Minggu, 11 Agustus 2019

Salut Buat Ibrahim yang Tega Menyembelih Ismail



Sumber: islam.ru
Nabi Ibrahim memang top markotop. Bayangkan saja, bagaimana dia bisa menjalankan perintah Allah menyembelih Ismail, anaknya sendiri. Gila men. Nek aku jelas gak gelem, "Ya Alloh batalno kenabianku ae wis. Gak sanggup aku..angkat tangan...mosok aku kudu mbeleh anakku dewe, sampeyan iku serius ta?"
Makanya Idul Adha nilainya jauh lebih besar dibandingkan Idul Fitri. Karena hari Idul Adha  kita belajar keikhlasan, kesabaran, ketaqwaan yang luar biasa dari Nabi Ibrahim juga Ismail. Ketika tahu bapaknya mau menyembelih, Ismail mempersilahkan dengan rileksnya.
Andai aku Ismail, tanggapannya bakalan seperti ini, "Sampeyan iku gendeng ta!? Gak mungkin Tuhan ngongkon ngono iku. Iku mesti setan. Mikiro talah. Bapak gak cerdas.."
Nggak cuman ikhlas kehilangan anaknya di tangannya sendiri. Nabi Ibrahim harus ikhlas menjadi satu-satunya Nabi yang dikenal sebagai "pembunuh" anak kandungnya. Manusia biasa mana kuat menanggung beban seperti itu. Kadang perintah Allah pada para Nabinya itu neko-neko. Tapi Tuhan memang Maha Neko-Neko.
Nabi Ibrahim diperintah mengorbankan anaknya, sedangkan kita cuma disuruh mengorbankan kambing saja sulitnya naudzubillah. Onok ae alasane. Sing jarene anake melbu kuliah, butuh duwik akeh. Sing jarene gawe ndadani omah, kayune keropos ate ambruk. Sing jarene ganti henpon, sing wingi wis ketinggalan jaman, gengsi Ndes. Tapi memang ada yang benar-benar bokek.
Tapi iku wajar, manusia itu memang tempatnya kikir, medit, pelit, ngirit. Termasuk aku. Nggak yakin-yakin amat kalau Allah itu Maha Pemberi Rezeki. Cara berpikirnya masih manual, bahwa memberi adalah mengurangi. Padahal memberi itu menanam benih. Yang akan tumbuh dan panen pada saatnya nanti. Makanya orang yang rezekinya terjamin itu yang banyak memberi.
Idul Fitri memang hari istimewa, tapi kalau dibandingkan dengan Idul Adha ya jauh. Kebanyakan kita merayakan Idul Fitri dengan meriah karena hari itu kita terbebas dari lapar. Makanya Idul Fitri itu bagi orang awam adalah hari balas dendam, mangan sak ndelosore.
Pantesan ora Madura mudiknya pas hari Idul Adha bukan Idul Fitri. Beda dengan kita yang mudik dan merayakan dengan besar-besaran hari Idul Fitri dibandingkan dengan Idul Adha. Dalam hal ini orang Madura lebih cerdas dari kita. Salut Cong.
Kalau soal agama, orang Madura memang terkenal punya keteguhan yang kuat. Omahe gedek tapi ternyata wis munggah kaji. Beda dengan kebanyakan kita yang membangun rumah dulu sampai tuntas tas, baru setelah itu ingat haji (masih ingat, belum diniati). Pokoknya agama itu nomer satu. Sekolah formal kacau nggak masalah asal pinter ngaji.
Kembali ke Ibrahim..
Kalau mbahas soal perjuangan Nabi Ibrahim bakalan bisa jadi berjilid-jilid buku. Makanya nggak perlu dijabarkan lagi. Bukan soal capek nulisnya, tapi aku nggak ngerti sejarah soal Nabi Ibrahim. Pengetahuanku soal Nabi-Nabi terbatas (woww ndasmu).
Nggak masalah nggak begitu tahu soal sejarah Nabi. Yang penting tahu garis besarnya dan bisa mengambil pelajaran dan paham makna dari apa yang terjadi  di kehidupan Nabi. Kita nggak wajib tahu semuanya sampai mendetail. Pokoke tau krungu. Ngono ae wis lumayan.
Yang jelas semua perintah Tuhan pasti ada alasan yang masuk akal. Seperti apa yang dilakukan Nabi Ibrahim pada Ismail, anaknya. Kenapa Nabi Ibrahim harus menyembelih Ismail????? Aku gak eruh..memange aku Ustadz!
Makanya di dalam Maiyah yang paling penting itu Tadabbur, bukan Tafsir. Tafsir itu berat, pakai perangkat ilmu yang hanya orang tertentu yang sanggup. Sedangkan orang awam seperti kita bisanya hanya tadabbur, mencari manfaat dari pergaulan kita membaca Qur'an atau Hadits.
Taddabur itu kayak kamu beli mobil. Kamu nggak perlu tahu siapa pembuatnya, di mana pabriknya. Yang penting kamu tahu manfaat dari mobil tersebut.
Pada kasus (bukan kriminal) Ibrahim  menyembelih anaknya (yang ternyata diselamatkan Allah dan diganti dengan embek). Kita mungkin nggak paham kenapa Allah ngasih perintah semacam itu. Tapi setidaknya kita jadi  belajar banyak soal keikhlasan. Sebuah keikhlasan tanpa tanding. Raimu gak mungkin iso.
Lha wong kita ditinggal mati marmut kesayangannya saja sudah semaput gak tangi-tangi. Apalagi ini anak sendiri, yang disembelih sendiri. Ujian hidup yang perfect. Keikhlasan plus kesabaran dioplos dengan ketaqwaan. Nggak cuman umat manusia, para malaikat pun pasti segan sama Nabi Ibrahim, "Salut buatmu Him!"
-Robbi Gandamana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar