Senin, 11 Juli 2016

Ini yang Membuat Rakyat Indonesia Selalu Bisa Bangkit dari Keterpurukan

dokumentasi pribadi
Sebenarnya tulisan ini akan saya tulis dan tayangkan saat bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (HKN). Tapi karena suatu kesibukan, terpaksa harus tertunda penayangannya. Biasa, tawaran shooting main film datang bertubi-tubi (film Flora Fauna, memerankan Luwak).

Walaupun HKN diperingati untuk mengenang bangkitnya pemuda dalam organisasi Boedi Oetomo, tapi sebenarnya juga mengenang kebangkitan bangsa Indonesia secara umum. Yang penting bagaimana kita bisa mengambil semangat dan nilai-nilai yang diperjuangkan para pemuda dulu dalam merintis kemerdekaan. Nggak cuman mengenang doang Mblo.

Ngomong soal bangkit, sebenarnya rakyat kita adalah pakar dalam hal bangkit-membangkit. Berdasarkan fakta sejarah selama ratusan tahun. Tanpa diajari untuk bangkit, rakyat sudah paham caranya. Mereka adalah bangsa lelaku, nggak gampang dikalahkan oleh penderitaan hidup. Jadi para ahli nggak usah nggaya ngajari rakyat untuk bangkit.

Kebangkitan di sini jangan diartikan sempit, bangkit melawan penjajah (Belanda). Tapi kebangkitan secara umum, terutama bangkit melawan krisis (ekonomi), keterpurukan. Di bawah ini adalah beberapa fakta kenapa rakyat kita selalu bisa terus bangkit dari kubur eh..krisis:

- Pinter Mengakali
Mengakali di sini dalam artian yang positif, bukan mencurangi, menipu atau merekayasa (walaupun ahli juga soal itu). 

Mengakali di sini contohnya sepeda motor yang sebenarnya sudah nggak layak pakai tapi bisa dipakai karena diakali sedemikian rupa. Walau mereka nggak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang mesin (lha wong tahunya sepeda motor hanya Honda, walau merknya Yamaha, Suzuki atau lainnya, tetap dibilang Honda).

Tapi mereka biasanya glagepan, plungkar plungker kalau disuruh menjelaskan seperti insinyur mesin menjelaskan soal mesin. Karena ilmu mereka adalah amalnya. Mereka jenis manusia tukang, bukan sarjana atau jenis konseptor yang kerjanya merumuskan.

Nggak cuman pada mesin saja yang mereka akali, tapi juga soal apa saja, termasuk makanan.
Dulu kalau ada anak desa yang sekolah di kota jadi bahan ejekan temannya karena doi makanan pokoknya gaplek, tiwul dan sejenisnya. Padahal sekarang nasi sisa yang seharusnya buat makan hewan atau dibuang, diakali dijadikan nasi aking dan seterusnya dikonsumsi. Inilah yang membuat rakyat kita selalu bisa selamat dari krisis.

Jajanan yang sebenarnya remeh temeh bisa disulap menjadi jajanan gaul. Kreatif. Ampas tahu yang seharusnya buat makanan Sapi atau Babi, disulap menjadi Tempe Gembus alias Menjes alias Tempe Levi's (karena tekturnya persis celana jins).

- Multi Talenta
Rakyat Indonesia rata-rata mempunyai bakat lebih dari satu. Karena keadaan ekonomi yang carut marut membuat rakyat harus atau terpaksa belajar apa saja. Maka tak heran jika pekerjaan orang Indonesia buanyak yang tak sesuai jurusan. Sarjana Pertanian jadi desainer, Sarjana Ekonomi jadi tukang servis HP, Sarjana Filsafat jadi pengusaha roxy (rongsokan besi), ahli IT jadi Menteri Pemuda dan Olah raga (di era SBY..duh).

Walaupun sebenarnya multi talenta juga bisa membuat kita terpuruk (karena tidak fokus pada satu bidang, sedang orang Barat fokus pada satu bidang sehingga banyak melahirkan  para ahli). Tapi setidaknya saat lapangan kerja begitu sempit atau di-PHK, mereka bisa survive dengan ilmu, bakat yang bermacam-macam.

- Pinter Main 'Akrobat'
Pasti ente pernah lihat betapa luwesnya orang mengendarai motor (ngebut) sambil main Hengpon. Atau juga Penjual kasur lipat yang menjajakan dagangannya hanya pakai motor atau sepeda ontel. Kasur lipat ditumpuk di jok. Dan masih sempat-sempatnya zig zag di jalan saat jam sibuk. Belok kiri (keluar dari gang) nggak pakai noleh ke kanan (belakang). 

Hebatnya, dengan keadaan jalanan yang kacau balau tersebut, angka kecelakaan tak setinggi negara maju yang masyarakatnya sangat tertib : Jepang, Korea dan atau negara maju lainnya.
Karena pinter 'akrobat' itulah rakyat Indonesia oke-oke saja. Kuli bangunan di gedung tinggi, rileks tanpa alat pengaman yang memadai. Begitu juga saat menambang pasir, batu kapur, sarang burung walet, emas, akik, atau apa saja di tempat yang berbahaya..mereka oke saja. Bahkan masih sempat-sempatnya selfie.

- Tidak Tergantung Apa-Apa
Ini salah satu asyiknya orang Indonesia. Mereka tidak masalah jadi apapun. Jadi orang kaya Alhamdulillah, miskin juga nggak masalah. Jadi orang sukses..syukurlah, nggak sukses..biarlah. Yang penting mangan ora mangan kumpul, nabung buat beli gadget yang canggih buat ngeksis, sehari makan 3 kali, beresss. 

Bandingkan dengan orang Korea, Jepang atau bangsa lain.  Begitu hidupnya gagal, nggak sukses..langsung bunuh diri.

- Sengsara adalah Prestasi
Kebanyakan ini terjadi pada orang lama yang masih teguh pada budaya nenek moyang. Mengamalkan berbagai laku tirakat untuk melatih dan meneguhkan diri. Misal orang Jawa yang Puasa Ngebleng, puasa selama 3 hari nonstop nggak makan minum dan menahan hawa nafsu. 

Karena tahan sengsara itulah ketika krisis datang, mereka nggak akan pernah kaget. Krisis opo se rek..Dan mereka tetap berangkat bekerja, ngojek, nguli, bakul di pasar, berburu rongsokan, bahkan jangan kaget kalau masih menemui orang yang memanggul dipan kayu (tempat tidur) dijajakan keliling kampung.

- Hidup dengan Sugesti
Pernah dengar khan ada anak yang hobinya makan batu bata tapi tubuhnya oke-oke saja. Secara logika atau teori pastilah nggak baik makan benda seperti itu, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Bahkan di Jawa ada tanah liat yang dijadikan cemilan (Ampo).

Saat harga melambung tinggi, susu tak terbeli, maka tajin pun jadi. Anehnya tajin malah lebih dahsyat dari susu (instan). Bayi bisa tumbuh normal layaknya bayi yang minum susu mahal. Dan itu semua karena kekuatan sugesti.

****
Oke, walaupun rakyat kita kesadarannya rendah (jam karet, sulit antri, buang sampah sembarangan, dan sebagainya), tapi Rakyat Indonesia adalah jenis manusia yang anomali, tidak ada rumusnya. Nggak bisa ditebak, bisa jadi malaikat dan setan di waktu yang sama. Hari ini korupsi, besok umroh. Kelihatannya alim, kalem, tapi diam diam mencuri rantang.

Itulah yang bikin konspirasi dunia sulit menguasai Indonesia. Konspirasi dunia tak kan bisa mempengaruhi bangsa ini secara total, paling cuman hinggap sementara. Juga karena mereka adalah rakyat yang fanatik pada budaya lokal. Walaupun lama dijajah Belanda, bahasa mereka tetap bahasa Nusantara nggak berubah jadi Belanda.  

Kalau pun mereka lari ke K-Pop, Metal, Rasta, Punk.. itu hanya sementara saja. Mereka akan tetap kembali jadi Indonesia.

Rakyat Indonesia itu tahan banting. 'Monyet terlatih' yang teruji sejak berabad-abad. Diplokhotho Belanda, diinjak-injak Jepang (bahkan sampai saat ini pun masih 'dijajah' oleh persekutuan kolonialis 
global). Tapi mereka masih bisa ketawa ketiwi gumbira huwehehehehehehehe..

Tak ada bangsa yang segembira bangsa Indonesia. Sebagai manusia, sangat nyaman hidup di sini. Tapi sebagai warga, remukkk..ditakut-takuti, diporotin oleh aparat juga direpoti oleh pemerintah. Tahu sendirilah, ingin urusan lancar harus pakai uang.

Saat Belanda dulu menguras tambang dan kekayaan alam buat makan rakyatnya, rakyat Indonesia rileks-rileks saja : "Monggo sana ambil! masih buanyak tambang yang belum digali. Indonesia is the promised land!" Kita negara kaya kok, mereka yang miskin. Pede aja.

Mereka hanya melawan ketika disakiti, kalau cuman soal harta tambang diambil, silahkan saja. Harta benda kok diurusi, Tuhan maha kaya. Gitu aja kok repot.

Apapun kebijakan pemerintah (yang bikin sengsara), rakyat pasti mampu melaksanakan. Memang seminggu, dua minggu rakyat protes, demo habis-habisan. Tapi setelah itu mereka akan menyulapnya menjadi hikmah, revolusi diri dan optimisme melangkah ke depan.

Mereka adalah ahli krisis. Begitu seringnya ditimpa krisis sampai akhirnya lupa dan terbiasa dengan krisis. Krisis what? sudah lupa tuh. Media saja yang sukanya mendramatisir, yang sebenarnya terjadi tidak seheboh itu.

Wis ah...trims.

*pertama kali dipublish di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar