Jumat, 13 Mei 2016

Sistem Pendidikan yang Membentuk Siswa Jadi Burung Beo itu Ndeso

Dokumentasi pribadi
Hardiknas (bukan Hari Menghardik Nasional; akronim yang konyol) sudah berlalu. Tapi kalau ngomong soal pendidikan, saya jadi ingat sebuah film ciamik yang nyindir institusi pendidikan yang masih makai sistem kolot. Film itu adalah "3 Idiots".

Film Bollywood terbaik yang dirilis tahun 2009 ini memang oyee. Sunnah muakkad untuk ditonton oleh para pendidik yang kolot, lulusan IKIP, FKIP, PGSD, siapapun yang ingin jadi pengajar dan yang diajar. Saya sendiri mempelajari film ini, nggak sekedar nonton.

Kalau ente bilang, "Film India!?? Gengsi ah, nehiii!" Gemblung! Jangan terpenjara dengan padatan-padatan: India, Korea, Amrik, Arab, Mbantul, Mbeji. Film is film. Selama itu menghibur, bermanfaat  dan menginspirasi, why not? Oke, Bollywood memang selalu ada joget yang wagu. Skip aja yang itu. Beresss.

sumber : www.india.com

Mencintai Fotografi Menikah dengan Mesin
Dikisahkan ada 3 orang pemuda dengan karakter dan latar belakang berbeda, kuliah di ICE (The Institution of Civil Engineers). Sebuah kampus favorit yang mencetak ahli mesin yang handal.

Ketiga orang tersebut adalah Rancho (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan) dan Raju (Sharman Joshi). Rancho adalah seorang pemuda yang anti-mainstream. Pola pikirnya nggak umum. Doi selalu bikin takjub Farhan dan Raju atas tindakan dan pemikirannya yang kickass!

Rancho bagaikan burung yang merdeka yang hidup di 'sarang' diktator. Yang selalu menantang dunia dalam setiap langkahnya.

Rancho kuliah di jurusan mesin karena doi  memang cinta mati pada mesin. Beda dengan Farhan dan Raju yang harus kuliah karena desakan orang tua agar bisa mendongkrak ekonomi keluarga.

Farhan sendiri nggak terlalu tertarik pada mesin, doi lebih mencintai fotografi dan punya obsesi menjadi fotografer profesional. Tapi karena 'sungkan' sama ayahnya, Farhan pun rela 'menikah' dengan mesin.

Persis seperti orang kita yang menuntut anaknya kuliah ekonomi padahal anaknya sangat berbakat dan mencintai seni. Memperkosa hati nurani anak demi nuruti egoisme orang tua. Tapi nggak papalah manut orang tua...biar masuk surga. T:T

Tapi pada akhirnya Farhan nekat 'menggugat' orang tuanya setelah dikompor-kompori oleh Rancho. Dan juga karena kalah dalam sebuah pertaruhan dengannya.

"Aku tidak ingin menjadi insinyur, Ayah. Aku tidak menyenangi Ilmu Mesin. Meski bisa, aku akan menjadi insinyur yang buruk! Rancho berpesan, buat obsesimu menjadi profesimu sehingga bekerja akan serasa bermain!" jelas Farhan serius.

"Memang hanya gaji kecil yang kudapat. Tapi yang penting aku bahagia. Dan aku akan belajar banyak 5 tahun dari sekarang. Hidup sebagai insinyur hanya akan membuatku frustasi lalu akan mengutukmu ayah! Mengutuk karena memberiku kehidupan bla bla bla bla, " tambah Farhan yang membuat ayahnya luluh dan mengikhlaskannya jadi fotografer.

Jangan Kayak Burung Beo!
Rancho, mahasiswa yang kontra sistem pendidikan populer, yang mementingkan menghafal daripada memahami. Mewajibkan murid hafal persis  teks yang ada di buku tanpa pemahaman, penghayatan yang mendalam. Sistem pendidikan yang menitik beratkan pada nilai ujian, tidak pada kreatifitas siswa.

Jika jawaban murid tidak sama dengan yang tertulis di buku (atau yang dikatakan guru) akan di-reject. Padahal secara garis besar jawaban tersebut benar.

Rancho selalu menjawab pertanyaan dosennya dengan bahasa sederhana. Yang berbeda dengan yang tertulis di buku. Padahal dosennya menuntut mahasiswanya menjawab dengan jawaban rinci, sama persis yang ada di buku. Akibatnya Rancho sering diusir dari kelas.

Suatu kali saat diusir dari kelas, buku Rancho tertinggal. Doi pun kembali ke kelas. Si dosen dengan mata mendelik bertanya kenapa Ranco kembali. Rancho menjawab dengan bahasa yang sangat rinci untuk mendefinisikan kata 'buku':

"Instrumen yang merekam, menganalisa, meringkas, mengorganisir, memperdebatkan dan menjelaskan informasi yang digambarkan, dan tak digambarkan dengan sampul tebal, sampul tipis, tersampul dan tak tersampul. Dengan prakata, pengenalan, daftar tabel, daftar isi yang bertujuan untuk memberi penerangan dan pemahaman. Mengayak, meningkatkan, dan mendidik otak manusia untuk mencapai visi, atau setidaknya mendekati."

Mendengar jawaban yang rinci itu, Dosen pun ndlahom. Doi bertanya kenapa tidak menggunakan bahasa sederhana. Rancho nyahut, "Saya khan sudah lakukan sebelumnya, tapi Anda tidak suka bahasa yang sederhana (sukanya bahasa yang rinci)."

Towengwengwenggg..

Kisah Rancho di atas buanyak terjadi di dunia pendidikan kita. Bagaimana kita selama di sekolah dulu dipaksa menghafal persis berdasar yang ada di buku. Apalagi ujian pun lebih banyak soal pilihan daripada esai. Jadi kita dibiasakan untuk tidak kreatif dalam mengembangkan bahasa.

Dari dulu tujuan utama kita sekolah adalah untuk mengejar nilai ujian yang bagus (pasti dicap lugu kalau tujuannya cari ilmu). Nilai ujian yang diabadikan di ijazah. Dengan ijazah, kita mudah dapat kerja. Bisa juga untuk mencalonkan diri jadi lurah. Akhirnya ijazah palsu pun merajalela.

Kalau sudah jadi peradaban begitu, terus mau ngomong apa....susah dirubah. Terusno ae..babah wis.

Ngomong  soal hafal menghafal, otak langsung nyambung pada para Hafidz (hafal Qur'an). Dipikirnya kalau sudah hafidz itu sudah pasti paham Al Qur'an. Hafidz itu baik, tapi apa gunanya kalau cuman hafal, tapi tanpa pemahaman. Akhirnya kayak burung Beo yang bisa menirukan persis ucapan orang tapi sama sekali tak paham apa yang diucapkan.

Apalagi yang Hafidz Qur'an itu anak Arab, yo gak kaget. Lha wong bahasanya sendiri. Baru hebat kalau hafids Qur'an itu wong jowo, omahe pelosok ndeso, cengah cengoh,  ibuke rondo, anake songo, uripe soro,  mangane telo, kerjone luru boto, warisan ora ono....

Al Qur'an dihafal-hafal persis seperti yang tertulis pada terjemahan Depag yang mirip Google Translate itu. Jika tidak sama persis dengan hafalannya dicap sesat. Padahal maksud dan esensinya sama. Oyeeee..pasukan bodrek siaap!!

Menjalankan Sekolah Bak Sebuah Perusahaan Akan Menghasilkan 'Keledai'
Di film ini Kampus ICE digambarkan bagaikan sarang diktator. Diktator tersebut adalah Viru Sastrabudi (mahasiswanya menjulukinya Virus), seorang direktur yang menjalankan sekolah bak perusahaan, industri pendidikan.

Di kampus itu mereka tidak membicarakan penemuan atau gagasan baru, mereka hanya berbicara peringkat, peluang kerja, atau paling banter kerja di AS (luar negeri). Mereka hanya mengajari bagaimana cara memperoleh nilai yang bagus. Mereka bahkan tak mengajari mahasiswanya menjadi insinyur yang handal.

Kebanyakan mahasiswa hanya jadi robot bagi profesor Virus. Maka jangan heran jika kampus yang seperti itu banyak menghasilkan 'keledai'. Duh aku tersindir Mblo...sarjana keledai!

Tiap menyambut mahasiswa baru, Profesor Virus selalu berkhotbah dengan kata yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Sampai-sampai seorang OB di kampus tersebut hafal di luar kepala isi ceramahnya :

"Burung Koel tidak pernah membuat sarangnya sendiri. Mereka menaruh telur-telurnya di sarang burung lain. Dan ketika anak mereka menetas, apa yang mereka lakukan pertama kali? Mereka menendang telur-telur lain keluar dari sarang. Kompetisi berakhir!

"Hidup dimulai dengan 'membunuh'. Itulah alam, Bersaing atau mati. Kalian semua bagaikan burung Koel dan mereka semua adalah telur-telur  yang kalian singkirkan untuk diterima di ICE."

Tapi Virus tak selamanya salah. Doi mengingatkan mahasiswanya bahwa hidup ibarat sebuah perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang meninggalkanmu. Dan Jangan pernah jadi nomer dua. Tak ada yang perduli dengan yang kedua. Seperti kata Virus:

"Neil Armstrong adalah orang pertama yang menginjakan kaki di bulan. Tapi siapakah yang kedua? Jangan sia-siakan waktumu (untuk mencari tahu jawabannya), karena itu tidak penting! Tak akan ada orang yang mencoba mengingat 'Orang kedua'!"

Suatu kali Rancho ditantang (dipaksa) Virus untuk memberikan perkuliahan yang benar di depan kelas. Karena Virus tersinggung dengan ucapan Rancho yang menuduh Virus menekan Joy Lobo  (salah satu mahasiswa yang sepaham dengan Rancho) yang mengakibatkan Joy Lobo bunuh diri.

Saat di depan kelas Rancho hanya menuliskan dua kata 'Farhanitrate' dan 'Prerajulation'. Setelah itu menyuruh mahasiswa di dalam kelas (termasuk Virus) mencari tahu arti kata tersebut dalam waktu hanya 30 detik.

Saat itu juga semua mahasiswa kalut dan berlomba mencari jawaban. Tapi sampai batas waktu yang ditentukan, tak ada yang bisa menemukan jawaban. Padahal kata 'Farhanitrate' dan 'Prerajulation' itu sama sekali bukan kata yang berarti. Itu adalah nama dua teman Rancho : Farhan dan Raju.

"Ketika kulontarkan pertanyaan tadi, apakah kalian antusias? Kalian temukan suatu pengetahuan baru? Tidak. kalian semua hanya kalut dan berlomba. Apa gunanya metode seperti ini, sekali pun kamu yang duluan apakah pengetahuanmu meningkat? Tidak, hanya ada tekanan.  Ini adalah Universitas, bukan panci bertekanan," kata Rancho.

"Bahkan singa sirkus pun belajar untuk duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk. Tapi kalian boleh menyebut singa ini terlatih, bukan terdidik," tambah Rancho.

Tapi ada satu mahasiwa yang sangat cocok dengan sistem kolot yang dipakai Virus, yaitu Chatur (Omi Vaidya). Chatur dalam menjawab pertanyaan dosen selalu sama persis yang ada di buku. Sehingga doi jadi mahasiswa kesayangan si Virus. Tapi sayang doi selalu stres karena rangkingnya selalu di bawah Rancho.

Chatur punya pikiran licik. Doi percaya bahwa ada dua cara menjadi juara: 'Tingkatkan nilaimu, atau turunkan nilai orang lain!' Pada malam sebelum ujian, doi mengacaukan konsentrasi siswa lain, salah satunya: meminjami mereka majalah porno. O_O

****
Bagian paling konyol adalah saat Rancho mengubah isi naskah ceramah yang akan dibacakan Chatur di Hari Guru. Kata 'chamathkaar' (ajaib) diubah menjadi 'balathkaar' (cabul) oleh Rancho. Chatur sendiri tidak paham bahasa India asli, karena doi lahir dan sempat hidup di Uganda.

Berikut isi ceramahnya:

Yang terhormat Bapak Direktur, Bapak Menteri Pendidikan, Shri RD Tripati Ji, Para dosen dan teman-teman tercinta.

Hari ini jika ICE menggapai langit tertinggi..itu adalah jasa satu orang, tak lain tak bukan..Shri Viru Sahastrabuddhi.. tepuk tangan untuk beliau!

Beliau adalah orang hebat. Selama 32 tahun Beliau senantiasa memperjuangkan kampus terus menciptakan cabul demi cabul (yang dimaksud sebenarnya adalah keajaiban demi keajaiban).

Semoga beliau akan terus melanjutkannya. Kami sangat terkesima, bagaimana bisa pria seusianya, sepanjang hidupnya melakukan begitu banyak pencabulan. Dengan kedisiplinan tinggi beliau mampu melatih staminanya.

Menghabiskan tiap-tiap detik hidupnya hanya untuk pencabulan, itulah beliau salut atas metode beliau.
Esok kita mahasiswa akan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ke mana pun kita pergi, kita berjanji untuk cabul seperti beliau. Kita akan kibarkan bendera cabul pada seluruh dunia

Kita tunjukan pada dunia, kemampuan kita dalam pencabulan yang tak mampu ditunjukkan mahasiswa mana pun diatas muka bumi ini.
Bapak Menteri yang terhormat. Anda telah banyak memberi pada kampus ini, apa yang sangat dibutuhkan: Uang dan Payudara (maksudnya 'dana'; sengaja diganti Rancho).

Semua orang mempunyai payudara, tapi kebanyakan malah dikantongi. Tak seorang pun mau berbagi. Anda sudi memberikan payudara anda untuk kampus cabul yang malang ini. Sekarang lihat bagaimana beliau membuat itu tumbuh.

Dalam perayaan Hari guru ini, saya persembahkan puisi:

Uthamam dadadatu paadham
(kentut dengan nyaring, paling utama)
Madyam paadam..... tuchuk tuchuk
(kentut setengah nyaring, bisa ditolerir)
Kanishtam thud thudiya paadam
(kentut yang dibuang secara halus, mengerikan)
Sur suriiee.. praana kadaka
(meracuni orang-orang dalam keheningan)."

Semua yang hadir di acara tersebut ngakak total. Hanya Virus yang stress berat. Saat itu Rancho berbisik kepada Farhan dan Raju, "Perhatikan, beginilah hasilnya bila menghafal tanpa memahami. Dengan menghafal, kau menghemat 4 tahunmu di kampus. Tapi itu akan meremukkanmu dalam 40 tahun ke depan!"

Woii Pakde Mbokde, Jangan Bebani Anak dengan Obsesimu!
Ketakutan, tekanan, desakan orang tua tak baik dalam pendidikan. Seperti yang dialami Raju yang ditekan orang tuanya harus jadi insinyur agar bisa merubah ekonomi keluarganya yang super pas-pasan, kere!

Karena ditekan itulah nilai ujian Raju selalu buruk. Dulu Raju adalah anak yang brilian. Orang tuanya sangat berharap Raju akan mengakhiri kemiskinan keluarganya. Dan itu yang membuatnya takut gagal. Di kampus, Raju melihat banyak persaingan. Tak ada yang mau mengenalmu jika kau bukan mahasiswa top. Ketakutannya pun semakin menjadi.

Raju akhirnya lari (berharap) ke cincin (jimat). Minta dikasihani Dewa, minta ini, minta itu. Membuat Raju stres, nekat melakukan percobaan bunuh diri. 16 Tulangku patah, 2 bulan lumpuh membuatnya berpikir dan merefleksi diri. Akhirnya pikirannya terbuka:

"Jika kau terlalu takut akan hari esok, bagaimana kau akan hidup hari ini? Bagaimana kau akan fokus belajar?"

Jadi saat wawancara kerja, hati dan pikiran Raju sudah 'merdeka'. Doi ngomong dengan santainya, "Pak, hari ini saya tidak meminta pada Dewa untuk memberikanku pekerjaan ini. Hanya bersyukur atas kehidupan yang diberikan-Nya untuk saya. Jika hari ini anda menolak saya, saya takkan menyesal sedikit pun. Saya akan tetap melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam hidup saya."

****
Film ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan, kebenaran yang universal. Banyak memuat quotes inspirarif. Yaa walau quotes standar Mario Teguh tapi okelah:

"Seberapa pun besarnya masalahmu, katakan pada hatimu, 'All is well' (semuanya baik-baik saja). Apa dengan demikian permasalahan terselesaikan? Tidak, namun kau punya keberanian menghadapinya."

"Belajar serius dari hati, bukan untuk lulus belaka. Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi untuk mencari ilmu. Jangan mengejar kesuksesan, kejarlah keunggulan maka kesuksesan menghampirimu."

"Semestinya hasil ujian bukanlah sebuah pengumuman. Mengapa kita memperlihatkan kelemahan orang di muka umum? Jika haemoglobin di darah anda ternyata rendah, apakah dokter memberimu obat atau melaporkannya di TV?"

"Salah satu tingkah laku manusia yang mendasar adalah jika temanmu  gagal, kau akan merasa sedih! Tapi jika temanmu menjadi yang terbaik..Kau akan lebih sedih!"

"Ikuti talenta yang kau punya. Jika saja bapaknya Michael Jackson menyuruh dia jadi petinju dan bapaknya Mohammad Ali memaksakan dia menjadi penyanyi. Bayangkan bencana apa itu? kalau mencintai Fotografi,  jangan menikahi mesin!"

Dan masih banyak lagi quotes yang lain, nonton saja  filmnya. Nggolek enake tok ae koen ikuWis ah, kepanjangan ya? Sori kalau menyita waktu ente. Have a nice day beibeh! Tengkyu.


-Robbi Gandamana-

*Pertama kali dipublish di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar