sumber gambar : dagelan.co |
Ini kisah Aria, seorang tour guide asal Sukabumi yang mengantarkan rombongan pendaki ke gunung Salak di Februari 2008 silam. Yang salah satu pendakinya berubah jadi pocong. Kok bisa? Simak saja kisahnya.
Kisah berawal dari Aria yang saat itu masih kelas 2 SMA bertemu dengan cewek, kakak kelasnya, di pasar dimana dia kerja sampingan jadi kuli panggul ngangkut karung isi tepung terigu. Saat itu dia nggak ikut Study Tour ke Jogja dikarenakan nggak ada biaya. Kondisi Aria memang lagi kere. Jangankan biaya Study Tour, untuk makan sehari-hari saja susah.
Teman cewek tadi berharap dengan sangat Aria main ke rumah. Dia ngasih alamat, nomer henpon serta ongkos angkot. Rupanya si cewek ini akan ngasih kerjaan ke Aria. Mungkin nggak tega lihat Aria yang kerempeng itu jadi kuli. Kasihan tepung terigunya.
Singkat cerita, Aria main ke rumah si cewek dan langsung dikenalkan ke kakaknya yang ternyata menawari Aria jadi semacam asisten Tour Guide di gunung Salak. Saat itu bayarannya 500 ribu rupiah selama 4 hari 3 malam. Tentu saja Aria setuju. Kapan lagi bisa piknik ke gunung dan dapat bayaran.
Uang 500 ribu di tahun 2008 itu jumlah yang lumayan untuk anak kelas 2 SMA. Bisa buat beli Nokia 3310, hape sejuta umat.
Waktu yang telah ditentukan pun tiba. Aria bersama kakak temannya meluncur menuju Lido Bogor, tempat yang telah disepakati sebagai titik pertemuan dengan rombongan pendaki dari Jakarta. Pendakinya ada 7 orang, 3 Perempuan dan 4 laki-laki. Ditambah Aria dan teman kakaknya, jadi totalnya semua ada 9 orang.
FYI, saat itu umur Aria masih 17 tahun. Umur rombongan pendaki berkisar antara 23 - 25 tahun. Sedangkan kakak teman Aria umurnya di atas 25 tahun.
Dari Lido Bogor mereka langsung menuju Gunung Salak dan nyampai di sana pada pukul jam 5 sore. Nggak ke puncaknya, masih di bawah. Karena hari mulai gelap, mereka pun mendirikan tenda. Setelah mendirikan tenda, Aria mencari kayu bakar untuk api unggun.
Malam itu mereka hepi-hepi layaknya wisatawan yang sedang piknik. Nyanyi-nyanyi plus makan minum yang enak-enak. Mereka juga bikin permainan dengan memutarkan botol. Jika botol berhenti dan ujungnya menunjuk seseorang, maka orang yang kena tunjuk akan memberi pertanyaan pada temannya. Yang ditanya harus jujur menjawab. Kalau tidak mau menjawab, mukanya dicoret spidol.
Di saat permainan terakhir, karena sudah larut malam, cewek yang bernama Ririn mendapat pertanyaan dari temannya yang cewek, "Rin, apa yang paling kamu takutin?"
Ririn menjawab dengan canda, "Aku takut kalau aku mati, aku jadi hantu penasaran yang gentayangan menghantui kalian semua.."
Terus ditanya sama yang lainnya, " Memangnya kalau kamu jadi hantu, siapa yang akan kamu takuti.."
"Aria..," jawab Ririn.
Semua yang mendengar candaan Ririn cuman cengengesan saja. Nggak ada yang nyangka bahwa candaan Ririn ini adalah firasat akan sesuatu yang akan terjadi nantinya. Dan dari sinilah cerita horor itu di mulai. Tiba-tiba angin berhembus kencang. Kabut pun perlahan turun yang memaksa mereka masuk tenda. Pesta pun berakhir.
Masih di malam pertama, dua orang cowok minta tolong Aria diantarkan ke sungai yang nggak jauh dari tenda untuk kencing. Sebenarnya Aria takut setengah mati, tapi apa boleh buat, dia adalah tour guide yang harus menjalankan tugas.
Di tengah perjalanan ada suara cekikikan cewek yang terdengar jelas. Nggak mungkin suara itu dari tenda teman ceweknya. Karena jarak dari situ ke tenda nggak mungkin suaranya bisa sejelas itu. Nggak cuman cekikikan, tapi juga suara orang berantem. Dan itu yang membuat salah satu cowok pendaki lari terbirit-birit balik ke tenda. Tinggal satu orang lagi yang bersama Aria.
Saat perjalanan kembali ke tenda, Aria dan si cowok berpapasan dengan dua orang teman cowok yang sedang menuju ke sungai. Saat disapa, mereka diam saja. Sesampai di tenda, orang yang dari sungai tadi teriak kaget. Dua orang temannya yang tadi di temui di perjalanan ternyata ada di tenda. Jadi orang yang mereka temui tadi siapa?
Kejadian-kejadian aneh terus menghantui. Di malam kedua mereka kumpul-kumpul lagi di depan tenda. Saat itu Ririn merasa kedinginan. Dia pun masuk tenda, mencari-cari mantel yang ternyata nggak ada di dalam tasnya. Ririn mulai nggak sabar, "Ada yang tahu mantel Ririn nggak? Dicari-cari kok nggak ada?"
Semua orang pun sibuk mencari mantel dimanapun yang memungkinkan mantelnya berada, tapi tetap tidak ditemukan. FYI, mereka mendirikan 3 tenda. Tenda kiri berisi Aria dan kakak temannya. Tenda yang di tengah diisi pendaki cewek. Dan tenda kanan isinya pendaki cowok.
Lama dicari nggak ketemu juga, Ririn jadi kelabakan, "Itu mantel kesayangan bapak dan aku belum minta ijin juga. Kalau hilang gimana!?"
Karena malam mulai larut, pencarian mantel dilanjutkan esok hari. Saat semua sudah ada di dalam tenda, Aria dan kakak temanya masih ngobrol-ngobrol di depan tenda. Mereka dikejutkan oleh keberadaan benda putih yang melayang-layang di udara.
Setelah diamati dengan seksama, ternyata benda itu sebuah mantel. WTF! Tentu saja keduanya kaget luar biasa. Wah, ada setan nge-prank nih. Aria dengan sok cool berinisiatif mengambil mantel tersebut, tapi cepat-cepat dicegah kakak temannya. Dia takut kalau ada apa-apa. Karena menurutnya mantel itu sedang dipinjam jin. Takut jinnya ngamuk.
Mereka pun memutuskan ngambil mantelnya besok pagi. Sebelum tidur dia minta Aria berdoa dan berjaga sampai jam 2 pagi. Tak lama bilang begitu dia pun ngorok, tinggal Aria yang celingak-celinguk sendirian ditemani rokok dan segelas bandrek. Sementara dibalik tenda Aria melihat mantel beberapa kali melayang-layang di atas tenda cewek dan setelah itu menghilang.
Ndilalah tak lama kemudian Ririn dan satu teman ceweknya minta diantar Aria ke sungai karena kebelet kencing. Di tengah perjalanan mereka dipanggil satu cewek yang masih di tenda. "Rin tunggu!" Mereka pun berhenti. Tapi karena lama yang ditunggu nggak nongol dan di dalam perut juga terus berontak mau keluar, akhirnya mereka pun bergegas OTW ke sungai.
Padahal cewek yang manggil Ririn tadi sedang tidur pulas di tenda, dan baru bangun saat Ririn datang kembali ke tenda. Ketika Ririn tanya, apakah dia tadi manggil Ririn. Si cewek bengong, "Siapa yang manggil kamu. Lha wong aku baru saja bangun tidur..."
Di sungai, Ririn dan temannya pun melangsungkan hajatnya. Aria sendiri menunggu tak jauh dari situ dengan detak jantung ngebut total.
Setelah urusan hajat selesai, Ririn melihat benda putih di tengah sungai di atas batu besar. Setelah diamati sejenak, ternyata benda itu adalah mantel dia yang hilang. "Siapa sih yang naruh di situ? Becandanya kelewatan.."
Mulanya Ririn mau mengambil sendiri mantel itu, tapi Aria mencegahnya ---biasalah naluri lelaki, inginnya melindungi perempuan---. Akhirnya dengan sok berani (padahal takut setengah mati) Aria mengambil mantel tersebut yang sebelumnya dia lihat dengan jelas melayang-layang di atas tenda.
Di malam ketiga mereka ngumpul lagi, bersenang-senang seperti malam sebelumnya. Karena terlalu asyik, nggak terasa malam sudah sangat larut. Saat itu jam 2 pagi, Ririn merasa kedinginan. Dia pun kembali ke tenda mengambil mantel.
Beberapa saat setelah masuk tenda, terdengar jeritan Ririn minta tolong. Tapi nggak ada seorang pun yang tergerak. Teman-temannya menganggap Ririn sedang caper atau mau ngeprank. Jadi mereka terus saja melanjutkan acara hepi-hepi Helloween.
Tapi ketika jeritan semakin keras, merekapun menyerbu ke tenda Ririn dan ngecek apa yang terjadi. Ternyata di tenda Ririn sedang berusaha keras melepaskan mantelnya sambil teriak kepanasan. Mantelnya seperti perangkap yang merangkap tubuh Ririn dan terus berusaha membawa Ririn pergi keluar tenda.
Semua orang berusaha keras menolong. Tapi sia-sia, karena mantel seperti dialiri listrik bertegangan tinggi. Ketika tangan mulai megang mantel, badan langsung terpental ke belakang. Tenda pun jadi rusak berantakan. Lama-lama tubuh Ririn berhasil keluar dari tenda. Semua orang mengejar dan berusaha menolong, tapi tetap saja nggak berhasil.
Tubuh Ririn yang terus bergerak, seperti ada yang menyeretnya, akhirnya tertahan di bawah pohon besar. Saat akan ditangkap, tubuh Ririn malah melayang ke atas pohon. Dan saat itulah perlahan-lahan tubuh Ririn berubah jadi pocong yang berbau busuk.
Karena usaha menolong terus saja gagal, mereka pun putus asa. Akhirnya mereka putuskan untuk turun ke bawah malam itu juga untuk mencari bantuan. Siapa tahu di bawah ada ustadz atau orang pinter yang bisa ngatasi. Dan di bawah sinyal henpon juga bagus. Bisa nelpon teman atau saudara terdekat.
Dengan tergesa-gesa dan perasaan kalut nggak karu-karuan, mereka pun packing. Di tengah kekalutan ada salah satu cewek yang sempat pingsan. Satu cewek lagi terus saja menangis, sedih dan nggak percaya dengan apa yang barusan dia alami. Bagaimana mungkin manusia tiba-tiba berubah jadi pocong. Semuanya kalut, ini beneran nyata atau prank.
Mereka bergegas menuju ke bawah diiringi suara tangis Ririn yang terus-terusan minta tolong. "Tolongin Ririn...Jangan tinggalin Ririn.."
Tubuh pocong Ririn sendiri timbul tenggelam di pepohonan membuntuti mereka. Kayak Teletubbies yang main petak umpet. Tapi lama-lama kelamaan lenyap ditelan rimbunnya pepohonan, entah kemana.
Sesampai di perkampungan ada telpon masuk di henpon Ririn. Ketika dicek ternyata Bapaknya Ririn. Sesaat semua mata saling bertatapan, tidak ada yang berani ngangkat.
Akhirnya salah satu cewek memberanikan menerima panggilan. Mode loudspeaker pun dihidupkan. Si cewek bilang, "Ini bukan Ririn om. Ini temannya.."
Di seberang sana suara bapaknya terdengar jelas, "Ririn dimana? Tolong bilangin Ririn, mantelnya jangan dipakai!"
"Anu om.....Nggak tahu kenapa Ririn tiba-tiba jadi pocong om. Kami semua nggak bisa nolong dia.." kata temanya Ririn.
Bapaknya Ririn langsung misuh-misuh, "Wasyu!..bla bla bla bla...sekarang kasih tahu alamatnya dimana. Saya ke sana sekarang!"
Harusnya rombongan pendaki pulang ke Jakarta, tapi terpaksa mampir dulu di rumah teman kakaknya Aria menunggu bapaknya Ririn datang dari Jakarta. Dan jam 8 pagi bapaknya Ririn datang dengan beberapa orang.
Sebelum ngobrol jauh soal Ririn, para pendaki disuruh pulang sama bapaknya Ririn. Dia hanya butuh Aria dan kakak temannya untuk menjelaskan kronologi saat Ririn menjelma jadi pocong.
Di situlah Aria jadi tahu, ternyata mantel yang dipakai Ririn ada penghuninya, sebangsa jin peliharaan bapaknya Ririn sebagai jimat pesugihan. Barang siapa saja yang makai, selain bapaknya Ririn, akan berubah jadi pocong dan mati jika tidak segera dilepas. Padahal untuk melepasnya pun harus oleh orang yang benar-benar berilmu tinggi.
Saat itulah warga sekitar Sukabumi geger. Tiap malam "diteror" oleh pocong Ririn yang minta tolong dilepaskan dari mantel yang telah berubah jadi pocong.
Bapaknya Ririn minta kakak temannya Aria menyertai pencarian pocong Ririn yang mereka pikir masih di gunung Salak. Tapi dia menolak keras sambil menangis permintaan itu karena ketakutan. Akhirnya mau nggak mau Aria yang saat itu masih culun harus ikut pencarian mewakili si kakak yang berbadan gede tapi penakut itu.
Saat itu juga bapaknya Ririn mencari orang pinter di sekitar daerah tersebut untuk membantu mencari pocong Ririn. Sekaligus membuat sayembara, barang siapa yang bisa menyelamatkan anaknya akan dituruti apa pun permintaannya.
Bapaknya Ririn ini orang kaya, bos besar di perusahaaan tambang batu bara yang nggak etis disebut namanya dan letak daerahnya.
Di tambang batu bara itulah semuanya bermula. Dia bertemu dengan jin penguasa tambang yang sulit diusir. Tapi dengan bantuan seorang dukun, jin ini mau dipindahkan ke mantel bapaknya Ririn. Tapi dengan syarat : hanya bapaknya Ririn yang bisa makai mantel itu. Jika orang lain yang makai, dia akan mati.
Sebenarnya itu adalah akal-akalan si dukun. Dia bersekutu dengan jin sakti untuk memperbudak bapaknya Ririn. Dengan begitu si dukun bisa leluasa menikmati harta kekayaan si bapak. Hidup leha-leha dapat harta melimpah tapi mati nggak masuk surga.
Akibat kelicikan si dukun, kakek dan kakak cowoknya Ririn meninggal dijadikan tumbal. Si kakek meninggal karena sakit di rumah sakit. Si kakak tewas dalam kecelakaan motor.
Awalnya dua karyawan bapaknya Ririn yang dijadikan tumbal dengan skenario sedemikian rupa yang seolah-olah adalah kasus kecelakaan kerja. Dengan harapan si jin mau pergi dan tidak mengganggu bapaknya lagi. Tapi dua karyawan itu gagal mati, hanya luka parah. Ternyata si jin marah besar, dia hanya mau tumbal dari keluarganya Ririn. Akibat kemarahannya itulah kakek dan kakak Ririn celaka.
Begitulah asal muasal lahirnya mantel si samber nyawa. Kembali ke Aria yang terpaksa ikut dalam tim pencari pocong Ririn di gunung Salak dan sekitarnya.
Singkat cerita, rombongan pemburu pocong pun sampai di gunung Salak dan membuka tenda di sana. Malamnya orang pinter yang paling pinter melakukan ritual pencarian. Beberapa saat kemudian datanglah sesosok mahkluk tinggi besar yang menyerupai kakek-kakek. Tingginya setinggi pohon di gunung tersebut. Langkah kakinya terdengar jelas dan suaranya menggelegar saat berkomunikasi dengan si orang pinter. Aria pun menangis ketakutan.
Di tengah ketakutan yang luar biasa, si orang pinter njawil pundaknya Aria. Rupanya si jin penguasa gunung tadi marah, tersinggung karena Aria memejamkan mata ketika ada di hadapannya. Aria pun membuka mata tapi tidak berani melihat wajahnya. Walau akhirnya penasaran juga, melihat wajah si kakek berjenggot panjang dengan mimik yang mengerikan.
Dari pembicaraan si orang pinter dengan penguasa gunung, ternyata Ririn telah diusir oleh jin penguasa gunung. Jin penguasa gunung tidak mau menerima keberadaan Ririn di gunung yang menjadi pocong karena tidak dari proses kematian. Ririn sendiri belum mati, tapi hidup di dua alam. Alam manusia dan alam lelembut.
Tentu saja bapaknya Ririn semakin gusar dan ketakutan. Karena kalau Ririn tidak segera ditolong, tidak dilepaskan dari mantel maut tadi selama 7 hari, Ririn akan mati.
-Robbi Gandamana-
(Diceritakan kembali kisahnya dari YouTube/RJL 5, Twitter/Arangga Aria, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya dari saya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar