Kamis, 25 Juni 2020

Biar Miskin Asal Gagah (Sisi Baik Soekarno yang Jarang Diketahui Orang)

istimewa

Sejarah ditulis  oleh pemenang. Riwayat sejarah seorang tokoh yang dikalahkan oleh penguasa berikutnya dipastikan tidak sepenuhnya valid. Begitu juga dengan Soekarno yang dilengserkan Soeharto, kisah sisi baiknya jarang dikisahkan. Tahunya kebanyakan orang cuman : Soekarno itu seorang proklamator.
Aku tidak sedang menjelek-jelekan Soeharto. Semua orang yang pernah dan sedang memimpin bangsa ini itu orang hebat. Soale aku gak iso koyok ngono iku. Tapi hanya ada dua pemimpin besar di Indonesia. Mereka adalah Soekarno dan Soeharto. Terutama Soekarno.
Kebesarannya terbukti dengan masih banyaknya rakyat yang ngoleksi posternya, menjadikan wajahnya sebagai desain kaos yang masih laku sampai sekarang, meneladani budi baiknya dan juga masih banyak orang yang memperingati haul Soekarno yang ke 50, tanggal 21 Juni kemarin.
Dari soal nasionalisme, kepemimpinan, keberaniannya menentang kolonialis dan imperialis, kesederhanaannya dan soal wanita, Soekarno nggak ada tandingannya. 
Soekarno lah yang terbesar. Walau sudah jadi presiden, budaya hidupnya tidak berubah. Tetap sama saat belum jadi presiden. Dikenal sebagai presiden yang tongpes alias kantong kempes, bokek jaya.
Pernah suatu kali Soekarno hutang pada TD. Pardede, seorang pengusaha tekstil asal Sumut yang dermawan, hanya untuk bayar kos anaknya, Guntur Soekarno Putra.
Sebelum jadi presiden pun sering hutang pada sopir taksi, Pak Arif, yang sering mengantarnya rapat dengan tokoh-tokoh nasional saat itu. Yang akhirnya Pak Arif  ini jadi sopir pribadi presiden Soekarno.
Soekarno kalau makan nggak mau pakai sendok garpu, seringnya pakai jari saja. Dia bisa sarapan satu meja dengan ajudannya atau juga menterinya kalau pas di istana saat acara non formal . Sambil mendengar usulan atau masukan tidak resmi dari bawahannya itu. Lauknya juga sederhana, sayur lodeh, ikan asin, dan sambal.
Pernah suatu kali saat sarapan bareng dengan Soekarno, para pengawal pribadinya makan dengan sendok garpu. Soekarno pun tanya, "Siapa yang ngajari kalian makan pakai sendok garpu?" Mereka pun sungkan, dan segera menyisihkan sendok garpunya.
Soekarno bisa sangat akrab dengan pengawal pribadi atau juga menteri-menterinya. Dia suka kepo tanya soal keluarga. Bahkan Menpen saat itu, Mayjen Achmadi, yang saat itu masih jomblo pun "diperintah" untuk segera menikah.
Achmadi tinggal tunjuk perempuan mana yang disukai dan Soekarno yang akan meminangnya. Tapi ketika Achmadi menginginkan Megawati (anak Soekarno) yang jadi istrinya, Soekarno kaget. Permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh Soekarno. Bukan karena apa, tapi Megawati saat itu belum lulus SMA.  
Jenderal Polisi Hoegeng (Kapolri saat itu) yang sering dipanggil di istana juga akrab dengan Soekarno. Soekarno heran dengan nama Hoegeng, kok bukan Soegeng. Soekarno berkelakar kalau nama Soekarno lebih bagus daripada Hoegeng. Hoegeng pun nyeletuk, "Tukang kebon saya namanya juga Soekarno.." Soekarno pun ngakak.
Soekarno bisa tertawa ngakak saat ngobrol sama bawahannya. Walaupun akrab dengan bawahan tapi kewibawaan Soekarno nggak luntur. Bisa jadi Soekarno sangat pandai menempatkan antara feminis dan maskulin. Kapan waktunya rileks dan kapan harus tegas. jadi nggak mendelik terus, pelit senyum.
Berbanding terbalik dengan Soeharto yang selalu jaga jarak dengan bawahannya. Kumpul hanya saat rapat atau acara kenegaraan. Dan jarang tertawa. Dia juga nggak mungkin bisa sarapan satu meja dengan ajudan saat acara non formal. Karena Soeharto priyayi Jawa. Yang harus menjaga agar jangan terlalu akrab dengan bawahan.
Kesederhanaan Soekarno memang top markotop. Dia nggak mau beli baju atau celana kalau belum rusak bener. Apalagi kalau dia suka modelnya. Tetap akan dipakai walau sudah ditambal sulam sampek nyunyut.
Pernah saat pidato di depan rakyat, Soekarno tidak menyadari kalau tambalan celana bagian belakang terkelupas. Setelah pidato selesai. Pengawal pribadinya pun segera ngasih tahu.
Aku membayangkan mungkin saat itu terjadi dialoq seperti ini :
Pengawal : "Pak Presiden, celonone sampeyan bolong, ketok sempake.."
Soekarno : "Wadoh...Untung aku ora nggawe sempak.."

Huwehehehe guyon rek.
Soekarno juga seorang penyayang binatang sejati. Dia nggak tega melihat binatang dikurung di dalam sangkar. Pernah ada utusan dari Maluku yang datang ke istana membawa burung Kakatua Raja untuk diberikan pada Soekarno. Setelah burung diterima Soekarno, si utusan malah diminta melepaskan burung tersebut dari sangkarnya.
Soekarno benar-benar menjunjung tinggi sebuah kemerdekaan  bahkan sejak dalam pikiran. Kalau manusia tidak suka dikekang, pasti burung pun seperti itu.
Jadi kalau kalian memang seorang penyayang binatang sejati, lepaskan burung peliharaanmu sekarang juga. Biarkan mereka bebas merdeka di alam raya.
Jangankan pada burung, pada cacing pun dia perduli. Pernah saat jalan-jalan di areal persawahan, di tengah jalan tidak sengaja Soekarno melihat cacing yang kepanasan. Rupanya cacing yang nyeberang kesiangan. Soekarno pun memerintahkan pengawalnya menyelamatkan si cacing. Eh ternyata Pengawalnya jijik sama cacing. Akhirnya Soekarno sendiri yang mengambil cacing tersebut dan melemparnya ke tengah sawah.
Rasa belas kasih yang tinggi tumbuh dari pengalaman penderitaan yang panjang. Itulah yang dialami Soekarno yang berkali-kali di buang ke luar pulau dan melihat sendiri penderitaan rakyat di masa penjajahan.
Dan itu juga yang menjadikannya seorang nasionalis sejati yang rela babak belur demi kemerdekaan dan kedaulatan negerinya. Yang mengajarkan rakyatnya agar tidak minder jadi bangsa Indonesia. Nggak heran kalau Soekarno nekad membangun Monas di saat ekonomi rakyat terpuruk. Menurutnya negeri ini harus punya bangunan yang ikonik yang bisa dibanggakan.
Karena martabat dan rasa percaya diri yang  kuat itulah, Soekarno berani menggertak Presiden Eisenhower, presiden Amrik yang nggak tepat waktu saat mengadakan pertemuan dengan Soekarno di gedung putih. "Kami adalah bangsa yang mudah memberi maaf. Tapi tidak untuk disepelekan.." kata Soekarno.
Mangkane dadi uwong ojok minderan rek. Biar miskin asal gagah.
Wis ah.
- Robbi Gandamana -
(Disarikan dari buku "Tertawa Bareng Bung Besar" oleh Eddie Ellison, berbagai sumber lainnya dan interpretasi pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar