Jumat, 26 Februari 2016

Begini Cara Mengalahkan Ahok


Ahok adalah Fenomena

Untuk sementara Ahok kandidat terkuat, tak ada tandingannya di Pilgub DKI 2017. Doi adalah pemimpin fenomenal, satu-satunya pemimpin non pribumi yang berani mengobrak-abrik premanisme oleh preman pribumi yang tak tersentuh hukum (malah jadi tokoh masyarakat). Pemimpin pribumi saja takut melakukan itu, jangankan bertindak, mimpi aja nggak berani.

Negeri ini butuh pemimpin yang seperti Ahok : jujur, tegas, cerdas, adil dan berani mati untuk rakyat, bukan untuk partai dan yang lain. Pemimpin yang mumpuni dan total. Dan Jakarta butuh gubernur yang 'gila' seperti itu. Ibarat bengkel mobil, pastilah membutuhkan mekanik handal bukan seorang habib.

Rival Ahok dan atau para penganut paham kolot kebingungan untuk menjatuhkan Ahok. Kebanyakan mereka menyerangnya dengan mempersoalkan agama Ahok. Bahwa muslim haram dipimpin orang kafir. Sampai menyebut Ahok adalah musuh Islam. 'Pilih Ahok masuk neraka..!' Subhanalloh..

Silakan yakini madzhab dan tafsirmu soal pemimpin dalam Islam, tapi jangan paksa orang lain untuk sama denganmu. Apalagi terang-terangan menyebut orang lain sebagai kafir. Itu jelas menyakitkan hati. Agama apa pun melarang umatnya menyakiti hati manusia.

Cara Jitu Mengalahkan Ahok

Tapi sebenarnya ada cara yang kejam dan licik untuk menjatuhkan Ahok, itu kalau memang mau jadi raja tega yang menghalalkan segala cara. Begini caranya :

lakukan fitnah, bahwa China akan menguasai Indonesia (bahkan dunia). Mereka menguasai perekonomian, menguasai pasar. Produk-produk kebanyakan dari China. Di segala bidang mulai banyak bercokol orang-orang China. Kebanyakan Juragannya china, jongosnya pribumi. Pemerintah pun bekerja sama dengan China. Mendatangkan tenaga kerja dari China. Akibatnya tenaga kerja lokal pun terancam.

Takutilah rakyat (pribumi), jika mereka memberikan kesempatan orang China jadi gubernur maka suatu hari mereka akan bisa jadi presiden. Rakyat Indonesia akan dipimpin orang China. Parlemen akan banyak diisi orang China. Pokoknya bodohi rakyat dengan menggunakan kata-kata intelek yang seolah-olah jenius. Dengan dibumbui ayat-ayat suci. Pasti maknyusss!

Analogikan Ahok (Tionghoa atau China) itu Yahudi. Bahwa Yahudi pernah menguasai Eropa. Barang modal dan sumber daya yang vital dikuasai oleh Yahudi. Di Bank, Pemerintahan dan departemen vital yang lain. Sampai-sampai Hitler melalui Nazi-nya harus melakukan genocide. Mengurangi bahkan memusnahkan etnis Yahudi di Jerman dan negara-negara Eropa.

Intinya jangan kasih kesempatan pada orang China. Tanamkan di hati rakyat (pribumi) bahwa orang China adalah ancaman. Sehingga mereka jadi takut milih Ahok. Karena masih buanyak rakyat yang gampang diprovokasi dan ditakuti. Tinggal tuduh sesat, maka massa akan bergerak membunuh, membakar dan mengusir dari tanahnya sendiri.

Ceritakan juga soal kaum Yajuj Majuj yang cirinya bermata sipit (mirip orang China) yang akan muncul sebelum kiamat nanti. Kaum yang akan merusak dan mengotori bumi. Takuti rakyat bahwa Yajuj Majuj itu adalah bangsa China.

Well, begitulah caranya. Kalau ente tergolong manusia sadis dan tak punya nurani, pakai saja cara-cara busuk di atas. Tapi tolong jangan bilang siapa-siapa kalau saya yang kasih tahu caranya yaa..plisss.

Ulama Itu Bukan Nabi Apalagi Tuhan

Masih banyak orang yang menyembah ulama, menyembah agama. Dengan dalih atas nama agama, banyak 
umat yang begitu saja terseret memilih pemimpin sesuai pilihan ulamanya. Padahal ulama itu bukan nabi apalagi Tuhan.

Lahir sendiri matipun sendiri, lha kok hidup sekali tidak jadi diri sendiri. Saya sebagai muslim hanya mendengarkan ulama ketika mereka bicara fiqih atau ilmu agama yang lain. Tapi saat ulama mulai ngomong politik, saya akan tutup telinga rapat-rapat. Karena mereka tidak bicara politik tapi bicara pilihan.

Memang ilmu agama mencakup semua ilmu yang diajarkan di sekolah, termasuk politik. Jadi politik itu perlu juga. Tapi untuk kasus di Indonesia, nanti dulu. Karena syarat rukunnya tak terpenuhi sama sekali. Sistem demokrasi yang dipakai di sini jangan samakan dengan demokrasi yang ada di Barat sono. Tapi karena darurat, cuma itu yang bisa dipakai, yo wis monggo.

Sama kasusnya dengan riba', walaupun dilarang oleh agama tetap saja banyak muslim yang nabung di bank konvensional. lha wong memang darurat kok. Mau di bank syariah? sama saja, nggak jauh beda. Kata 'syariah' itu cuma strategi dagang doang.

By the way, saya tidak memilih Ahok atau siapa saja, karena saya apolitis, Golput. Trims.

-Robbi Gandamana-


*pertamakali dipublish di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar