Orang modern itu memang ngalem. Sudah tahu kalau puasa itu tujuannya agar merasa lapar, kok minum suplemen agar tidak merasa lapar. Ya'opo se Doel.
Terus ada artikel "Tips Sehat di Bulan Ramadhan". Lha wong puasa itu jalan menuju sehat, lha lapo dikasih tips sehat saat puasa.
Artikel yang lebih cocok itu "Tips Sehat di Bulan Syawal". Karena di bulan Syawal makanan berlimpah. Persediaan kue masih puluhan toples dan kaleng ---walau merk kalengnya kadang jauh berbeda dari isinya. Kaleng Khonguan, isinya kerupuk uli---. Di awal lebaran, banyak orang yang "balas dendam" dengan makan sekenyang-kenyangnya.
Wis gak tips sehat-tips sehatan. Tips sehat untumu. Dilakoni ae. Monggo mangan opo ae sakarepmu, sing penting halal, tidak berlebihan dan cocok karo awakmu. Kalau makan gorengan menurut ilmu gizi nggak sehat, kalahkan dengan sugestimu. Ngono ae, kok repot.
Semakin kamu merasa "remuk" dalam berpuasa, itu semakin baik. Puasanya kuli bangunan yang berpanas-panasan, itu kwalitasnya jauh lebih dahsyat dari puasanya orang kantoran. Jadi nggak perlu juga "Tips Tetap Bugar di Bulan Puasa". Puasa itu proses olah tubuh menjadi bugar. Berembes-rembes dahulu, berbugar-bugar kemudian.
Tuhan memang sengaja membuat manusia menderita dengan rasa lapar di bulan puasa. Biar kita mencicipi penderitaan orang miskin. Dengan begitu rasa kepekaan sosial akan timbul. Rumuse Simbah --> belajarlah pada penderitaan, maka kamu akan mengerti kebahagiaan.
Puasa itu sengsara, nggak ada yang suka puasa---kalau manusia suka puasa, Tuhan nggak akan ngasih perintah puasa. Kenyataannya manusia itu lebih suka kenyang daripada lapar---. Tapi tetap harus ikhlas dan bahagia menjalankan perintahNya. Sebahagia pakde Jokowi yang bilang, "Aiyem hepi..feri hepi...Ai kol yu tu infes tu mai kantri." Oalaa, kantri ala kantri nogosari. Dobolll.
Puasa juga mengajari kita menahan diri dari makan berlebihan. Ingat ilmu kesehatan tertinggi itu "makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang". Karena orang sekarang memfungsikan lidahnya hanya untuk fungsi kuliner. Tidak pernah dipakai untuk mengenali mana yang cocok untuk tubuhnya dan mana yang tidak cocok. Pokoknya mbadok all the way.
Kalau Nabi saat berbuka makan pembukanya pakai kurma, bukan berarti kurma lebih baik dari buah-buahan di sini. Terus ada hukum kalau makan kurma itu sunnah Rasul. Opo se rek. Lha wong Nabi makan kurma karena kebetulan adanya kurma. Nggak mungkin onok rukem, juwet, kenitu, opo maneh ciplukan.
Di Arab itu jenis buah-buahannya terbatas. Jauh kalau dibandingkan Indonesia yang gudangnya buah-buahan. Lha terus lapo kudu mangan kurmo. Semongko luwih seger Ndes. Diakali wong Arab!
Cinta Rasul iku bagus, tapi ojok dadi ndlahom.
Kita memang sejak kecil diajari berpikir statis, tekstual, harfiah dan semacamnya. Ketika ada hadits "setan dibelenggu di bulan puasa", kita memahami apa adanya : setan dirantai pakai besi. Ndlahom jaya. Padahal maksudnya, di bulan puasa setan dibelenggu oleh puasa (lapar) kita. Karena pusatnya nafsu terletak di perut yang kenyang. Kalau kamu ngacengan, itu karena hobi makan.
Kalau di bulan puasa Tuhan menutup pintu neraka, iku nggak koyok nutup kandang marmut. Di bulan puasa ini pahala benar-benar diobral beratus-ratus persen. Tidur saja berpahala. Jadi kans untuk masuk neraka itu kecil banget. Kalau pahala di bulan puasa itu seumpama air hujan, rintik hujannya yang jatuh dari langit gedenya seember-ember. Pahala melimpah, pintu surga pun terbuka lebar. Iku gawe sing gelem poso. Sing gak gelem yo matio.
Lutju kalau kita memahami ayat atau hadits soal puasa dengan sangat harfiah. Aku mbayangno Tuhan dialog karo Jibril :
Allah : "Bril, tulung nerokone ditutup karo terpal disik...iki arek-arek kate poso,"
Jibril : "Oh inggih Gusti Alloh.."
Allah : "Engkok nek nutup neroko wis beres, konco-koncomu klumpukno.."
Jibril : "Lho..wonten nopo Gusti Alloh?"
Allah : "Kerja bakti ngrante setan..."
JIbril : "Siap..!"
****
Adza adza ajza dwech ach.
Adza adza ajza dwech ach.
- Robbi Gandamana (bukan ustadz)-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar