Minggu, 07 Juni 2020

New Normal itu Tidak Berdamai dengan Covid 19

gambar disediakan oleh health.grid.id



Oke, new normal memang sangat beresiko, tapi terus-terusan mendekam di rumah juga bikin stres, uring-uringan, gendeng jaya.

Istilah 'berdamai dengan corona' memang terkesan cemen. Padahal damai di sini bukan karena putus asa. Bukan juga kayak damai dengan aparat saat ditilang. Tapi berdamai dengan ketakutan.

Waspada oke, takut jangan. Tanamkan kewaspadaan, jangan ketakutan. Stop membuat berita yang malah menyebarkan ketakutan.

Kalau sudah khatam dengan  protokol kesehatan, paham betul pencegahannya, aktifitas di luar rumah pun bisa aman dari corona.  Kita bukan beruang kutub yang bisa berhibernasi. Kita cuman manusia yang tiap hari harus makan. Puasa pun pakai sahur dan berbuka.

Kita harusnya sudah pasca dari teori atau pengetahuan soal corona. Jadi harusnya dengan new normal ini kita sudah siap lahir bathin dan Insya Alloh bisa terhindar dari corona. Dengan begitu kegiatan ekonomi bisa berjalan normal.

Virus covid 19 memang bahaya, tapi perekonomian negara bangkrut juga bahaya. Sangat berpotensi chaos. Kebangkrutan ekonomi adalah kematian terbesar. Sama ngerinya dengan virus covidatul jahannam ini.

Ada memang freelancer yang kerjanya di rumah terus. Tapi bukan berarti nggak pernah keluar rumah. Mereka sekali- sekali juga keluyuran, nongkrong, piknik, nyantai di luar rumah. Nek gak ngono yo iso gendeng. Hanya Rapunzel yang tahan bertahun- tahun tidak keluar rumah.

Memang, resiko terburuk dari new normal adalah pasien corona akan membludak dan rumah sakit akan kolaps. Makanya negara perlu melakuken semacam mobilisasi umum, perekrutan tenaga medis besar-besaran, mumpung banyak pengangguran karena PHK bla bla bla sudah aku tulis kemarin, males mbaleni. Silahkan dicek di sini.

Saatnya tenaga medis dikontrak mati seperti tentara. Tenaga medis memang harus siap mati tertular penyakit. Kalau nggak siap begitu, ojok dadi tenaga medis. Siapapun yang mangkir atau lari dari tugas di masa pandemi ini akan dianggap desertir. Dipecat dengan tidak hormat.  Seperti yang dilakukan  oleh Bupati Ogan Ilir kemarin yang memecat 109 tenaga medis karena reseh, demo minta kenaikan gaji.

Mau nggak mau kita harus memulai beraktifitas. Nuruti takut mati, kita hanya akan jadi pecundang profesional.

Sori buat para tenaga medis, kerja anda-anda ke depan mungkin akan bertambah berat. Tapi semoga enggak. Semoga pasiennya menurun dan segera ditemukan vaksinnya. Indonesia harusnya mampu menciptakan vaksin sendiri. Setidaknya itu kata Siti Fadilah (mantan Menkes).

Oh iya, menurutku ada baiknya Siti Fadilah dibebaskan. Karena dia punya kemampuan yang dibutuhkan di masa pandemi ini.  Dia pernah sukses menangani wabah flu burung. Toh sekarang banyak napi yang lebih serem dibebaskan karena alasan pandemi. Dan pembebasan napi-napi tersebut malah menambah keresahan masyarakat.

Jadi nggak ada ruginya kalau Siti Fadilah dibebaskan (kecuali mereka yang terancam proyeknya bla bla bla). Bisa jadi malah memperkuat barisan. Yang jelas, maling pun bisa jadi pahlawan kalau dia ikut menyelamatkan negara dalam melawan musuh.

Kembali ke soal new normal...

Ketakutan akan terjangkit corona memang wajar, tapi bukan berarti menyerah oleh ketakutan itu.
Begini, di jalanan banyak orang yang mati karena kecelakaan sepeda motor. Tapi tidak terus membuat kita jadi takut naik kendaraan. Kita hanya jadi lebih safety dengan pakai helm dan menaati rambu lalu lintas. Serta membawa surat-surat penting (sekarang uang damainya mahal men).

Begitu kira-kira kalau virus dianalogikan dengan motor dalam konteks meningkatkan kewaspadaan daripada ketakutan.

Kadang kita salah koordinat dalam beranalogi. Menganalogikan virus covid 19 dengan singa hanya karena sama-sama berbahaya. Itu kurang tepat menurutku. Walau ada benarnya. Memang sama-sama
menakutkan dan mematikan. Tapi ingat, virus itu tidak kasat mata.

Dijebloskan di satu ruang dengan pasien corona dan  satu kandang dengan singa itu beda resiko keselamatannya. Kalau imun kita kuat dan atau sudah menjalankan protokol kesehatan dengan benar, kita  akan selamat dari virus.

Lain hal jika kita di kandang singa. Tanpa senjata dan kemampuan pawang, dipastikan kita bakal dedel duel dikrokoti singa. Kecuali singanya jinak atau ompong.

Yang salah kaprah itu meme bergambar bumi pakai masker. Justru bumi itu sekarang sedang bahagia. Kalau bumi itu manusia, dia pasti membuang maskernya. Di masa pandemi ini oksigen melimpah, polusi udara berkurang karena aktifitas manusia  dibatasi oleh kebijakan karantina atau lockdown. Jadi bumi sekarang ini sedang disehatkan oleh corona.

Wis ah. Sori kalau opiniku mungkin payah secara intelek. Tapi kalau nggak begitu itu bukan aku. Pokoknya sekarang kita lakukan apa yang harus dilakukan, biar semesta yang melakukan seleksi alam. Bosan terpenjara oleh corona. No more ndekem.

-Robbi Gandamana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar