Selasa, 28 November 2017

Antara Salib dan Bulan Sabit



Rambutku hampir rontok ketika menyimak ceramahnya Usratdz Tomat eh, Somad kemarin. Ustadz yang alergi berat pada pada gambar atau sesuatu yang mirip salib. Lambang palang merah pun diidentikan dengan salib. Dia menganjurkan agar lambang red cross tadi diganti dengan bulan sabit.

Tapi nggak masalah, aku tidak menganggapnya sebuah kebodohan atau apa. Lha wong keyakinannya begitu, terus kate lapo. Jarno ae. Nggak perlu membodoh-bodohkan dan nggak perlu membullynya. Biasa ae boss.

Wong-wong iku pancen wagu kok. Ada artis buka jilbab pada reseh, padahal itu belum buka rok dan sempaknya. Senengane kok ngurusi pribadi orang. Allah itu nggak reseh, Dia membebaskan hambaNya menentukan pilihan hidup: "Faman sya'a fal-yu'min waman sya'a fal-yakfur", mau beriman silakan, mau mbalelo juga monggo. Malah manusianya yang reseh ngurusi pilihan hidup orang.

Menurutku, salib atau benda apa pun yang digunakan sebagai asesoris ibadah itu cuman alat. Tujuannya agar ibadahnya lebih fokus. Benda itu nggak ada agamanya. Yang beragama itu manusianya.

Sama seperti salib, Al Qur'an itu juga hakikatnya bukan Islam. Al Qur'an itu cuman menghantarkan  Islam. Ayat-ayatnya itu yang Islam, bukan kertas atau bukunya. Jadi kalau Henponmu ada ayat sucinya, kamu harus memperlakukannya seperti Al Qur'an. Ojok dikesak nang celono, berhimpitan dengan penismu.

Dulu pas gempa Jogja, ada bantuan selimut yang ditolak warga hanya karena ada gambar salibnya (logo sebuah yayasan). Kalau aku pasti kuterima, jangankan gambar salib, gambar Yesus beserta ibunya pun aku ambil. Lha wong cuman buat tidur saja lho.

Apa kalau pakai selimut bergambar salib terus jadi Auto-Kristen? Ndasmu. Saya sendiri Islam rileks. Selama hati bertauhid, nggak ada urusan kalau selimut atau kaos bergambar salib, dajjal, pentagram, jin iprit, setan gundul, embuh wis. Yang penting bisa menempatkan diri, kapan dan dimana memakainya.

Banyak dari kita yang belum benar-benar paham 'alat' dan 'tujuan'. Fiqih pun itu sebenarnya alat, tujuannya agar kita selamat, aman sampai ke tujuan akhir(rat). Sama seperti lampu Traffic Light (di Solo istilahnya Bangjo). Itu cuman alat. Tujuanya agar kita aman, lancar dan tertib. Saat lampu menyala merah pun sebenarnya kita boleh saja terus jalan, asal kita benar-benar yakin bahwa di kanan kiri depan belakang tidak ada kendaraan lewat. Jangan asal terobos saja, bisa modar kau.

Jangan diartikan saya menganjurkan anda untuk menerobos lampu merah. Pahami subtansinya. Oke?

Orang modern itu kadang lucu. Dikalahkan oleh mesin. Saat lampu merah menyala, berhenti dan menunggu lampu menyala hijau. Padahal saat itu jam 11 malam, sedangkan dia tahu pasti di sekelilingnya sepi, nggak ada kendaraan lewat. Kok yo manut karo lampu. Itu bisa dimaklumi kalau terjadi di siang hari. Di samping sungkan sama orang sekitar, juga karena takut  kalau-kalau ada polisi.

---Berdakwah itu tidak harus jadi Da'i atau Ustadz, melakukan perbuatan baik itu juga dakwah. Misalnya saat kita berkendara dengan anak kecil di jalan raya. Selama di jalan kita tertib, tidak menerobos lampu merah, walaupun sebenarnya bisa (karena sepi). Itu kita sedang melakukan dakwah pada anak yang dibonceng tadi---

Masalahnya kita itu masih kagetan, nggumunan dan reseh. Ada artis copot jilbab saja reaksinya luar biasa. Mendadak semuanya jadi sok alim. Sepertinya copot jilbab itu hina banget. Sudahlah, banyak yang lebih penting dari ngurusi artis copot jilbab. Mending urusi aqidahmu sendiri, sudah benar nggak ibadahmu.

Hidup itu indah bila kita punya keluasan hati dan pikiran. Nggak gampang stress lihat dunia yang semakin morat-marit ini.

Seandainya nanti ada yang aplot seorang Kyai ceramah atau shalat di gereja, kalian nggak usah reseh. Mereka lebih tahu apa yang diperbuatnya. Yang salah itu yang ngaplot dan yang ngeshare. Karena hal seperti itu jangan sampai dikonsumsi orang awam yang pemahamannya masih dangkal koyok aku iki.

Pokoknya luaskan hati, pikiran dan wawasan, biar nggak gampang reseh, gampang diakali, gampang diprovokasi, gampang membully, dan gampang diadu domba.

Zuukkk.

-Robbi Gandamana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar