Jumat, 14 Oktober 2016

"Janji Tuhan Jangan Dijanjikan Oleh Manusia.." [Think Different Ala Cak Nun]



Emha Ainun Nadjib atau biasa disebut Cak Nun adalah seorang ulama atau kyai yang punya pemikiran-pemikiran nggak umum, kadang kontroversial, berbeda dari kebanyakan ustadzzzz. Tapi tentu saja pemikirannya sangat masuk akal, brilian, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan . Ulasan di bawah ini adalah beberapa dari banyak sekali pemikiran beliau yang saya anggap sangat dahsyat untuk bahan renungan dan pembelajaran.

Ingat : Tulisan ini khusus untuk para gentho yang sedang berproses mencari kebenaran Tuhan. Sing ngaku alim atau ahli ibadah minggir dulu, menengo disik, gak usah komen. Jangan berharap ada dalil-dalil dari Syekh Zulkifli Jabal Syueb Sanusi (embuh sopo iku).

Banyak Orang Beribadah Yang Masih Salah Niat
Beberapa tahun belakangan marak 'sedekah ajaib' yang sering digiatkan oleh seorang ustad 'nganu'. Cak Nun mengingatkan, "Sedekah itu dalam rangka bersyukur, berbagi rejeki bukan dalam rangka mencari rejeki. Kalau anda mengharapkan kembalian berlipa-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah..tapi dagang!"
Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.

Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun..kasih saja..titik! Setelah itu jangan berharap apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus tapi janji Tuhan jangan dijanjikan oleh manusia..!

Banyak orang beribadah yang masih salah niat. Naik haji biar dagangannya lebih laris. Shalat Duha biar diterima jadi PNS. Ibadah itu dalam rangka bersyukur..titik!. Menangislah pada Tuhan tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam shalatnya menangis tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya : orang tua, anak, istri, saudara, sahabat dan seterusnya.

Ada seorang pedagang miskin yang daganganya nggak laku, dia sabar dan ikhlas : "kalau memang saya pantasnya miskin , dagangan saya nggak laku..saya ikhlas..manut...yang penting Tuhan ridha sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.
Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek : "Ya Tuhan kenapa saya kok miskin, dagangan nggak laku, gak iso tuku montor....aku salah opo se..!???" Waaahh...malaikat langsung gregetan, njundu raimu : "Ohhh..cengeng koen iku!!!"

Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda . Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya nggerundel, gak ihklas ,“matane…!”

Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita shalat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita shalat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarang-Nya..titik!. Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan pahala, yang penting Tuhan ridha, nggak marah sama kita.

Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Mau 'hohohihe' aja kok ya harus nunggu malam Jum'at. Itulah kita, tarafnya masih kemaruk pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan Sunnah Rasul. Pikiren dewe..

"Surga itu nggak penting.." kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi bias yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia kepincut pada surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena cuma mencari surga nggak mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???

"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan neraka..fokuskan dirimu pada Tuhan. Karena sebenarnya orang yang berada di surga adalah orang yang mencari Tuhan. Dzat yang sangat layak dicintai di atas segala makhluk dan alam semesta..." kata Cak Nun.

Tolong jangan diartikan 'nggak penting' di sini adalah sebuah bentuk kesombongan. Itu sebenarnya adalah sebuah ungkapan pada orang yang level keimanannya sudah tinggi. Soal surga dan neraka sudah tidak menjadi tujuan ibadah mereka lagi. Mereka hanya berfokus pada Tuhan. Walaupun sebenarnya surga dan neraka tetaplah penting.

Kuncinya Kesehatan Adalah Berpikir Dengan Benar
Ilmu kesehatan Cak Nun berbeda dengan ilmu kesehatan pada umumnya. Beliau tidak percaya bahwa olahraga itu pasti sehat.
"Gizi iku asline gak ono rek...tapi ojo diomongno dokter lho yo.." kata Cak Nun.
Omongan Cak Nun itu jangan diartikan linier dan harfiah. Bisa jadi itu cuman cara berpikir dan sugesti aja.

Kalau kita cermati bayi jaman dahulu yang hanya dikasih pisang atau tajin. Kok ya bisa tubuhnya tumbuh jadi besar. Atau gelandangan yang hidup di jalan bertahun-tahun makan nggak jelas apa yang dimakan, kok ya bisa hidup dan nggak pernah sakit. Dan masih banyak contoh yang lain.

Menurut Cak Nun kunci kesehatan itu terletak pada pikiran yang benar. Kalau pikiran kita salah maka akan membuat disorganisasi otak. Perintah yang datang dari otak ke organ tubuh yang lain (saraf, jantung, ginjal dan lainnya) akan jadi kacau. Maka akan menimbulkan sakit-sakit.

Usahakan dalam segala hal cara berpikir kita benar, walau kita nggak mampu bertindak untuk mewujudkan kebenaran itu. Misal kita tahu ada seorang presiden yang dalam pikiran kita dia nggak benar tapi kita tidak bisa merubahnya. Itu sudah beres, minimal pikiran kita sudah tepat.

Maka hati-hatilah dalam berpikir. Karena pikiran akan jadi ucapan. Dan ucapan akan jadi perbuatan. Perbuatan yang terus menerus akan menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakter hidup. Kalau sudah menjadi karakter lama-lama menjadi unsur dari kebudayaan dan bersama-sama menjadi kebudayaan masyarakat. Kalau kebudayaan masyarakat dibiarkan tanpa kritik atas dirinya maka dalam jangka waktu tertentu akan menjadi peradaban. Kalau sudah jadi peradaban, susah untuk dirubah lagi. Ibarat batu yang sudah jadi akik.

Begitu juga Endonesah dengan korupsinya, dengan kecurangannya, dengan kedengkiannya..tidak bisa dirubah lagi. Maka pisahkan dirimu dengan Endonesah yang itu.Temukan dirimu, kamu regulasi lagi, kamu teliti lagi benihmu, kesejatianmu.

Per-nya hidup adalah berpikir dengan benar. Tidak kebenaran berpikir akan membuat destruksi, disorganisasi sel-sel maupun urat-urat syaraf otak. Selanjutnya urat-urat syaraf yang kacau tadi menurunkan perintah ke seluruh tubuh dan dalam jangka panjang terakumulasi menciptakan sakit-sakit...stres, daya tahan tubuh berkurang, perut sakit, stroke, dsb.

Kunci kesehatan terletak di pikiran bukan di hati. Kalau hati tugasnya bertapa. Orang yang selamat adalah yang hatinya bertapa, tidak lirik kanan lirik kiri. Sekarang nikah, besok selingkuh, cerai, kawin lagi, selingkuh lagi, cerai lagi dan seterusnya.

Pernah suatu kali Cak Nun bertanya pada dokter, "Dok, jantung itu baiknya dipacu atau dihemat..?"
Doktere ngelu ndase. "Ono-ono ae sampeyan iku.....yooo dihemat..," jawab dokter seperti nggak yakin.
"Mangkane jangan suruh saya olahraga, " kelakar Cak Nun.

Dalam guyonannya suatu kali, beliau bilang kalau di Lauh Mahfudz konon tiap manusia dijatah detak jantung sekian milyar detak. Dan jatah tiap manusia berbeda .
“Soal benar tidaknya itu…aku yo gak eruh rek..” kata Cak Nun.

Dulu Cak Nun sempat berolahraga bulutangkis. Tapi sekarang tak dilakukannya lagi. "Itu bukan olahraga, itu penyiksaan!" kata beliau berkelakar.
Lihat saja saat shuttle cock menuju ke kanan, kita ikut lari ke kanan. Saat shuttle cock menuju ke kiri, terpaksa kita juga ikut ke kiri. Bagi beliau, olahraga itu harus berdaulat. Tubuh dan pikiran bebas melakukan sesuatu gerak atau aktifitas yang membuat tubuh jadi nyaman/sehat. Tapi yang terjadi adalah kita dipaksa oleh lawan untuk mengejar shuttle cock .

Orang sekarang tidak bisa membedakan antara olahraga dan permainan. Saat bermain sepakbola sebenarnya yang disebut olahraga itu saat pemanasan atau latihan. Tapi pada saat bertanding itu adalah permainan. Karena pikiran nggak merdeka, kita lari ke sana kemari mengejar bola karena dipaksa oleh lawan.

Tidak berarti Cak Nun anti olahraga. Olahraga tentu saja baik tapi kita hendaknya bisa memaknai semua itu dengan tepat. Dengan begitu tubuh kita nggak gampang capek dan sakit. Ini nggak cuma teori nggedabrus atau wacana omong kosong. Bukti otentiknya pada Cak Nun sendiri, yang masih lincah di usianya yang sudah kepala 6. Aktivitas luar biasa dengan jadwal jadi pembicara atau pengajian yang padat dan tidur nggak sampai 5 jam tiap harinya.

Menurut penelitian, gerakan shalat dan wudhu itu sebenarnya gerakan olahraga dan pijat refleksi yang asli ciptaan Tuhan. Mengalahkan semua gerakan olah raga ciptaan manusia : Tai Chi, Yoga, SKJ, Goyang Dombret, dsb. Kalau kita melakukan dengan benar, teratur dan waktu yang tepat maka dijamin akan menyehatkan.

Manusia diturunkan Tuhan di bumi sebagai khalifah (wakil Tuhan) untuk mengolah dan memanfaatkan apa yang ada di alam semesta. Atas dasar inilah Cak Nun yakin bahwa manusia mempunyai kedaulatan atas dirinya . Sampai batas tertentu kita bisa memerintah tubuh kita. Jadikan semua yang ada dirimu itu sebagai anak buahmu. Tanganmu adalah bagian dari tubuhmu tapi itu bukan kamu. Seperti juga matamu itu bukan kamu. Kalahkan mereka dengan niat dan sugestimu. (Tapi ya nggak iso rai welek diperintah dadi ayu).

Menurut Cak Nun, satu obat pun bisa diperintah jadi obat sakit yang lain. Ketika MUI mengharamkan pengobatan batu oleh Ponari di Jombang, Cak Nun pikir itu tidak tepat. Apa bedanya batu, kapsul atau obat yang lain. Sama-sama benda mati. Kesembuhan dari Tuhan bisa lewat apa saja. Syirik atau bukan itu tidak terletak pada bendanya tapi pada niat dan konsepnya.

Karena umur sudah kepala 6, maka otomatis kemampuan tubuh pun menurun. Begitu juga dengan kemampuan penglihatan Cak Nun. Tapi dengan keyakinan dan sugesti tadi, beliau melatih, memerintah matanya untuk bisa melihat dengan normal. Sekarang mata beliau bisa normal lagi tanpa harus pakai kaca mata. Tentu saja tidak semua orang bisa berhasil dengan itu. Kasihan para penjual kaca mata...gak payu mblo.

Tidak Ada Manusia yang Suka Puasa
Suatu kali beliau bertanya pada jamaahnya, "Kalian suka puasa nggak..?"
Reaksi jamaahnya beragam, ada yang jawab "Suka..!" dengan semangat dan ada yang jawab "Yaa..suka.." dengan malu-malu seolah nggak yakin.
"Alaa raimu...nggak ada manusia yang suka puasa..!" kata Cak Nun.

Menurut Cak Nun, manusia itu melakukan puasa karena perintah Tuhan (apalagi perintahnya wajib). Kalau manusia suka puasa, ya nggak akan diperintahkan..ngapain, lha wong sudah suka kok. Berhubung itu perintah Tuhan dan hukumnya wajib, mau nggak mau harus dijalankan. Tapi manusia menjalankannya dengan ikhlas sebagai bentuk cinta pada Tuhannya. Dan orang hebat adalah orang yang melakukan dengan ihklas perbuatan yang tidak disukainya. Kalau orang melakukan sesuatu karena memang suka..ya apa hebatnya.

Sifat dasar manusia adalah lebih banyak meminta daripada memberi. Sebuah perintah (Tuhan) harus diiming-imingi imbalan dulu. Kayak anak kecil yang diiming-imingi coklat kalau mau si anak hapal ayat suci tertentu. Imbalan pahala yang sangat besar itu adalah sebuah bentuk stimulus agar manusia tergerak dan jadi suka. Itu pun nggak jadi jaminan manusia mau melaksanakan.

Kalau hukumnya nggak wajib, maka segelintir orang yang mau melaksanakan. Perhatikan saja saat puasa sunnah Syawal, walaupun diiming-imingi 'puasa seminggu pahalanya sama dengan puasa setahun', hanya sedikit orang yang menjalankan. "Males boss..cuman puasa sunnah..nggak wajib!"

Dan puasa (atau semua ibadah yang lain) bukan untuk kepentingan Tuhan. Tuhan gak pathe'en, manusia mau melakukan atau tidak..gak ngurus!. Semua sudah ada aturan dan sanksi yang jelas. Puasa itu 100% untuk kepentingan manusia. Untuk kebaikan, pelatihan dan pemahaman manusia.

**
Masih buanyakk pemikiran-pemikiran nyeleneh tapi cerdas dari beliau yang kalau ditulis bisa jadi disertasi…tapi sementara ini dulu mblo… kesel nulise, enak awakmu cuman moco tok ae huwehehehe…………………………(bersambung).


(Robbi Gandamana. 3 juli 2015. Sumber : Mocopat Syafaat, Kenduri Cinta atau pengajian maiyah yang lain, mbah google, buku, dsb)

*Pertama kali dipublish Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar