Senin, 11 Juli 2016

Jujur Saja Kalau Tidak Suka Puasa, Itu Hebat

dokumentasi pribadi
Iklan sirup Marjan telah ditayangkan, pertanda bulan puasa telah tiba. Bulan penuh diskon pahala gila-gilaan. Diskon susu SGM di swalayan Luwes nggak ada apa-apanya. Maka mumpung puasanya rame-rame, rugi kalau nggak ikutan puasa. Zuukk gaess..

Kalau dicap 'mendadak alim' atau dijuluki 'Islam insidental', cuek saja! Perbanyak makan sayur Rebung biar jadi 'rai gedek', nggak gampang malu. Apa pun yang terjadi tetap ibadah all the way.

Tapi kalau mau jujur, sebenarnya nggak ada orang yang suka puasa. Ngaku aja Mblo. Walaupun alim ulama, kyai, ustadz atau apa pun, kalau mereka jujur pasti akan bilang nggak suka puasa.

Kalau ente pikirannya linear, pasti ngamuk-ngamuk oleh pernyataan di atas. Tapi saya maklum, itulah penyakit kebanyakan orang sekarang : kesempitan. Dikit-dikit teriak "Dajjal!", "Babi kafir!", "Laknatulloh!"

Tenangkan pikiran, ambil nafas, tatap mata saya..

Kenapa manusia nggak suka puasa? Logikanya manusia lebih suka kenyang daripada lapar. Aneh kalau ada manusia yang hobinya lapar. Lapar itu pedih jendral!

Kebanyakan manusia menjalankan puasa karena tergiur oleh pahala yang melimpah  (mayoritas manusia modern level imannya 'pedagang', apa pun ujung-ujungnya urusan jual beli,  laba nggak? aku oleh opo?). Atau terpaksa menjalankannya karena hukumnya wajib.

Jika hukum puasa Ramadhan cuman sunnah, pasti sangat sedikit yang menjalankannya. Lihatlah saat puasa Syawal, sudah diiming-imingi pahala besar (puasa seminggu sama dengan puasa setahun), tetap saja sepi peminat.

Jika pun ada yang mau menjalankan puasa sunnah, itu karena ada maunya : biar cepet jodoh, biar diterima jadi PNS, biar tokonya laris, biar kredit motor nggak ditagih...yo wis ora popo.

Asumsinya, Tuhan memerintahkan puasa karena manusia tidak suka puasa. Kalau manusia sudah suka, ngapain diperintahkan. Dan semua ibadah yang diwajibkan itu sebenarnya tidak disukai manusia.

- Perintah dari Tuhan pasti sesuai dengan fitrah manusia, bermanfaat bagi rohani dan jasmani (dapat dibuktikan secara empiris). PerintahNya 100% untuk kebaikan dan pemahaman manusia, bukan untuk 
Tuhan, Tuhan nggak butuh itu semua -

Justru orang yang nggak suka puasa tapi tetap melakukan puasa itu hebat! Melakukan hal yang tak disukai apalagi dengan niat ikhlas karena Alloh, itu emejing banget Mblo.

Manusia yang derajatnya tinggi adalah manusia yang mau melakukan hal (berat) yang sangat tidak disukainya, melawan ego dan nafsunya. Karena dia tahu itu baik bagi dirinya.

Apa hebatnya jika sudah suka puasa, terus melakukan puasa (hal yang disukainya itu)?? Kayak orang yang suka piknik dikasih liburan gratis ke tembok China, yo tambah seneng..

Bukan berarti kalau tidak suka puasa terus nggak puasa. Kalau itu sih gemblung namanya. Saat ditanya kenapa nggak puasa, jawabannya sinis : "Diakali wong Arab!"

Kondisi Terbaik Adalah Saat Kita Lapar
Semua pasti tahu lah kalau puasa itu menyehatkan secara medis, tapi jarang yang tahu kalau kondisi tubuh yang paling baik adalah saat lapar (asal tidak sampai pada tahap kelaparan; tentu saja puasa nggak akan bikin kelaparan). Pada kondisi itu tenaga prima, hati dan pikiran lebih jernih.

Dan kenyang itu sebenarnya tidak baik. Perut kenyang membuat orang jadi ngantuk, males mikir, gampang tersulut nafsu seksnya. Maka jangan sampai kekenyangan. Biasanya yang makan di standing party resepsi pernikahan. Semua jenis makanan dicaplok. Aji mumpung, nggak mesti setahun sekali makan enak.
Mice Cartoon Harian Kompas
Ilmu tertinggi dalam kesehatan adalah : "Makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang".
Menurut ilmu kesehatan, kita merasakan kenyang setelah 20 menit setelah berhenti makan.  Kalau kita makan sampai kenyang itu sebenarnya memang perut sudah nggak muat.

lidah dan mulut itu adalah alat dari Tuhan agar manusia memahami kesehatan. Jadi kalau ente mau memasukan makanan ke tubuhmu, lidah akan mendeteksi ini sehat atau tidak. Nggak cuman maknyussss ae.

Salahnya orang modern adalah menggunakan lidahnya untuk sekedar fungsi kuliner. Seharusnya untuk memahami ini sehat atau tidak. Dengan begitu kita akan paham kapan saatnya makan dan tidak makan. Nggak memamahbiak all the time ae rek.

Tidak sehat bukan cuma urusan bahannya tapi juga dosisnya. Nasi itu bagus tapi kalau dosisnya kelebihan bisa bikin diabetes, gula darah naik. Maka puasa pun bisa mengurangi gula darah.

Saat puasa kita meningkatkan pemecahan glukosa, yang dilakukan agar tubuh bisa memperoleh energi. Ini akan mengurangi produksi insulin yang terletak di pankreas, dan glukagon diproduksi untuk memfasilitasi pemecahan glukosa. (Aku nggak yakin ente paham, Bukan gayaku menulis bergaya intelek, model tulisan makalah atau skripsi. Karena cuman satu dua orang yang ngerti).

Wis ah..banyak sekali manfaat puasa yang lain, ente pasti sudah pernah membaca soal itu. Kalau belum tahu, tanyakan saja Mbah Google. Kalau saya tulis semua pasti akan sangat membosankan. Wis tau.

Jika ada perbedaan hari awal puasa, nggak usah galau. Percaya saja sama kyainya. Mau ikut yang hari minggu atau senin, monggo. Karena pada intinya sama saja, sama-sama tanggal 1 Ramadhan (nggak ada yang memulai puasa tanggal 2 Ramadhan). 

Kita cuman umat, kalau ada kesalahan penetapan hari, yang tanggung jawab kyainya. Tenang ae..


*Pertama kali dipublish di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar