Senin, 11 Juli 2016

Apakah Ente Termasuk Orang yang 'Ngelu Ndase'?

Saat mendekati hari raya, biasanya banyak orang yang ngelu ndase. Dapat THR tapi ngelu ndase, bingung membelanjakannya: lihat diskon gila-gilaan di mal, ngiler lihat teman ganti hape canggih , ngelu ndase lihat tetangganya renovasi rumah atau ngredit mobil baru.

Yang nggak dapat THR ngelu ndase, iri sama yang dapat THR. Yang dapat THR tapi nominalnya sedikit (habis buat bayar utang) ngelu ndase, membayangkan dapat THR gede, nelongso memaki-maki nasibnya.

Begitulah kita, sukanya membandingkan hidup orang lain dengan diri kita (dalam konteks materi). Akhirnya ngelu ndase. Orang jadi ngelu ndase karena punya hasut, dengki, cemburu lihat harta orang lain lebih banyak darinya, mobil orang lain lebih bagus dari mobilnya, hp orang lain lebih canggih dari hp-nya.

Lihat teman-temanya pada punya mobil baru, gengsi, nekad ikutan kredit mobil, padahal gaji pas-pasan. Walhasil tiap awal bulan ngelu ndase. Untuk menghibur diri, ngomong ke teman, "Gak kroso rek, kredit mobilku wis berjalan setahun..".

Gak kroso raimu, yang tak terasa itu waktu yang cepat berlalu, tapi saat gajimu kepotong untuk nyicil, terasa bianget. Gaji 3 juta dipotong 1.5 juta. Ente pun misuh-misuh dalam hati, ngelu ndase..

"Lha ya'opo, nek gak nekat gak duwe mobil anyar e mas.." Itu boleh juga, tapi itu bisa menenggelamkan otak manusia. Lha ente nuruti gengsi ae. Berlagak parlente tapi sebenarnya kere. Gaji senin kemis berlagak artis. Akhire ngelu ndase diuber-uber debt collector. Stres, wajah jadi boros, ketok tuweekk. Umur 30 tahun koyok 50 tahun. Kerut di wajah jelas bianget koyok diorek-orek karo spidol.

Manusia memang materialistis, tak pandai bersyukur. Dapat uang sejuta membayangkan uang 10 juta. Makan tempe membayangkan sea foodAkhire ngelu ndase, sudah sea food-nya cuman angan, makan tempenya jadi nggak nikmat. Bercita-cita dapat uang 10 juta itu bagus, tapi saat dapat uang sejuta jangan bercita-cita, cita-cita ditunda dulu.

Makanya jangan sering ikut seminar-seminar rejeki yang punya andil besar menciptakan kapitalis-kapitalis yang ngelu ndase itu. Pandai memanfaatkan peluang untuk mendapatkan uang tapi nuraninya kering. Yang ada di otak cuman Itung-itungan, laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi laba rugi...

Akhirnya ibadah pun niatnya biar sukses (secara materi). Shalat biar jadi PNS, naik haji agar tokonya laris, dan seterusnya..

Ibadah itu dalam rangka bersyukur, tidak untuk mencari rejeki. Rejeki itu efek, bonus. Shalat is shalat, dalam rangka menyembah Tuhan. Malah sebenarnya sungkan kalau minta imbalan. Tuhan sudah menganugerahkan kehidupan, kok masih minta imbalan.

Dan shalat nggak ada hubungannya dengan kesuksesan materi (ada sih kalau dihubung-hubungkan). Buanyak orang yang tak pernah shalat tapi kaya raya. Jadi..ojok salah niat rek.

Nggak masalah anda rajin ke seminar rejeki, MLM atau sejenisnya selama  bisa menjaga kesejatianmu, kemurnianmu, tidak jadi materialisme. Gak pikirane duwik tok ae. Sedekah tapi ngincer kembalian berlipat. Niatnya jadi rusak, ente sedekah apa dagang?

Saya pernah diprospek sama anak MLM. Semangatnya luar biasa, bicara berapi-api seraya mengepalkan tangan, ludahnya muncrat-muncrat, seperti akan jihad ke Palestina: "Ayo!! ..ini uang mas!! Uang!! Semangat!!" Aku bingung, ono opo iki?..ngelu ndasku.

Semangat seperti itu sebenarnya bagus kalau diterapkan ke hal lain, misalnya shalat. "Ayo shalat! ..ini surga mas!! Surga!! Semangat!!" Akhirnya shalat tahajjud tiap malam. Tapi kayaknya semangat seperti hanya berlaku di wilayah materi atau sesuatu yang berhubungan dengan uang. Ora popo, manusiawi..

Bukannya saya nggak butuh uang, tetep butuh banget. Cuman derajat manusia itu lebih tinggi daripada uang. Jadikan uang itu anak buahmu, bukan malah jadi budaknya. Uang bukan satu-satunya hal yang membuat orang bahagia.

Dipikirnya kenikmatan yang utama itu adalah materi . Materi memang memberi kenikmatan. Tapi sesungguhnya bukan itu yang nomer satu. Yang paling primer adalah kemampuan kita menikmati (betapa indahnya) apa saja yang diberikan Tuhan kepada kita.

Bercita-cita jadi orang kaya itu bagus kalau itu akan memudahkanmu beribadah (walau manusia itu sudah kaya sejak lahir karena dikaruniai akal pikiran dan panca indera). Lebih baik jangan kaya kalau akan menjauhkanmu dari Tuhan.

Kaya itu banyak jenisnya. Ada jenis orang kaya yang sebenarnya bukan orang kaya tapi saat membutuhkan uang, eh ndilalah kok dapat uang. Ada yang kaya, omah magrong magrong pinggir embong, tapi saat menepi berdua, curhat..buanyak tanggungan utang, kredit...ngelu ndase.

Maka lebih baik bercita-cita jadi orang bahagia daripada jadi orang kaya. Kaya nggak menjamin orang jadi bahagia. Orang miskin yang nggak bahagia itu gampang obatnya, dikasih uang..hilang sedihnya, tapi kalau sudah kaya..nggak juga bahagia....ngelu ndase.

Saya nggak anti MLM atau sejenisnya. Dan kalau diprospek MLM atau apa saja, saya tidak me-reject-nya. Bisa jadi suatu hari mungkin itu penting. Dan orang yang punya kans besar mendapatkan hidayah adalah yang mau mendengarkan omongan orang. Nggak masalah yang ngasih advice atau motivasi itu orang kere, orang sukses atau siapa saja.

Kalau ente pikir seorang motivator itu harus orang yang sukses (secara materi), ente termasuk orang yang ngelu ndase.

Saya pribadi nggak butuh motivasi tapi kalau ada orang yang memovitasi dengan kata-kata bijak akan saya dengarkan atau baca, walau kadang bikin ngelu ndase.

Motivasi itu lebih kepada soal vitamin jiwa, tidak semata-mata untuk kesuksesan materi (mungkin ente terbiasa menghadiri seminar-seminar rejeki itu. Pikiran ente teracuni dengan hal-hal yang berbau materialistis, kapitalis). Tujuannya agar tidak kesasar saat berjalan menuju Tuhan.

Jadi bukan masalah siapa yang ngasih motivasi (kaya atau miskin, sukses atau tidak).

Di Indonesia buanyak orang yang falsafah hidupnya mateng. Tukang becak pun banyak yang filosofi hidupnya jos gandos. Makanya negara ini lebih tenang menghadapi berbagai krisis  yang menimpa.

Menurutku bagus orang berani mengutarakan pendapatnya, opininya, quotes-nya. Soal itu salah atau benar, relatif. Tiap orang punya masa dan massa-nya sendiri. Mungkin 10 tahun ke depan saya malu baca tulisanku : "Duh, aku kok sok ngustadz, sok bijak se rekk.." Tapi untuk sekarang aku nggak perduli, aku menulis apa yang ingin aku tulis, daripada ngelu ndase.

Wis ah cukup..ngelu ndasku.

***
Kalau tulisan ini menyinggung anggaplah sebuah kritikan, kalau menghibur semoga menjadi semangat, kalau inspiratif semoga menjadi ide untuk berkarya. Mohon maaf lahir batin. Trims.


*ngelu ndase = pusing kepalanya = kepala cenut-cenut = headache

--------
*Pertama kali dipublish di Kompasiana

Jujur Saja Kalau Tidak Suka Puasa, Itu Hebat

dokumentasi pribadi
Iklan sirup Marjan telah ditayangkan, pertanda bulan puasa telah tiba. Bulan penuh diskon pahala gila-gilaan. Diskon susu SGM di swalayan Luwes nggak ada apa-apanya. Maka mumpung puasanya rame-rame, rugi kalau nggak ikutan puasa. Zuukk gaess..

Kalau dicap 'mendadak alim' atau dijuluki 'Islam insidental', cuek saja! Perbanyak makan sayur Rebung biar jadi 'rai gedek', nggak gampang malu. Apa pun yang terjadi tetap ibadah all the way.

Tapi kalau mau jujur, sebenarnya nggak ada orang yang suka puasa. Ngaku aja Mblo. Walaupun alim ulama, kyai, ustadz atau apa pun, kalau mereka jujur pasti akan bilang nggak suka puasa.

Kalau ente pikirannya linear, pasti ngamuk-ngamuk oleh pernyataan di atas. Tapi saya maklum, itulah penyakit kebanyakan orang sekarang : kesempitan. Dikit-dikit teriak "Dajjal!", "Babi kafir!", "Laknatulloh!"

Tenangkan pikiran, ambil nafas, tatap mata saya..

Kenapa manusia nggak suka puasa? Logikanya manusia lebih suka kenyang daripada lapar. Aneh kalau ada manusia yang hobinya lapar. Lapar itu pedih jendral!

Kebanyakan manusia menjalankan puasa karena tergiur oleh pahala yang melimpah  (mayoritas manusia modern level imannya 'pedagang', apa pun ujung-ujungnya urusan jual beli,  laba nggak? aku oleh opo?). Atau terpaksa menjalankannya karena hukumnya wajib.

Jika hukum puasa Ramadhan cuman sunnah, pasti sangat sedikit yang menjalankannya. Lihatlah saat puasa Syawal, sudah diiming-imingi pahala besar (puasa seminggu sama dengan puasa setahun), tetap saja sepi peminat.

Jika pun ada yang mau menjalankan puasa sunnah, itu karena ada maunya : biar cepet jodoh, biar diterima jadi PNS, biar tokonya laris, biar kredit motor nggak ditagih...yo wis ora popo.

Asumsinya, Tuhan memerintahkan puasa karena manusia tidak suka puasa. Kalau manusia sudah suka, ngapain diperintahkan. Dan semua ibadah yang diwajibkan itu sebenarnya tidak disukai manusia.

- Perintah dari Tuhan pasti sesuai dengan fitrah manusia, bermanfaat bagi rohani dan jasmani (dapat dibuktikan secara empiris). PerintahNya 100% untuk kebaikan dan pemahaman manusia, bukan untuk 
Tuhan, Tuhan nggak butuh itu semua -

Justru orang yang nggak suka puasa tapi tetap melakukan puasa itu hebat! Melakukan hal yang tak disukai apalagi dengan niat ikhlas karena Alloh, itu emejing banget Mblo.

Manusia yang derajatnya tinggi adalah manusia yang mau melakukan hal (berat) yang sangat tidak disukainya, melawan ego dan nafsunya. Karena dia tahu itu baik bagi dirinya.

Apa hebatnya jika sudah suka puasa, terus melakukan puasa (hal yang disukainya itu)?? Kayak orang yang suka piknik dikasih liburan gratis ke tembok China, yo tambah seneng..

Bukan berarti kalau tidak suka puasa terus nggak puasa. Kalau itu sih gemblung namanya. Saat ditanya kenapa nggak puasa, jawabannya sinis : "Diakali wong Arab!"

Kondisi Terbaik Adalah Saat Kita Lapar
Semua pasti tahu lah kalau puasa itu menyehatkan secara medis, tapi jarang yang tahu kalau kondisi tubuh yang paling baik adalah saat lapar (asal tidak sampai pada tahap kelaparan; tentu saja puasa nggak akan bikin kelaparan). Pada kondisi itu tenaga prima, hati dan pikiran lebih jernih.

Dan kenyang itu sebenarnya tidak baik. Perut kenyang membuat orang jadi ngantuk, males mikir, gampang tersulut nafsu seksnya. Maka jangan sampai kekenyangan. Biasanya yang makan di standing party resepsi pernikahan. Semua jenis makanan dicaplok. Aji mumpung, nggak mesti setahun sekali makan enak.
Mice Cartoon Harian Kompas
Ilmu tertinggi dalam kesehatan adalah : "Makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang".
Menurut ilmu kesehatan, kita merasakan kenyang setelah 20 menit setelah berhenti makan.  Kalau kita makan sampai kenyang itu sebenarnya memang perut sudah nggak muat.

lidah dan mulut itu adalah alat dari Tuhan agar manusia memahami kesehatan. Jadi kalau ente mau memasukan makanan ke tubuhmu, lidah akan mendeteksi ini sehat atau tidak. Nggak cuman maknyussss ae.

Salahnya orang modern adalah menggunakan lidahnya untuk sekedar fungsi kuliner. Seharusnya untuk memahami ini sehat atau tidak. Dengan begitu kita akan paham kapan saatnya makan dan tidak makan. Nggak memamahbiak all the time ae rek.

Tidak sehat bukan cuma urusan bahannya tapi juga dosisnya. Nasi itu bagus tapi kalau dosisnya kelebihan bisa bikin diabetes, gula darah naik. Maka puasa pun bisa mengurangi gula darah.

Saat puasa kita meningkatkan pemecahan glukosa, yang dilakukan agar tubuh bisa memperoleh energi. Ini akan mengurangi produksi insulin yang terletak di pankreas, dan glukagon diproduksi untuk memfasilitasi pemecahan glukosa. (Aku nggak yakin ente paham, Bukan gayaku menulis bergaya intelek, model tulisan makalah atau skripsi. Karena cuman satu dua orang yang ngerti).

Wis ah..banyak sekali manfaat puasa yang lain, ente pasti sudah pernah membaca soal itu. Kalau belum tahu, tanyakan saja Mbah Google. Kalau saya tulis semua pasti akan sangat membosankan. Wis tau.

Jika ada perbedaan hari awal puasa, nggak usah galau. Percaya saja sama kyainya. Mau ikut yang hari minggu atau senin, monggo. Karena pada intinya sama saja, sama-sama tanggal 1 Ramadhan (nggak ada yang memulai puasa tanggal 2 Ramadhan). 

Kita cuman umat, kalau ada kesalahan penetapan hari, yang tanggung jawab kyainya. Tenang ae..


*Pertama kali dipublish di Kompasiana

Ini yang Membuat Rakyat Indonesia Selalu Bisa Bangkit dari Keterpurukan

dokumentasi pribadi
Sebenarnya tulisan ini akan saya tulis dan tayangkan saat bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (HKN). Tapi karena suatu kesibukan, terpaksa harus tertunda penayangannya. Biasa, tawaran shooting main film datang bertubi-tubi (film Flora Fauna, memerankan Luwak).

Walaupun HKN diperingati untuk mengenang bangkitnya pemuda dalam organisasi Boedi Oetomo, tapi sebenarnya juga mengenang kebangkitan bangsa Indonesia secara umum. Yang penting bagaimana kita bisa mengambil semangat dan nilai-nilai yang diperjuangkan para pemuda dulu dalam merintis kemerdekaan. Nggak cuman mengenang doang Mblo.

Ngomong soal bangkit, sebenarnya rakyat kita adalah pakar dalam hal bangkit-membangkit. Berdasarkan fakta sejarah selama ratusan tahun. Tanpa diajari untuk bangkit, rakyat sudah paham caranya. Mereka adalah bangsa lelaku, nggak gampang dikalahkan oleh penderitaan hidup. Jadi para ahli nggak usah nggaya ngajari rakyat untuk bangkit.

Kebangkitan di sini jangan diartikan sempit, bangkit melawan penjajah (Belanda). Tapi kebangkitan secara umum, terutama bangkit melawan krisis (ekonomi), keterpurukan. Di bawah ini adalah beberapa fakta kenapa rakyat kita selalu bisa terus bangkit dari kubur eh..krisis:

- Pinter Mengakali
Mengakali di sini dalam artian yang positif, bukan mencurangi, menipu atau merekayasa (walaupun ahli juga soal itu). 

Mengakali di sini contohnya sepeda motor yang sebenarnya sudah nggak layak pakai tapi bisa dipakai karena diakali sedemikian rupa. Walau mereka nggak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang mesin (lha wong tahunya sepeda motor hanya Honda, walau merknya Yamaha, Suzuki atau lainnya, tetap dibilang Honda).

Tapi mereka biasanya glagepan, plungkar plungker kalau disuruh menjelaskan seperti insinyur mesin menjelaskan soal mesin. Karena ilmu mereka adalah amalnya. Mereka jenis manusia tukang, bukan sarjana atau jenis konseptor yang kerjanya merumuskan.

Nggak cuman pada mesin saja yang mereka akali, tapi juga soal apa saja, termasuk makanan.
Dulu kalau ada anak desa yang sekolah di kota jadi bahan ejekan temannya karena doi makanan pokoknya gaplek, tiwul dan sejenisnya. Padahal sekarang nasi sisa yang seharusnya buat makan hewan atau dibuang, diakali dijadikan nasi aking dan seterusnya dikonsumsi. Inilah yang membuat rakyat kita selalu bisa selamat dari krisis.

Jajanan yang sebenarnya remeh temeh bisa disulap menjadi jajanan gaul. Kreatif. Ampas tahu yang seharusnya buat makanan Sapi atau Babi, disulap menjadi Tempe Gembus alias Menjes alias Tempe Levi's (karena tekturnya persis celana jins).

- Multi Talenta
Rakyat Indonesia rata-rata mempunyai bakat lebih dari satu. Karena keadaan ekonomi yang carut marut membuat rakyat harus atau terpaksa belajar apa saja. Maka tak heran jika pekerjaan orang Indonesia buanyak yang tak sesuai jurusan. Sarjana Pertanian jadi desainer, Sarjana Ekonomi jadi tukang servis HP, Sarjana Filsafat jadi pengusaha roxy (rongsokan besi), ahli IT jadi Menteri Pemuda dan Olah raga (di era SBY..duh).

Walaupun sebenarnya multi talenta juga bisa membuat kita terpuruk (karena tidak fokus pada satu bidang, sedang orang Barat fokus pada satu bidang sehingga banyak melahirkan  para ahli). Tapi setidaknya saat lapangan kerja begitu sempit atau di-PHK, mereka bisa survive dengan ilmu, bakat yang bermacam-macam.

- Pinter Main 'Akrobat'
Pasti ente pernah lihat betapa luwesnya orang mengendarai motor (ngebut) sambil main Hengpon. Atau juga Penjual kasur lipat yang menjajakan dagangannya hanya pakai motor atau sepeda ontel. Kasur lipat ditumpuk di jok. Dan masih sempat-sempatnya zig zag di jalan saat jam sibuk. Belok kiri (keluar dari gang) nggak pakai noleh ke kanan (belakang). 

Hebatnya, dengan keadaan jalanan yang kacau balau tersebut, angka kecelakaan tak setinggi negara maju yang masyarakatnya sangat tertib : Jepang, Korea dan atau negara maju lainnya.
Karena pinter 'akrobat' itulah rakyat Indonesia oke-oke saja. Kuli bangunan di gedung tinggi, rileks tanpa alat pengaman yang memadai. Begitu juga saat menambang pasir, batu kapur, sarang burung walet, emas, akik, atau apa saja di tempat yang berbahaya..mereka oke saja. Bahkan masih sempat-sempatnya selfie.

- Tidak Tergantung Apa-Apa
Ini salah satu asyiknya orang Indonesia. Mereka tidak masalah jadi apapun. Jadi orang kaya Alhamdulillah, miskin juga nggak masalah. Jadi orang sukses..syukurlah, nggak sukses..biarlah. Yang penting mangan ora mangan kumpul, nabung buat beli gadget yang canggih buat ngeksis, sehari makan 3 kali, beresss. 

Bandingkan dengan orang Korea, Jepang atau bangsa lain.  Begitu hidupnya gagal, nggak sukses..langsung bunuh diri.

- Sengsara adalah Prestasi
Kebanyakan ini terjadi pada orang lama yang masih teguh pada budaya nenek moyang. Mengamalkan berbagai laku tirakat untuk melatih dan meneguhkan diri. Misal orang Jawa yang Puasa Ngebleng, puasa selama 3 hari nonstop nggak makan minum dan menahan hawa nafsu. 

Karena tahan sengsara itulah ketika krisis datang, mereka nggak akan pernah kaget. Krisis opo se rek..Dan mereka tetap berangkat bekerja, ngojek, nguli, bakul di pasar, berburu rongsokan, bahkan jangan kaget kalau masih menemui orang yang memanggul dipan kayu (tempat tidur) dijajakan keliling kampung.

- Hidup dengan Sugesti
Pernah dengar khan ada anak yang hobinya makan batu bata tapi tubuhnya oke-oke saja. Secara logika atau teori pastilah nggak baik makan benda seperti itu, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Bahkan di Jawa ada tanah liat yang dijadikan cemilan (Ampo).

Saat harga melambung tinggi, susu tak terbeli, maka tajin pun jadi. Anehnya tajin malah lebih dahsyat dari susu (instan). Bayi bisa tumbuh normal layaknya bayi yang minum susu mahal. Dan itu semua karena kekuatan sugesti.

****
Oke, walaupun rakyat kita kesadarannya rendah (jam karet, sulit antri, buang sampah sembarangan, dan sebagainya), tapi Rakyat Indonesia adalah jenis manusia yang anomali, tidak ada rumusnya. Nggak bisa ditebak, bisa jadi malaikat dan setan di waktu yang sama. Hari ini korupsi, besok umroh. Kelihatannya alim, kalem, tapi diam diam mencuri rantang.

Itulah yang bikin konspirasi dunia sulit menguasai Indonesia. Konspirasi dunia tak kan bisa mempengaruhi bangsa ini secara total, paling cuman hinggap sementara. Juga karena mereka adalah rakyat yang fanatik pada budaya lokal. Walaupun lama dijajah Belanda, bahasa mereka tetap bahasa Nusantara nggak berubah jadi Belanda.  

Kalau pun mereka lari ke K-Pop, Metal, Rasta, Punk.. itu hanya sementara saja. Mereka akan tetap kembali jadi Indonesia.

Rakyat Indonesia itu tahan banting. 'Monyet terlatih' yang teruji sejak berabad-abad. Diplokhotho Belanda, diinjak-injak Jepang (bahkan sampai saat ini pun masih 'dijajah' oleh persekutuan kolonialis 
global). Tapi mereka masih bisa ketawa ketiwi gumbira huwehehehehehehehe..

Tak ada bangsa yang segembira bangsa Indonesia. Sebagai manusia, sangat nyaman hidup di sini. Tapi sebagai warga, remukkk..ditakut-takuti, diporotin oleh aparat juga direpoti oleh pemerintah. Tahu sendirilah, ingin urusan lancar harus pakai uang.

Saat Belanda dulu menguras tambang dan kekayaan alam buat makan rakyatnya, rakyat Indonesia rileks-rileks saja : "Monggo sana ambil! masih buanyak tambang yang belum digali. Indonesia is the promised land!" Kita negara kaya kok, mereka yang miskin. Pede aja.

Mereka hanya melawan ketika disakiti, kalau cuman soal harta tambang diambil, silahkan saja. Harta benda kok diurusi, Tuhan maha kaya. Gitu aja kok repot.

Apapun kebijakan pemerintah (yang bikin sengsara), rakyat pasti mampu melaksanakan. Memang seminggu, dua minggu rakyat protes, demo habis-habisan. Tapi setelah itu mereka akan menyulapnya menjadi hikmah, revolusi diri dan optimisme melangkah ke depan.

Mereka adalah ahli krisis. Begitu seringnya ditimpa krisis sampai akhirnya lupa dan terbiasa dengan krisis. Krisis what? sudah lupa tuh. Media saja yang sukanya mendramatisir, yang sebenarnya terjadi tidak seheboh itu.

Wis ah...trims.

*pertama kali dipublish di Kompasiana