Selasa, 21 Juli 2020

Kisah Nyata Awal Mula Pocong Keliling yang Menggemparkan Sukabumi di Tahun 2008 (Bagian 2)



                                                                   (Kisah sebelumnya)

Rombongan pencari pocong Ririn bingung memulai pencariannya dari mana. Karena ternyata jin penguasa gunung Salak tidak mau ngasih informasi Ririn diusir kemana. Mereka pun mati gaya.
Tapi akhirnya mereka memutuskan untuk sowan dan sekaligus minta tolong ke para ustadz atau kyai sekitar situ yang dianggap paham soal dunia gaib.
Ada beberapa laporan atau berita kalau ada pocong di suatu desa sekitar Sukabumi. Mereka pun bergerak menuju tempat yang disebutkan. Selama pencarian Aria ditugasi sebagai penunjuk jalan. Karena dia sudah khatam desa-desa sekitaran Sukabumi.
Malam pertama, malam kedua, sampai malam keenam pencarian tidak membuahkan hasil. Tiap kali datang ke desa yang disinyalir ada pocong, ternyata nggak ada. Kadang hanya ada samar-samar suara tangis, tapi pocongnya nggak nongol-nongol.
Sampai akhirnya di malam ketujuh ada kabar di suatu desa ada pocong yang menangis di atas rumah warga. Mereka pun bergegas ke sana. Sampai di sana jam 11 malam. Ternyata benar, ada sesosok pocong yang sedang stress duduk rileks di atas genteng. Dia terus-terusan nangis bombay minta tolong.
Warga di sekitar nggak ada yang tertarik menolong (ya iyalah, lihat saja takut). Mereka malah sembunyi, masuk ke dalam rumah atau hanya melihat dari kejauhan.  Kalau sudah menghadapi pocong, Rambo pun pasti akan cari aman, duduk manis di dalam kamar terkunci sambil baca Yasin. Itu kalau Rambonya mualaf.
Ritual pun disiapkan, mantra dan doa dibacakan. Orang pinter dengan bantuan ustadz berjibaku menangkap pocong yang becandanya kelewatan itu. Ketika orang pinter naik ke genteng dan sudah hampir mendekap, si pocong mendadak hilang pindah tempat yang tak jauh dari situ. Begitu terus sampai orang pinternya kecapekan. Fak yu tenan.
Sampai akhirnya orang pinter menyiapkan jaring yang kasat mata. Dari bawah genteng dia melemparkan jaringnya. Kayak nonton acara sulap, dimana seorang mentalist sedang beraksi. Mulanya nggak berhasil. Tapi dengan dibantu oleh ustadz dengan mantra dan doa, akhirnya pocong Ririn terjerat jaring.
Dengan susah payah, nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran, si orang pinter menarik pocong ke bawah. Setelah sampai di bawah, si pocong yang terus berusaha lepas itu didekap erat dan dicopot pocongnya oleh orang pinter dengan bantuan ustadz. Setelah kain pocong terlepas, kain tersebut berubah jadi mantel lagi.
Tubuh Ririn terkulai lemas di tanah dengan keadaan telanjang dengan beberapa luka di tubuhnya. Badannya yang dulu berisi, sekarang jadi kurus kering kurang gizi. Untung saat itu nggak ada petugas kesehatan. Kalau ada, mungkin akan di-rapid test.
Saat itu badan Ririn lemah lunglai tak berdaya karena selama seminggu terperangkap mantel maut yang dihuni jin penguasa tambang itu. Mana sempat makan dan minum. Membaca saja susah.
Aroma bau busuk menyeruak menusuk hidung. Aria yang berada tidak jauh dari arena duel jin penguasa tambang dan para orang pinter tadi sampai mau muntah. Mungkin karena pocong Ririn seminggu nggak mandi kali ya. Kalau kebelet pipis nggak buka kain pocongnya, langsung ngompol.
Setelah mantelnya dibakar dengan disertai doa, mereka pun membawa Ririn ke rumah sakit. Di sana Ririn menjalani pemulihan selama 4 hari.
Selama di rumah sakit, Aria masih setia ikut menjaga Ririn dengan ditemani si orang pinter. Karena si jin penguasa tambang masih bebas berkeliaran dan ditakutkan akan melakukan balas dendam.
Esoknya ibunya Ririn dan teman ceweknya Ririn datang menjenguk. Mereka menangis melihat nasib Ririn. Saat itu ibunya marah besar pada suaminya, "Sampai kapan main ilmu-ilmuan!? Apa nggak kasihan lihat anak sendiri yang jadi korban!? Monyet loe! (eh yang ini tambahan dari saya)."
Setelah Ririn dinyatakan sehat, rombongan keluarga Ririn langsung pulang ke Jakarta. Aria pun lega. Urusan perpocongan akhirnya tuntas. Dia bisa pulang ke rumah dan melanjutkan hidup. Memanggul karung isi tepung terigu di pasar. Judulnya : Aria the Backbone Family (Aria si tulang punggung keluarga).
Tapi ternyata Aria salah besar. Ririn sebenarnya masih dalam penguasaan jin penguasa tambang. Dia nggak rela karena mantel yang sudah jadi sarangnya itu dibakar habis. Dia menuntut bapaknya Ririn membelikan mantel yang sama persis dengan mantel sebelumnya. Kalau tidak dituruti, Ririn akan terus diganggu dan kemungkinan besar nyawanya terancam.
Jin penguasa tambang nggak akan bisa lepas dari bapaknya Ririn jika tidak dikasih tumbal dari keluarga Ririn sendiri. Di malam saat setelah menumbalkan 2 karyawannya,  bapaknya Ririn didatangi jin penguasa tambang yang marah besar, "Ini perjanjian antara aku dan kamu. Jika ingin membatalkan atau mengakhiri, kamu harus mengorbankan keluargamu sendiri. Bukan orang lain!"
Beberapa hari setelah Ririn pulang ke Jakarta, Ririn telpon Aria. Intinya Ririn minta Aria main ke rumah Ririn di Jakarta. Dia ingin ketemu Aria. Tapi Aria belum bisa nyanggupi karena memang belum liburan sekolah.
Hari berikutnya bapaknya Ririn yang telpon. Dia benar-benar serius minta Aria main ke rumah Ririn di Jakarta. Soal biaya dan tetebengeknya, Bapaknya Ririn yang ngurus. Pokoknya Aria diminta dengan sangat untuk datang ke Jakarta. Titik, tanpa koma.
Karena sungkan, Aria pun menyanggupi. Datanglah dia ke Jakarta bersama kakak temannya yang dulu jadi tour guide di gunung Salak. Padahal saat itu nggak libur sekolah. Aria berani bolos karena bapaknya Ririn yang menjamin semuanya. Dia ijin langsung ke Kepseknya Aria. Pokoknya "86" lah kalau sama orang kaya.
Sesampai di terminal Lebak Bulus, Aria dijemput oleh bapaknya Ririn. Di rumahnya Ririn yang super mewah, Aria dan kakak temannya ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon sampai berbusa-busa.
Tak terasa hari telah sore, jarum jam menunjukan angka 3. Artinya mereka harus balik pulang kalau tidak mau kemalaman di Sukabumi.
Saat pamit pulang, Ririn menahan mereka,  "Eh pulangnya nanti saja. Ririn khan masih kangen. Masih ingin ditemani. Nginep saja di sini."  Sejam dua jam berlalu, Aria terus saja pamitan. Tapi selalu ditahan Ririn.
"Kenapa sih, Ririn khan sudah bukan pocong lagi. Kalau abangnya (kakak temannya Aria) mau pulang, pulang saja dulu.." pinta Ririn serius.
Dan benar, kakak temannya Aria pun cabut pulang ke Sukabumi meninggalkan Aria sendirian.  Swemproel bener si kakak. Anak yang masih polos umur 17 tahun itu ditinggal sendirian di Jakarta, hutan belantara metropolitan.
Ya sudahlah, pikir Aria. Dia juga menikmati kemewahan yang ada di depannya. Sofanya nyaman, tivinya gede banget (itu tivi apa layar tancep), dan tempatnya luas. Serasa jadi bos pengedar narkoba di film-film India.
Malam itu Aria yang belum tidur, nonton tivi sendirian di ruang tamu. Ndilalah ada telpon masuk di henponnya. Ternyata dari teman ceweknya Ririn.
"Ini bener Aria ada di Jakarta nginep di rumahnya Ririn? " kata si cewek di seberang sana.
"Iya bener. Kenapa?" tanya Aria.
"Sebenarnya aku ingin sekali nemani Ririn. Tapi takut, karena Ririn kalau pas tengah malam berubah jadi pocong... " kata si cewek lagi.
Tentu saja Aria nggak percaya begitu saja, walau takut juga, "Swemproel, jangan nakut-nakuti aku dong.."
"Beneran, aku pernah nemani Ririn. Tapi takut, kalau tengah malam berubah jadi pocong. Dia tidur pakai piyama, tapi lama-lama berubah jadi kain kafan lusuh ada bekas tanahnya. Aku langsung nangis ketakutan dan nggak berani nemani lagi.." Cerita si cewek panjang lebar.
Setelah ngasih info jahanam itu, si cewek menutup telponnya. Aria sendiri pingin misuh-misuh. Cewek kurang ajar, tega-teganya ngasih info yang bikin jantung mau rontok. Tapi Aria agak lega, dia tidak tidur sekamar dengan Ririn.
Tengah malam saat asyik-asyiknya nyimak acara tivi, ada suara langkah di ujung tangga kamar atas. Tangga tersebut terletak di belakang sebelah kanan. Betapa terkejutnya ketika dia menoleh ke belakang, sesosok pocong sedang memandang Aria sambil bilang, " Aria, sini tidur di kamar Ririn saja.."
Pocong bajingan, Aria langsung teriak-teriak minta tolong dengan mata seperti dikunci, menatap terus tanpa berkedip ke arah pocong. Apesnya, bapak ibunya Ririn nggak datang juga. Jangan-jangan dia dijadikan umpan untuk tumbal jin penguasa tambang kampret sialan.
Akhirnya setelah capek teriak, bapaknya Ririn datang. Ketika tahu apa yang terjadi. Dia tergopoh-gopoh langsung memapah tubuh pocong Ririn kembali ke kamar.
Dengan meminta maaf, bapaknya Ririn cerita panjang lebar kenapa Ririn tiap tengah malam berubah jadi pocong. Intinya jin penguasa tambang nggak rela mantelnya dibakar. Dia minta mantel pengganti yang sama persis dengan mantel sebelumnya bla bla bla sudah kuceritakan di awal.
Makanya Ririn belum sembuh betul. Tiap tengah malam arwahnya melayang entah kemana, tapi raganya tetap bersama dia. Itu akan terjadi terus selama 99 hari. Setelah itu mungkin Ririn akan mati, kecuali mantel penggantinya sudah ada. Ririn sendiri tidak sadar dengan keadaan itu. Karena setelah subuh, tubuhnya kembali seperti semula. Yang dirasakan saat tidur hanya mimpi buruk yang mengerikan. Makanya dia ingin selalu ditemani.
Saat bapaknya cerita panjang lebar, pocong Ririn datang lagi. Tetap dengan permintaan yang sama, "Aria sini temani Ririn.."
Bapaknya Ririn bilang ke Aria, "Sudah temani aja, kasihan. Nggak bakalan ada apa-apa. Besok pagi nggak jadi pocong lagi.."
Ndasmu pak. Enak saja bapak bilang begitu, bapak kasihan sama Ririn, tapi nggak kasihan sama saya, kira-kira begitu batin Aria.
Akhirnya dengan berat hati, Aria pun menemani Ririn. Tapi nggak sampai masuk ke dalam kamar, dia hanya di bibir kamar dekat pintu. Kalau ada apa-apa bisa lari kencang tanpa penghalang.
Penampakan Ririn saat jadi pocong bener-bener bikin merinding. Wajahnya putih pucat pasi, hidungnya disumpali kapas dan kain kafannya kotor seperti mayat yang digali lagi dari kuburnya. Antara takut dan nggak tega melihatnya. Sampai kapan Ririn akan seperti itu. Mungkinkah dia terbebas dari cengkeraman jin sakti penguasa tambang?
Bersambung...
-Robbi Gandamana-

(Diceritakan kembali kisahnya dari YouTube/RJL 5, Twitter/Arangga Aria, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya dari saya) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar