Sabtu, 27 Februari 2016

10 Hukuman Alternatif Mempermalukan Koruptor



Upaya pemerintah dalam memberantas tuntas koruptor kayaknya masih kurang greget. Perlakuan dan hukuman pada koruptor yang tertangkap masih terlalu baik hati. Jauh beda perlakuannya pada maling kampung yang babak belur jadi bulan-bulanan massa dan aparat.

Kelakuan para koruptor yang cengengesan, melambaikan tangan atau acungkan tiga jari metal saat difoto wartawan, sungguh bikin rakyat tepok jidat. Seperti tak ada beban moral atau rasa malu atas perbuatannya maling uang negara yang juga uang rakyat itu.

Kayaknya korupsi sudah bukan hal yang memalukan dan sudah jadi peradaban. Jadi jangan heran jika korupsi makin massif dan canggih. Negara bakalan mumet ngurusnya. Sekarang pun nggak mungkin semua kasus korupsi bisa ditangani. Di samping butuh waktu, tenaga dan dana yang besar, penjaranya juga nggak bakalan cukup.

Sampai Gus Dur nyindir, "Bangsa ini adalah pengecut, karena tidak berani menindak yang salah." Maksudnya tak berani menghukum Soeharto, sang bapak koruptor. Walaupun jasa Soeharto besar pada negara tapi hukum harus ditegakan. Seperti yang pernah ditimpakan pada Ferdinand Marcos, Presiden (diktator) Piliphina yang lari tunggang langgang ke luar negri.

Maka sangat urgen diperlakukan suatu hukuman moral yang diharapkan membuat para koruptor ini tengsin berat. Intinya bagaimana perbuatan korupsi itu bisa jadi semacam aib bagi para pelakunya. Minimal sama aibnya dengan video porno yang tersebar di dunia maya, seorang juragan yang sedang 'oh yes oh no' dengan babunya.

Berikut 10 hukuman alternatif itu, cekidot :

1. Dipetali rambutnya
sebelum dipertemukan dengan wartawan, rambut koruptor dicukur dengan model yang tak beraturan, istilah di daerah saya dipetali. Atau dibentuk model Mohawk, poni lempar atau KGB (Kepala Gondrong Belakang). Tapi kalau Eboni (eii botak ni yee), dipaksa pakai wig model kribo atau gimbal rasta. Kalau sudah begitu apa mereka masih bisa cengengesan saat difoto wartawan.

2. Diteriaki 'maling!'
Si Koruptor diajak jalan-jalan di keramaian kota. Agar tak mudah dikenali, dipakaikan baju ala preman, jaket dan celana jeans belel dengan rantai menjuntai di celana. Di tengah keramaian do'i diteriaki 'mualingggg!' Biar saja, babak belur dihajar massa. Maling uang rakyat maka urusannya dengan rakyat. Asal jangan sampai mati saja. Dan itu adalah hukuman yang layak.

3. Diarak keliling kota
Setelah rambut dicukur dan wajah bonyok dimassa, si koruptor diarak keliling kota dengan mobil Jeep terbuka. Petugas dengan pengeras suara memperkenalkan nama koruptor dan uang yang berhasil di korupsi di setiap jalan yang dilewati. Koruptor mengenakan kalung kertas ukuran besar yang bertuliskan 'maling uang rakyat', 'koruptor newbie' atau 'koruptor ni yee..'

4. Ditato jidatnya 
Sebagai pengingat juga hukuman moral, di jidat koruptor ditato huruf kapital tulisan 'koruptor' dengan keterangan yang detail. Misal 'koruptor proyek dana pengadaan pispot dewan senilai 100 milyar rupiah' atau 'koruptor proyek pembangunan tempat wudhu DPR senilai 2 trilyun rupiah'. Kalau perlu, sekalian seluruh wajah ditato.

5. Dipotong jarinya
Ini juga ekstrim, tapi cukup jitu bikin malu seumur hidup. Jari yang dipotong disesuaikan dengan jumlah uang yang diembat. Jika kecil maka bisa jari kelingking. Jika yang diembat sedang maka jari manis. Jika besar maka jari tengah atau telunjuk. Jika besar banget, jari dipotong sesuai selera : dipotong dadu, fillet, atau disayat membujur..monggo.

6. Ditempatkan di sel yang paling dekil
Nggak cuman di luar penjara koruptor dipermalukan, tapi di dalam penjara pun harus dibikin malu. Tempatkan mereka di sel yang paling dekil, bau kencing dan banyak kepinding. Bahkan kambing pun nggak mau masuk di sel tersebut. Bisa juga di-satu sel-kan dengan psikopat, necrophilia atau kanibal macam Sumanto, biar dikrikiti pelan-pelan.

7. Dimiskinkan dalam arti yang sebenarnya
Gerakan memiskinkan koruptor terlihat masih malu-malu kucing. Nyatanya setelah keluar dari penjara mereka tetap parlente. Rumah bak istana, koleksi mobil mewah, deposito ada dimana-mana. Seharusnya setelah keluar penjara mereka mulai dari nol lagi layaknya rakyat jelata. Tak ada jabatan, tak ada uang pengsiun, tak ada kemewahan. Just kere all around!

8. Dicabut hak dipilihnya
Setelah keluar penjara, koruptor dilarang keras jadi Caleg, Cagub, Cabub dan Ca Ca yang lain. Bila ngotot karena merasa sudah tobat nasuha, haji lima kali, mampu dan punya massa..harus melalui prosedur yang sangat ketat. Poster, spanduk atau baliho kampanye wajib ada keterangan Mantan Koruptor di belakang nama si kandidat.

9. Dikasih Keterangan 'Ex Koruptor' di KTP
Untuk lebih bikin tengsin seumur hidup, di KTP sang koruptor wajib ada keterangan 'Ex Koruptor'. Seperti Ex Tapol pada para mantan PKI. Atau nama akan dirubah oleh negara yang mengindentifikasi bahwa yang bersangkutan mantan koruptor . Misal Toyib Sumaling, Gendon Maling Budiman, Sastro Tilep, dan sebagainya.

10. Catat nama mereka dalam buku sejarah
Memakan uang negara sama dengan memakan uang rakyat. Maka koruptor bisa disebut sebagai pengkhianat negara. Tak heran di China para koruptor dieksekusi mati. Maka Untuk mengenang pengkhianatan juga sebagai peringatan pada rakyat, nama mereka perlu ditulis dalam buku Sejarah, buku pelajaran Anti Korupsi, buku PKn, Pertukangan, Tata Boga dan sebagainya.

Tentu saja ini khusus koruptor kakap saja. Misal Presiden Soeharto, Edi Tansil, Nazaruddin, Gayus Tambunan dan masih banyak lagi. Kalau semua nama koruptor dicatat, bakalan jadi bertumpuk-tumpuk buku. Perpustakaan pun nggak bakalan cukup menampung buku yang mencatat para koruptor di Indonesia tercintah ini.

***
Well, itu 10 hukuman alternatif yang diharapkan bisa bikin koruptor ampun-ampun, nangis darah, nggak bakalan ngulangi perbuatannya. Mungkin ada yang mau nambahi, silahkeun. Memang ini cuma tulisan iseng, tapi bisa jadi ini adalah solusi dari problem serius negeri ini. Trims..zuuk mariii.


-Robbi Gandamana-

*pertamakali dipublish di Kompasiana

Jumat, 26 Februari 2016

Begini Cara Mengalahkan Ahok


Ahok adalah Fenomena

Untuk sementara Ahok kandidat terkuat, tak ada tandingannya di Pilgub DKI 2017. Doi adalah pemimpin fenomenal, satu-satunya pemimpin non pribumi yang berani mengobrak-abrik premanisme oleh preman pribumi yang tak tersentuh hukum (malah jadi tokoh masyarakat). Pemimpin pribumi saja takut melakukan itu, jangankan bertindak, mimpi aja nggak berani.

Negeri ini butuh pemimpin yang seperti Ahok : jujur, tegas, cerdas, adil dan berani mati untuk rakyat, bukan untuk partai dan yang lain. Pemimpin yang mumpuni dan total. Dan Jakarta butuh gubernur yang 'gila' seperti itu. Ibarat bengkel mobil, pastilah membutuhkan mekanik handal bukan seorang habib.

Rival Ahok dan atau para penganut paham kolot kebingungan untuk menjatuhkan Ahok. Kebanyakan mereka menyerangnya dengan mempersoalkan agama Ahok. Bahwa muslim haram dipimpin orang kafir. Sampai menyebut Ahok adalah musuh Islam. 'Pilih Ahok masuk neraka..!' Subhanalloh..

Silakan yakini madzhab dan tafsirmu soal pemimpin dalam Islam, tapi jangan paksa orang lain untuk sama denganmu. Apalagi terang-terangan menyebut orang lain sebagai kafir. Itu jelas menyakitkan hati. Agama apa pun melarang umatnya menyakiti hati manusia.

Cara Jitu Mengalahkan Ahok

Tapi sebenarnya ada cara yang kejam dan licik untuk menjatuhkan Ahok, itu kalau memang mau jadi raja tega yang menghalalkan segala cara. Begini caranya :

lakukan fitnah, bahwa China akan menguasai Indonesia (bahkan dunia). Mereka menguasai perekonomian, menguasai pasar. Produk-produk kebanyakan dari China. Di segala bidang mulai banyak bercokol orang-orang China. Kebanyakan Juragannya china, jongosnya pribumi. Pemerintah pun bekerja sama dengan China. Mendatangkan tenaga kerja dari China. Akibatnya tenaga kerja lokal pun terancam.

Takutilah rakyat (pribumi), jika mereka memberikan kesempatan orang China jadi gubernur maka suatu hari mereka akan bisa jadi presiden. Rakyat Indonesia akan dipimpin orang China. Parlemen akan banyak diisi orang China. Pokoknya bodohi rakyat dengan menggunakan kata-kata intelek yang seolah-olah jenius. Dengan dibumbui ayat-ayat suci. Pasti maknyusss!

Analogikan Ahok (Tionghoa atau China) itu Yahudi. Bahwa Yahudi pernah menguasai Eropa. Barang modal dan sumber daya yang vital dikuasai oleh Yahudi. Di Bank, Pemerintahan dan departemen vital yang lain. Sampai-sampai Hitler melalui Nazi-nya harus melakukan genocide. Mengurangi bahkan memusnahkan etnis Yahudi di Jerman dan negara-negara Eropa.

Intinya jangan kasih kesempatan pada orang China. Tanamkan di hati rakyat (pribumi) bahwa orang China adalah ancaman. Sehingga mereka jadi takut milih Ahok. Karena masih buanyak rakyat yang gampang diprovokasi dan ditakuti. Tinggal tuduh sesat, maka massa akan bergerak membunuh, membakar dan mengusir dari tanahnya sendiri.

Ceritakan juga soal kaum Yajuj Majuj yang cirinya bermata sipit (mirip orang China) yang akan muncul sebelum kiamat nanti. Kaum yang akan merusak dan mengotori bumi. Takuti rakyat bahwa Yajuj Majuj itu adalah bangsa China.

Well, begitulah caranya. Kalau ente tergolong manusia sadis dan tak punya nurani, pakai saja cara-cara busuk di atas. Tapi tolong jangan bilang siapa-siapa kalau saya yang kasih tahu caranya yaa..plisss.

Ulama Itu Bukan Nabi Apalagi Tuhan

Masih banyak orang yang menyembah ulama, menyembah agama. Dengan dalih atas nama agama, banyak 
umat yang begitu saja terseret memilih pemimpin sesuai pilihan ulamanya. Padahal ulama itu bukan nabi apalagi Tuhan.

Lahir sendiri matipun sendiri, lha kok hidup sekali tidak jadi diri sendiri. Saya sebagai muslim hanya mendengarkan ulama ketika mereka bicara fiqih atau ilmu agama yang lain. Tapi saat ulama mulai ngomong politik, saya akan tutup telinga rapat-rapat. Karena mereka tidak bicara politik tapi bicara pilihan.

Memang ilmu agama mencakup semua ilmu yang diajarkan di sekolah, termasuk politik. Jadi politik itu perlu juga. Tapi untuk kasus di Indonesia, nanti dulu. Karena syarat rukunnya tak terpenuhi sama sekali. Sistem demokrasi yang dipakai di sini jangan samakan dengan demokrasi yang ada di Barat sono. Tapi karena darurat, cuma itu yang bisa dipakai, yo wis monggo.

Sama kasusnya dengan riba', walaupun dilarang oleh agama tetap saja banyak muslim yang nabung di bank konvensional. lha wong memang darurat kok. Mau di bank syariah? sama saja, nggak jauh beda. Kata 'syariah' itu cuma strategi dagang doang.

By the way, saya tidak memilih Ahok atau siapa saja, karena saya apolitis, Golput. Trims.

-Robbi Gandamana-


*pertamakali dipublish di Kompasiana

Boneka Tak Terbeli


siang itu di jantung kota bengawan
gadis kecil anak gelandangan
baju tambal sulam kusam dimakan zaman
berjalan tanpa alas kaki
rambut gimbal jarang dicuci
di depan toko mainan berdinding kaca
di dalam dipajang bermacam boneka
gadis kecil hanya memandang dari luar saja..

naluri dalam hati bergejolak
tapi langkah kaki terus menolak
gadis kecil masih punya kesadaran
gembel seperti dia bisa merusak pemandangan
maka diredamlah hasrat untuk menjamah
boneka beruang di balik kaca
yang sering singgah dalam lamunan
tak pernah nyata dalam pelukan..

seribu pikiran mengusik benak
segunung keinginan menyeruak
segudang kemauan berkehendak
ingin merabanya barang sejenak
merasakan lembut bulu lunak
memeluknya sampai tertidur nyenyak
tapi apa daya nasib tak berpihak
cuma si miskin berbaju kumal tak layak..

lihat di balik dinding kaca ada anak sebaya
memeluk erat sebuah boneka
gadis kecil pun semakin tergoda
membuatnya berlama-lama di depan kaca
membayangkan anak sebaya adalah dirinya
yang bebas memeluk boneka sepuasnya
kemudian dibeli bunda untuk hadiah
sebagai teman tidur mimpi indah..

"Huss..huss ..pergi kau..bau amis!"
hardik penjaga bertampang antagonis
usir gadis kecil dengan wajah sinis
seolah menatap sebuah barang najis
tapi tak jua membuat gadis kecil menangis
hidup berpuluh tahun dalam getir kritis
kadang terpaksa harus mengemis
air mata sudah terkuras habis..

...buyar sudah lamunan
beranjak gadis kecil ke bunda di ujung jalan
berkeluh kesah dalam pelukan
tentang boneka beruang di toko mainan
tentang penjaga toko mantan preman..
tapi dengan cinta kasih bunda berpesan :
"sudahlah nduk, yang penting hari ini bisa makan,
Tuhan mengirim seorang dermawan."

gadis kecil bermain sendiri
dengan pecahan genting bergerigi
menggambar di tanah sebentuk peri
dengan banyak bintang di kanan kiri
gadis kecil berharap sang peri sudi
mengirim satu boneka beruang teddy
agar tidurnya ada yang menemani
agar mimpinya seindah pelangi..


Robbi Gandamana, Solo 18 Februari 2016

*pertamakali dipublish di Kompasiana

Konyol Itu Indah



Kalau kita mengenang masa kecil dulu, pasti banyak sekali kisah konyol yang pernah kita perbuat. Karena di masa itu kita masih polos, konyol, kisruh, sok tahu, gemblung, nggumunan dan kagetan.

Seperti saat kalang kabutnya saya karena bangun kesiangan. Mandi ekspres, ganti baju ngebut, sarapan Patas, sambar tas dan cabut ke sekolah. Sesampai di sekolah, teman seisi kelas memandang dengan tatapan aneh ke arah ceker saya. Ealaah, ternyata saya masih pakai sandal jepit! Apalagi sandalnya semi remuk, dekil, melebar dan tipis kayak tisu. Semprul!!

Cerita tadi adalah sebagian kisah dari banyak cerita konyol yang selalu bikin cengar cengir sendiri bila mengingatnya kembali. Dan bila kisah-kisah tersebut ditulis semua, bisa jadi berjilid-jilid buku, ente bakalan klenger bacanya Mblo. Maka, saya pilih kisah konyol yang menurut saya paling epic.

Oke langsung saja..wan tu tri prot! :

Sebut saja Prayit, cowok pemalu yang susah sekali berbahasa Indonesia. Logat Jawa-nya medok biangettt. Wong Jowo tulen, cah nggunung.

Suatu hari saat jam istirahat, Prayit tergesa-gesa ke sungai Brantas yang kebetulan tak jauh dari sekolah. Rupanya sejak pagi , Prayit menahan rasa mules yang luar biasa di perutnya. Do'i malu minta ijin ke toilet. Akibatnya do'i harus mengerahkan tenaga dalam untuk menahan dorongan dahsyat yang akan menerobos benteng pertahanan di lubang pantatnya.

Sesampai di sungai, Prayit langsung buka celana yang tanpa sempak itu. Baru sedetik buka celana, semua hajat beracun dari perutnya langsung keluar dengan kecepatan 80 Km/jam, mak bruoolll!!! Alhamdulillah...Subhanalloh, legalah perasaan Prayit terbebas dari rongrongan gerakan separatis gerombolan 
cabe rawit bersatu.

Saat akan mengenakan celana, ndilalah Prayit terpeleset jatuh terjengkang ke sungai, mak byurrr!! Prayit pun gelagepan, berenang ke tepi sambil tangan satunya memegang celana yang melorot sampai ke dengkul, yang membuat kemaluannya gondal gandul jadi tontonan ikan Cetul.

Rupanya batu yang dipijak Prayit berlumut, tentu saja licin Mblo. Mau nggak mau, akhirnya Prayit kembali ke 
sekolah dengan baju seragam basah kuyup. Sesampai di sekolah, Prayit berpapasan dengan seorang guru yang langsung terperangah melihat keadaannya.

"Lho Yit...kenapa baju dan celanamu basah?" tanya gurunya heran.

Dengan terbata-bata (karena grogi) Prayit menjawab menggunakan bahasa campuran Indonesia Jawa ala kadarnya, "Anu bu..tadi saya ngising di sungai..terus...saya tiba,"

Semua anak yang kebetulan dengar omongan Prayit langsung ngakak jaya. Pikir Prayit huruf 'o' dalam bahasa Jawa bila di-Indonesia-kan akan selalu jadi 'a'. Jadi kalau 'Tibo' (jatuh) jadi 'tiba'. Dan akhirnya 'Honda' kalau di-Jawa-kan jadi 'Hondo', 'Yamaha' jadi 'Yomoho'...:)

***
Lain lagi dengan Toyib, seorang teman yang terkenal kikir bin medit. Perawakannya kecil, kulitnya hitam bersisik karena suka berlama-lama mandi di sungai dan nggak pernah pakai Handbody (mungkin itu penyebab kenapa ikan bersisik).

Wajahnya sangat 'suku Jawa terakhir' alias pribumi bianget. Pokoke ndeso pol Mblo. Do'i bakalan ditolak mentah-mentah kalau nekat ikut audisi Pulau Sempu Idol apalagi Indonesian Idol.

Ceritanya, suatu kali sekolah kami mengadakan Study Tour ke Bonbin. Toyib membawa kamera poket jadul zaman itu yang masih pakai roll film (film negatif). Di Bonbin, Toyib asyik masyuk sendiri dengan kameranya. Tiap temannya minta difoto, ditolaknya mentah-mentah . Padahal temannyalah yang dimintai tolong motret wajah Toyib yang mirip penjahatnya Unyil.

Saat di bis dalam perjalanan pulang, Toyib memgambil kameranya dan mengeluarkan roll film dari dalam kamera. Setelah itu pita seluloid (film negatif) pada roll film ditarik keluar dari bungkusnya (cartridge). Dengan rileknya Toyib terus menarik pita seluloid sampai habis, tak bisa ditarik lagi.

Toyib penasaran berat, di pita seluloid tadi kok nggak ada gambar dirinya? Yang ada cuman warna gelap doang. Rupanya Toyib nggak tahu kalau roll film itu harus dicuci dulu di ruang gelap sebelum dicetak jadi foto.

Walhasil fotonya terbakar ludes dess tak tersisa . Gagal sudah dokumentasi pribadi Study Tour Toyib Bin Kemplu tadi. Oalaa Toyib Toyiibbbbb..tobiaatttt!

Adza adza ajza dwech ach. *__*

***
Sebenarnya cerita masa kecil yang konyol nggak melulu karena kepolosan kita. Ada cerita konyol lain yang terjadi di masa itu yang lebih konyol dan heboh lagi. Misal seorang guru cewek yang latah. Tahu khan, orang latah itu saat dirinya kaget biasanya secara spontan ngomong jorok.

Pernah kejadian saat guru latah tadi mengajar, eh tak sengaja penghapus papan tulis jatuh di lantai. Secara spontan si guru itu teriak, "Kont*l tibo! (penis jatuh!)". Ohmaigot! rasanya kayak disamber geledek di siang bolong.

Juga pernah suatu kali si guru latah ini tak sengaja duduk di kursi basah yang baru saja ketumpahan minuman. Eh, dianya njerit, "Emp*k anyep! (vagina dingin!)". Towengwengwengwengwengggg....semaput!

Wis ah, sebelum cerita melebar-lebar ke hal yang lebih tak senonoh lagi, maka saya cut sampai sini saja. Betewe, kelakuan konyol memang bikin tengsin, tapi sayang bila di masa kecil kita dulu tak pernah punya kenangan konyol. Karena kisah konyol itu sebenarnya indah bila dikenang kembali. Trims.

-Robbi Gandamana-



*Cerita ini ditulis untuk memenuhi tugas lomba nulis humor 'Pengalaman Masa Kecil Yang Kocak' yang diadakeun oleh Planet Kethir. Sebuah planet yang dihuni oleh sekumpulan makhluk kenthir yang hidupnya selalu gumbira, kreatip, mbeling tapi baik hati. That's all.

*pertamakali dipublish di Kompasiana

Senin, 22 Februari 2016

Puisiku Bukan Puisi


Puisiku bukan puisi..

puisiku adalah cerita
ditulis dengan kata paling baku
mudah dicerna oleh manusia paling dungu

puisiku adalah berita
ditulis berdasar kisah paling jasad
menjadi saksi para durjana bejat

puisiku adalah pemberontakan
tentang manusia yang tertindas
oleh hukum penguasa di atas kertas

puisiku bukan nyanyian sendu
rintihan nasib atau kisah biru
itu adalah cengeng bagiku

puisiku adalah kejujuran
atas nama hati nurani
kepada siapapun yang perduli

jadi..

buat apa pelintir kata
direnda sedemikian rupa
dipaksa berwujud indah
sampai sulit untuk dicerna

buat apa perkosa rasa
menjadikan otak sengsara
tidur tak nyenyak makan terlupa
demi seonggok kata tak bernyawa

buat apa berteori
tentang kebenaran yang disepakati
yang ramai didengungkan di akademi
akhirnya puisi jadi lahan industri

maka..

jadilah otentik
tuliskan bahasa yang paling antik
dengan gaya dan caramu sendiri
setelah itu jangan pernah perduli
bila tidak dianggap puisi
...mengalirlah dengan indah


-Robbi Gandamana, Solo 6 Februari 2016

Rabu, 03 Februari 2016

Tidak Semua Berita Hoax Itu Howeekk!


Belakangan ini dunia maya banjir berita yang menyatakan bahwa berita soal si Iron Man Tawan adalah hoax. Saya pribadi nggak perduli jika berita soal Tawan itu hoax atau bukan. Nggak penting. Yang penting adalah Tawan sudah berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya (membuat tangan robot), that's all!

Jika toh tangan robot itu ternyata nggak bisa digunakan (karena diduga hoax) kenapa para pakar teknik mesin atau siapapun yang tahu soal robot, tidak memperbaiki atau kasih solusi sekedar menunjukan empati pada Tawan atas kerja kerasnya mengatasi tangannya yang lumpuh.

Seharusnya yang dinilai itu usahanya bukan hasilnya. Tuhan sendiri tidak menuntut manusia untuk berhasil (sukses). Manusia hanya diperintah untuk selalu berjalan di jalan yang lurus sesuai dengan jalanNya. Mau jadi tukang las, profesor, bakul akik atau juragan gembus..Tuhan nggak perduli. Setidaknya itu kata seorang Kyai.

Guru matematika pun seharusnya menilai-nilai anak itu dari usaha si anak, paham urutan cara mengerjakan soal. Kalau hasil akhirnya salah, itu adalah human error. Yang penting hapal rumus dan cara mengerjakan soal. Jadi nggak melulu menilai dari hasil akhir. 


Dan dalam kasus Tawan, saya tidak ikutan sinis pada si pembuat berita (hoax). Why? karena ada (banyak) sisi positifnya : Menumbuhkan semangat anak muda untuk berkarya, merubah pandangan dan mental anak bangsa bahwa bangsa Indonesia mampu, memompa semangat kaum proletar yang tak mampu sekolah tinggi bahwa dengan perangkat yang sederhana bisa tercipta karya yang luar biasa dan lain-lain.

Kalau anda pernah nonton film 'Enemy Of The Gates' (2001), anda akan paham bagaimana pentingnya sebuah propaganda di jaman perang. Propaganda itu nggak jauh beda dengan menyebarkan berita hoax. Tapi tentu saja hanya dilakukan dalam waktu dan keadaan tertentu yang memang harus dilakukan (final solution).

Dikisahkan di film itu rakyat Stalinrad begitu putus asa menghadapi pasukan Jerman yang lebih terlatih dan lebih canggih alat perangnya. Di tengah ke-putus asa-an itulah ada seorang perwira Rusia, Commisar Danilov, yang punya ide brilian. Commisar Danilov adalah kepala devisi propaganda. Do'i menyebarkan selebaran yang isinya 
propaganda untuk menumbuhkan semangat juang rakyat Stalinrad.

Lewat selebaran tersebut, Commisar Danilov berhasil menciptakan seorang tokoh sniper, Vassili Zaitsev, yang gagah berani berperang dengan caranya sendiri melawan pasukan Jerman. Vassili Zaitsev berhasil membunuh banyak perwira Jerman. Dalam selebaran tersebut dicantumkan pula foto kalung plat bertuliskan para perwira Jerman yang berhasil dibunuh oleh si Sniper. ’One Shoot, One Kill’, begitu motto Vassili Zaitsev.

Tak urung propaganda itu benar-benar membuat para rakyat Stalinrad terbakar semangat juangnya.

Sedang di pihak Jerman terjadi demoralisasi, penurunan mental juang pada prajuritnya. Sang komandan ngelu ndase, do'i sampai menugaskan Mayor Konig, seorang sniper handal yang didatangkan khusus dari Jerman untuk mengatasinya. Dan Mayor Konig bukan sembarang sniper, do'i adalah kepala sekolah dari sekolah sniper di Jerman. Subhanalloh..

Lho kok malah jadi review film ya? Oke, balik ke soal Tawan..

Robot si Tawan ini memang bikin geger dunia sains. Para pakar (asli maupun instan) yang ngeh soal robot pada turun gunung. Mereka terbangun dari pertapaan panjangnya di medsos atau di kampus yang damai dan sejuk bergelimang uang, gaji yang diambil dari uang rakyat. Oh yesss..Oh Nooo...

Sepertinya para manusia cerdas (dan yang merasa cerdas) tadi nggak rela kalau disalip sama orang yang nggak mengenyam bangku kuliah. Seolah-olah mereka kena tampar dengan keras di pipinya : 'Woii bangunn!! jangan cuman berteori dan baca buku bertumpuk-tumpuk di Perpus. Buatlah karya nyata untuk negara!'.

Well, dalam kasus tertentu, ternyata hoax itu nggak selalu howeekk (muntahan) tapi kalau ada cara yang lebih baik, jangan lakukan itu. Seperti juga halnya dengan berdusta. Walaupun tercela tapi ada kalanya kita harus (terpaksa) berdusta. Jadi jangan artikan saya melegalkan berita hoax atau dusta..gundulmu!

Cobalah sekali-sekali untuk tidak berpikir linear. Biar hidup lebih berwarna. Kadang kenakalan berpikir itu penting. Trims.


-Robbi Gandamana-

pertama kali di publish di Kompasiana