Selasa, 01 Januari 2019

Tahun Baru Tanpa Resolusi? Why Not!



Tulisan ini lebih cocok untuk diriku sendiri. Tapi nek awakmu gelem moco yo apik.
Pernah dulu, menjelang tahun baru, aku berdoa (bikin status di medsos) : "Semoga tahun ini aku jadi milyuner". Dan ndilalah banyak yang meng-Amin-i. Tentu saja aku seneng banyak yang bilang Amin. Tapi setelah itu aku menyesal total. Swemproel.
Doaku itu kayak doanya anak sekolahan yang nilai rapornya merah semua tapi minta dibelikan sepeda motor. Saat itu mungkin para malaikat mengejekku, "Raimu iku sopo! Milyuner ndasmu, iso nyangoni duwik anakmu bendino ae iku wis apik pol Ndes!"
Ternyata dalam berdoa pun manusia harus paham dosisnya. Wedus kok kepingin iso miber. Bisa jadi Tuhan sangat bisa mewujudkannya, itu kecil bagiNya. Tapi sebagai hamba, kita harus tahu diri.
Makanya sekarang aku nggak pakai resolusi-resolusian. Gak taek-taekan rek. Ingat kata Simbah, yang penting  sebisa mungkin terus-menerus melakukan kebaikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi passion-mu selama ini. Jalani itu semua dengan proses yang sabar dan istiqomah. Suatu hari akan panen.
Kalau seandainya pun nanti nggak panen, itu bukan urusan manusia. Karena manusia tidak diwajibkan panen. Manusia hanya diwajibkan menanam. Soal nanti panen atau enggak, biar Tuhan yang menentukan. Tuhan memberikan yang terbaik sesuai dengan kepantasan hamba-Nya.
Jadi, nggak masalah khan tahun baru tanpa resolusi? Kenapa enggak! Memangnya wajib beresolusi? Ya enggak lah.
Resolusi yang terlalu tinggi itu kadang malah membebani. Bikin pikiran nggak fresh. Kalau nggak tercapai bisa bikin stres. Raimu rembes. Koyok wong mbambes.
Hati-hati dengan terminologi "Gantungkan cita-citamu setinggi langit". Memangnya di langit ada gantungannya? Terlalu tinggi berharap kalau nggak kesampaian jatuhnya ngeri, tubuh remuk mreteli gak karuan-karuan. Maka pahami dosismu.
Apa asyiknya beresolusi terus kesampaian. Yang asyik itu tidak beresolusi tapi diam-diam Tuhan ngasih. Itu baru hebat.
Masalahnya orang Endonesyah itu kebanyakan multi talenta. Lulusan Fakultas Dakwah tapi pinter ndandani henpon. Lulusan Fakultas Pertanian tapi pinter ndesain grafis. Lulusan Seni Rupa tapi dadi maling yo onok.
Nggak fokus pada satu profesi. Ketika trend tanaman hias, ikutan bisnis tanaman. Ketika trend batu akik, ganti profesi jadi penjual akik. Begitu juga saat trend ikan lohan atau burung Love Bird. Memang ada yang sukses, tapi banyak juga yang terjun bebas. Sapi diijolno kembang, tapi ternyata regone kembang anjlok pol. Kapok.
Pesene Simbah, pokoke saiki fokuslah pada bidangmu masing-masing. Sing iso nggambar, nggambaro terus sampek gak iso nggambar maneh. Tetep semangat walau negeri ini lahan yang tandus buat Tukang Gambar. Bla bla bla.
Kembali ke soal doa di atas.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah, hidup nggak cuman soal salah dan benar, tapi juga pantas atau tidak pantas. Nggak masalah kamu berdoa, beresolusi atau bercinta-cita tinggi, asal pahami dirimu, kenali dirimu. Kalau nggak begitu, kamu bisa kayak wedus yang mengejar ekornya sendiri. Munyer-munyer gak karu-karuan.
Embuh rek.

Selamat merayakan Tahun Baru buat yang merayakan. Semoga esok lebih baik. Aamiin.
-Robbi Gandamana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar