al Fatihah...Aamiin. 


-Robbi Gandamana-

Minggu, 03 Januari 2016

Ngaji via Terompet


Ternyata masih banyak orang yang belum luas hatinya. Lihat saja ketika ditemukan terompet bersampul tulisan Arab yang biasa termuat di Al Quran, mereka gusar bukan main. Kertas-kertas tadi adalah barang sortiran atau produk gagal yang akan dijadikan Al Quran. Dengan kata lain kertas tersebut belum jadi Al Quran atau belum bisa disebut Al Quran.

Jika masih belum bisa disebut sebagai Al Quran, kenapa kita mempermasalahkan itu. Oke, di sana memang ada kata 'Alloh'. Tapi itu cuman tulisan, kata, simbol..Tuhan tahu apa yang ada di hati manusia, niat dan tujuannnya si pembuat terompet.

Orang kita masih sensitif pada huruf dan bahasa Arab. Makanya nggak heran kalau ada orang Arab ceramah langsung di-Amin-i, dikira sedang berdoa. Bisa jadi nanti jika ada makanan yang dibungkus kertas huruf Arab, ramai lagi. Dipikirnya dari Al Quran padahal buku dari Arab.

Kita tahu, banyak undangan pernikahan yang memuat ayat suci (yang tentu saja menyebut nama Tuhan). Nggak cuman di undangan resepsi, di buku, koran maupun majalah (muslim) ada yang memuat ayat-ayat suci. Dan banyak dari kertas-kertas tadi yang dijadikan bungkus makanan atau lainnya. So, apa bedanya?

Kalau kita nggak terima ada kertas yang memuat ayat suci dijadikan bungkus terompet, berarti kita jangan menuliskan ayat suci di surat undangan, buku, majalah, koran atau apapun. Karena kita nggak bakalan tahu, setelah barang tersebut nggak dipakai akan dijadikan apa. Apakah seperti itu?

Lagian kertas itu milik mereka sendiri. Dibeli dengan uangnya sendiri. Jadi terserah kertas tadi akan dijadikan apa..itu hak mereka. Gitu aja kok repot...Jangan gampang terprovokasi angkat pedang atau pentung untuk membela (simbol) Tuhan. Lagian kok ente dengan pede-nya membela Tuhan. Seolah-olah Tuhan itu mahkluk lemah yang butuh bantuan.

**
"Tuhan nggak perlu dibela..!", begitu kata Gus Dur suatu kali (yang sekaligus jadi judul buku beliau). Tuhan punya bala tentara sendiri atau bahkan tanpa bala tentara pun Tuhan akan dengan mudah menghancurkan musuhnya atau siapa pun yang membangkang. Dengan sekali tunjuk para pembangkang bisa berubah jadi Sponge Bob.

Gus Mus, salah seorang sahabat Gus Dur, menambahkan, “Tuhan itu sebenarnya nggak butuh kita. Kalau se-Indonesia ini mau jadi kafir semua, Tuhan juga nggak akan bermasalah." Tuhan ngasih demokrasi pada umatnya. Mau alim silahkan, mau kafir monggo. Tugas manusia cuman mengajak, tidak memaksa. Nggak kayak sekarang, sudah tahu kesasar kok nggak ditunjukan jalan yang benar..malah dipentung ndase.

Quotes Gus Dur di atas sama sekali tidak melemahkan jihad. Jihad dilakukan jika ada intervensi dan tindakan 
dekstruktif pada umat Islam. Pengertian jihad itu luas, nggak cuma soal perang melawan mereka yang terang-terangan memusuhi Islam. Seorang suami mencari nafkah untuk keluarga itu juga jihad. Apapun itu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk menegakan agama itu adalah jihad.

Tapi quotes Gus Dur tadi nggak berlaku bagi mereka yang sampai sekarang masih nguotottt membela Tuhan. Alih-alih membela agama padahal yang sebenarnya terjadi adalah membela golongannya, tafsirnya atau madzhabnya. Akibat salah kaprah Ustadzzz masa kini yang datang mengenalkan tafsir sebagai agama. Apalagi jamaahnya gampang sekali diprovokasi...komplit wis! Pentung-pentungan terus. Sumbunya pendek, gampang emosi.

Kembali ke soal terompet yang di dibungkus kertas (bakal calon) Al Qur'an. Masyarakat muslim langsung geger. Karena di kertas tadi ada lafal Alloh?. Oalaaa bukannya saya meremehkan Tuhan (yang tertulis di kertas tadi), tapi hanya Tuhanlah yang tahu apa yang ada di dalam hati manusia (niat). Kita tidak bisa serta merta menuduh itu penistaan.

Apalagi bungkus terompet tadi adalah kertas bekas, sortiran, yang nggak layak jual dari sebuah penerbitan buku. Artinya kertas-kertas tadi di-recycle untuk sesuatu yang bermanfaat. Lumayan menghidupkan ekonomi rakyat.

Pengrajin terompet juga orang awam tak berpendidikan yang butuh penghasilan untuk makan. Mereka bukan kaum agamis yang tahu betul tata cara agama, bagaimana seharusnya Al Qur'an diperlakukan : jika sudah rusak (tak terpakai) dibakar atau dipendam di dalam tanah.

Apalagi ini bukan Al Quran, hanya kertas bekas (bakal calon Al Quran) yang berisi ayat-ayat suci. Sama seperti undangan resepsi, buku agama, majalah, koran atau apa pun yang di dalamnya memuat ayat suci.

Jangankan dijadikan terompet, seandainya diinjak-injakpun..silahkan saja, kalau berani menanggung akibatnya. Tenang saja..Al Quran akan tetap ada dan abadi sampai akhir jaman, tanpa berubah isinya sedikit pun. Dijamin!

Ya'opo se rek, memanfaatkan barang bekas kok disebut penistaan agama. Tuhan nggak akan galau. Kecuali kertas tadi diambil dari Al Quran yang masih baik untuk dipakai. Seandainya masih bagus pun kalau ada yang berani menjadikannya terompet silakan, urusannya langsung dengan Sang Pencipta Quran...Tuhan.

Hakikatnya Al Quran adalah milik Tuhan, barang siapa yang merusaknya dengan sengaja akan berurusan langsung dengan pembuatnya. Monggo, nek wani nglawan sing kuoso...dadi mendol koen. Tapi Tuhan sendiri nggak bakalan rugi jika semua Al Quran dinistakan. Walaupun sakral, itu cuman simbol belaka.

Soal terompet dihubung-hubungkan dengan tradisi orang Yahudi....come on gaess, jangan sempitkan pikiranmu. Terompet sama dengan benda yang lain, tak ada agamanya. Kecuali kalian main terompet saat ibadah di dalam masjid. Iso disepak ndasmu karo wong sak masjid.

Jadi jangan gampang terprovokasi. Luaskan hati, hidup itu luas dimensinya. Dan orang sekarang ngomong agama tidak dengan dimensi budaya, dimensi sosial dan lainnya. Makanya pikirannya sempit gampang diprovokasi..raine burek terus. Tapi dengan kejadian ini kita bisa jadi mengkaji soal agama lagi..ya semacam ngaji via terompet.

Wis ah, trims.


-Robbi Gandmana-


*pertamakali dipublish di Kompasiana