Senin, 09 Januari 2017

'Mumet Ndase' karena Harga-Harga Naik!?

Sejak jaman neolithikum, kenaikan harga atau tarif selalu jadi polemik. Begitu juga dengan kenaikan tarif pajak kendaraan (atau biaya admin atau perpanjangan? Embuh wis, sulit cari berita yang valid) yang resmi diberlakukan hari ini, 6 Januari 2017.
Tanpa sosialisasi jauh-jauh hari, kenaikan itu tentu saja bikin semaput sebagian orang. Tapi sisi positifnya, Jika ada sosialisasi (jauh hari) pasti ada demo dimana-mana. Apalagi ini lagi panas-panasnya Pilgub, dipastikan akan 'digoreng', dijadikan alat politik.
Saat ini kesempatan emas buat pasukan Prabower untuk mengekspresikan hasrat dendam kesumat Pilpres tahun lalu. Waktu dan tempat kami persilakan, monggooo.
Tapi konyol kalau ngrasani pemerintah tanpa tahu alasan kongkritnya. Cuman mengandalkan referensi dari status fesbuk, situs kacangan atau TV yang kontra pemerintah. Tidak ada berita yang murni dari sana. Kebanyakan subyektif, berpihak dan ada kepentingan. Silakan ngrasani pemerintah kalau referensinya valid, kalau bisa dari ring 1.
----Ingat kata Stephen Hawking, "Musuhnya ilmu pengetahuan itu bukan kebodohan, tapi ilusi". Orang sekarang, ilmunya banyak didapat dari informasi literer atau kebenaran di atas kertas dan 'katanya'. Bisa jadi tu adalah ilusi. Jadi, tidak dari pengamatan dan pengalaman pribadi atau tidak melihat dan merasakan langsung.----
Nggak cuman Prabower, tentu saja semua orang (yang waras) kecewa jika tarif pajak dinaikan. Itu sifat dasar manusia. Tarif nggak naik saja males bayar, apalagi dinaikan. Tapi untungnya beban pajak itu hanya dibayar setahun sekali, nggak seperti bayar kredit motor yang tiap bulan. Nek wong Jowo mesti untung ae. Masio sekarat yo tetep untung.
Kenaikan tarif ini bukan soal siapa presidennya Mblo. Pilpres sudah berlalu. Seandainya Prabowo jadi presiden, bisa jadi akan melakukan kebijakan serupa. Karena ternyata selama 7 tahun tarif pajak kendaraan nggak pernah naik (kata mbak Sri Mulyani).
Kok sampai ditunda 7 tahun ya?, ya'opo se rek. Mari kita mundur ke belakang, siapa presiden 7 tahun lalu yang suka tebar pesona dan selalu jaga popularitas, nggak berani mengambil kebijakan yang nggak disukai rakyat?
Oalaa swemprul, lha wong presidennya bapake Agus. Presiden yang memanjakan rakyatnya dengan Bantuan Langsung Tunai dan kebijakan sejenis yang bikin rakyat males kerja, nggak kreatif, tangan nyadong nang pinggir embong.
Gara-gara bapaknya Agus, pemerintah saat ini kena efeknya. Rakyat kaget dengan akumulasi kenaikan tarif pajak tadi. Kalau sekarang naik 100% ya wajar, lha wong 7 tahun nggak pernah naik. Seandainya tiap tahun naik khan nggak begitu terasa bebannya.
Jokowi sendiri sudah 2 tahun memerintah. Selama masa itu kok nggak ada pikiran soal tarif se boss!?--isunya ternyata kebijakan tadi tanpa sepengetahuan Jokowi--Tapi kalau memang itu menjadikan sarana dan pelayanan jadi lebih baik, yo wis lah walau misuh dalam hati.
Jadi kalian pilih mana, pilih model kepemimpinan yang mencekoki rakyat dengan uang sehingga kamu bisa nyantai, nggak kreatif, tenguk-tenguk karo nyekeli manuk atau model kepemimpinan yang membangun sarana agar memudahkan kamu berkreatifitas, termotivasi untuk ikutan terjun melakukan suatu yang positif untuk diri dan negeri.
Jangan berharap saya akan menuliskan alasan kenapa pemerintah menaikan tarif pajak kendaraan atau mencaci kebijakan itu. Nggak rek, aku gak eruh. Saya nggak punya referensi yang akurat, dan juga nggak mau larut dalam kegalauan. Ojok ngersulo ae, banyak sekali kemungkinan dalam kehidupan.
Sori, saya bukan Jokower, Prabower atau SBY lover. Dari dulu saya tidak berpihak. Saya nggak mau jadi 'gemblung', membela mati-matian orang yang sama sekali tidak membelaku. I dont want to be a part of this sick society!
Dipikirnya kalau aku membela Basuki, terus aku Ahoker? Nggak! Aku hanya membela yang kuanggap benar, teraniaya. Mengkritisi sesuatu yang kuanggap mblendes.
Aku nggak perduli Jokowimu, Prabowomu, Ahokmu, Habibmu. Intinya saya meneladani Gus Dur yang menegakan keadilan, membela manusianya ; bukan membela agamanya, sukunya, rasnya, labelnya, gelarnya (presiden, gubernur dan lainnya).
Saya nggak masalah anda membela mati-matian jagoanmu, sampai rela ngemut bokonge. Yang jadi masalah ketika anda memaksakan orang lain harus sama dengan pilihanmu. Kalau nggak sama dianggap musuh, dibodoh-bodohkan, dicap munafik, imannya kurang, kafir, anti-Islam. Itu lah yang menyulut api peperangan, mbokneancok!
Saya menulis di sini (atau di mana pun) cuman ingin jadi 'pendingin' antara 2 kubu yang bertikai. Bosen lihat kalian 'perang' terus.
Kembali ke soal kenaikan tarif pajak kendaraan.
Prabower silakan mengkritisi kenaikan tarif tadi, asal tidak kebablasan, main fitnah (karena persaudaraan jauh lebih penting). Yang Jokower jangan sok menjelaskan kalau hanya mengandalkan referensi yang nggak jelas validitasnya, ketika diberondong pertanyaan malah gelagepan atau ngomong ngawur.
Saya nggak paham mekanisme kenaikan tarif pajak, maka saya nggak berani ngomentari itu.
Kenaikan tarif ini memang bikin mumet ndase, tapi yang saya tahu orang Indonesia itu tangguh, punya teknologi hidup yang dahsyat. Dikasih uang seratus ribu, "Cukup.", dikasih limapuluh ribu, "Yaa..cukup lah.", dikasih 25, "Yaa, dicukup-cukupkan."
Sekarang suasananya masih panas, ndas umep, marah, tapi seminggu 2 minggu dipastikan mereka akan lupa. Tenang saja..
***
Tenang saja..
dollar membumbung tinggi
harga bensin, tarif listrik, tarif pajak naik 100% lebih
rakyat Indonesia selalu siap!!!
mungkin seminggu dua minggu mereka sedih
tapi setelah itu..
kesedihan akan disulap menjadi ilmu
disulap menjadi hikmah
disulap menjadi revolusi diri
disulap menjadi optimisme melangkah ke depan..
Tenang saja..
orang Jepang mungkin sudah bunuh diri
tapi rakyat indonesia itu radikal revolusioner
mahir mengubah ampas menjadi jajanan gaul
jadi kambing pun bisa hidup dan punya harga diri
biar miskin asal gagah
Tenang saja..
rakyat Indonesia itu ahli ngirit
walau gagah perkasa dan elegan
nggak canggung bawa kotak bekal makan siang bergambar 'Dora'
mereka hanya malu kalau gadget ketinggalan jaman
kata Paimo : "gengsi harus dijunjung tinggi!!"
Tenang saja..
walau gaji pas-pasan
masih berani ngredit kendaraan baru
walau nggak punya uang
berani kawin dan punya anak lima
walau untuk makan saja susah
tapi masih bisa beli gadget yang paling canggih
Tenang saja..
pasti harga-harga bakalan naik semuanya
tapi rakyat indonesia nggak bisa dibuat sedih cuma karena hal yang remeh itu
konon indonesia adalah negara yang warganya banyak tertawa
berbanding terbalik dengan kondisi ekonominya
Tenang saja..
siapapun pemimpin yang terpilih
mau Jokowi atau Prabowo sama saja
nggak masalah sama sekali..
jangan dikira rakyat akan taat sama mereka
jangankan taat sama pemimpinnya
sama Tuhan saja nggak taat..!
Tenang saja...
Indonesia nggak bisa di-Arab-kan
Indonesia nggak bisa di-Barat-kan
Indonesia akan tetap menjadi Indonesia..
mungkin sekali waktu 'ketutupan'
ketutupan Jonru
ketutupan K-Pop
ketutupan Metallica
ketutupan Raimu
Tenang saja..
rakyat Indonesia itu bodoh
biar saja..
bodoh saja pinter ngakali
apalagi kalau pinter..
semua bisa diakali
apa sih yang nggak diakali di negeri ini?
Tenang saja..
silahkan Amerika ambil Freeport
ambil tambang yang lain untuk makan rakyatnya..
Tuhan maha kaya..
Indonesia itu disetting kaya olehTuhan
masih banyak kekayaan alam yang belum digali
Indonesia is the promised land
Tenang saja.........
***Puisi (nggedabrus) 'Tenang Saja..' saya ambil dari status fesbuk saya tahun 2014.
*Mumet ndase = pusing kepala = kepala pening = headache
(c) Robbi Gandamana, 6 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar