Jumat, 26 Februari 2016

Boneka Tak Terbeli


siang itu di jantung kota bengawan
gadis kecil anak gelandangan
baju tambal sulam kusam dimakan zaman
berjalan tanpa alas kaki
rambut gimbal jarang dicuci
di depan toko mainan berdinding kaca
di dalam dipajang bermacam boneka
gadis kecil hanya memandang dari luar saja..

naluri dalam hati bergejolak
tapi langkah kaki terus menolak
gadis kecil masih punya kesadaran
gembel seperti dia bisa merusak pemandangan
maka diredamlah hasrat untuk menjamah
boneka beruang di balik kaca
yang sering singgah dalam lamunan
tak pernah nyata dalam pelukan..

seribu pikiran mengusik benak
segunung keinginan menyeruak
segudang kemauan berkehendak
ingin merabanya barang sejenak
merasakan lembut bulu lunak
memeluknya sampai tertidur nyenyak
tapi apa daya nasib tak berpihak
cuma si miskin berbaju kumal tak layak..

lihat di balik dinding kaca ada anak sebaya
memeluk erat sebuah boneka
gadis kecil pun semakin tergoda
membuatnya berlama-lama di depan kaca
membayangkan anak sebaya adalah dirinya
yang bebas memeluk boneka sepuasnya
kemudian dibeli bunda untuk hadiah
sebagai teman tidur mimpi indah..

"Huss..huss ..pergi kau..bau amis!"
hardik penjaga bertampang antagonis
usir gadis kecil dengan wajah sinis
seolah menatap sebuah barang najis
tapi tak jua membuat gadis kecil menangis
hidup berpuluh tahun dalam getir kritis
kadang terpaksa harus mengemis
air mata sudah terkuras habis..

...buyar sudah lamunan
beranjak gadis kecil ke bunda di ujung jalan
berkeluh kesah dalam pelukan
tentang boneka beruang di toko mainan
tentang penjaga toko mantan preman..
tapi dengan cinta kasih bunda berpesan :
"sudahlah nduk, yang penting hari ini bisa makan,
Tuhan mengirim seorang dermawan."

gadis kecil bermain sendiri
dengan pecahan genting bergerigi
menggambar di tanah sebentuk peri
dengan banyak bintang di kanan kiri
gadis kecil berharap sang peri sudi
mengirim satu boneka beruang teddy
agar tidurnya ada yang menemani
agar mimpinya seindah pelangi..


Robbi Gandamana, Solo 18 Februari 2016

*pertamakali dipublish di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar