Rabu, 31 Januari 2018

Ketika Rumah Tuhan Digembok Rapat



Dulu di tahun 80an, jumlah masjid nggak sebanyak sekarang. Dalam satu kelurahan paling-paling hanya ada 1 masjid. Itu pun bangunannya nggak luas dan semegah masjid-masjid (masjid kampung) sekarang. Beda dengan saat ini yang dalam satu kampung pun bisa ada 2 bahkan  3 masjid.
Rupanya zaman sekarang ini banyak orang yang 'menyuap' Tuhan agar masuk surga. Membangun masjid yang tidak jauh dari masjid yang lain. Masjid yang sudah ada saja suepi, lha kok mbangun masjid baru. Masjid  yang ada tidak dimaksimalkan.
Tapi sekarang tidak semua masjid bisa dipakai untuk semua madzhab Islam. Ada masjid yang ekslusif, hanya untuk sekte tertentu. Orang di luar madzhabnya najis, bekas tempat shalatnya dipel. Aku pernah dulu kesasar shalat di masjid khusus aliran Nganu. Saat memasuki masjid disuruh menekuk (mencingkrangkan) celana.
Lha lapo Tuhan ngurusi model celono. Bagiku yang penting celana bersih dan menutupi aurat. Beres. Tapi aku salut kalau bercelana cingkrang karena ingin meniru persis kostumnya Rasulullah yang dilakukan beliau karena menghormati budaya Arab di zaman itu. Tapi nggak salut kalau bercelana cingkrang karena hadits "celana di atas mata kaki dibakar di neraka".
Ayat kok cuman dibaca dan dihafal, tidak mendalami ada apa dibalik ayat. Dalam budaya Arab  di zaman itu tidak elok jika celana menutupi mata kaki, karena kain mahal. Orang yang ngeyel pakai celana menutup mata kaki itu sombong. Dan orang sombong dibakar di neraka. Jadi ayat itu bicara soal kesombongan bukan soal model celana.
Wajar kalau sering jadi bahan tertawaan, lha wong memahami ayat sebatas harfiah, tekstual. Seperti juga ayat soal memelihara jenggot dan mencukur kumis. Tapi aku nggak ingin membahasnya, nggak enak nanti ada yang darah tingginya kumat.
Oke, kembali ke soal masjid.
Karena masjidnya banyak dan berdekatan, maka saat datang waktu shalat, suara adzannya heboh banget. Tapi, sekeras apa pun volume suara speaker-nya nggak bakalan ada yang berani protes. Dijamin. Berani protes, difentung ndasmu.
Banyak orang yang fanatik tapi nggak cerdas. Nggak paham konteks apalagi substansi. Ada orang memprotes volume adzan, langsung dituduh benci atau anti adzan. Helllowwww, yang dipermasalahkan volume-nya, bukan adzannya whoiii.
Speaker yang terlalu keras juga rawan terjadinya perpecahan umat. Sering aku jumpai khotib shalat Jum'at yang berapi-api teriak, "hanya agama Islam yang diterima disisiNya, yang lain ke laut aja!" Dia nggak sadar kalau suaranya terdengar jelas oleh umat agama lain di luar masjid. Ayat itu khan untuk pemahaman kita, soal intern, bukan untuk diperdengarkan ke umat agama lain.
Bayangkan saja jika ada gereja yang pidato pendetanya terdengar jelas oleh kita yang muslim, "Kita adalah umat pilihan bla bla bla..Muhammad itu bukan Nabi tapi cuman pencatat sejarah bla bla bla." Opo nggak langsung pecah ndase awake dewe.
Sekarang, masjid di kampung nggak kalah sama masjid jami' di tengah kota. Bangunan yang sudah megah pun masih tetep dipoles, dikusuk-kusuk biar kempling, atau direnovasi karena model bangunannya nggak up to date. Itu terjadi karena uang kas masjid numpuk. Daripada bingung, akhirnya buat renovasi ajza dwech ach.
Memang dianjurkan memperindah masjid. Tapi rasanya kok fals kalau masjid yang sudah megah direhab habis-habisan dengan dana milyaran, tapi di sekitarnya masih banyak orang kere stadium 4.
Nggak salah kalau Habib Luthfi bin Yahya menyarankan uang yang masuk ke masjid jangan diatasnamakan wakaf atau sedekah jariyah, tapi dana sosial saja. Biar alokasinya tidak hanya kembali ke masjid saja. Jika diatasnamakan wakaf atau sedekah jariyah, maka kas masjid akan menumpuk karena tidak bisa dialokasikan ke yang lain.
Menurut Habib Luthfi, dana sosial yang terkumpul di masjid bisa untuk mendirikan supermarket, toko kecil-kecilan, membeli lahan sawah atau kebun. Lahan ditanami singkong atau padi. Hasilnya untuk kepentingan masyarakat umum, seperti membantu biaya pemakaman, membelikan sarung untuk jama'ah masjid yang tidak mampu, membantu modal usaha, dan lainnya.
Tapi silakan, saran Habib Luthfi dilaksanakan atau tidak itu urusan yang punya masjid. Dilaksanakan monggo, nggak dilaksanakan matio. Aku juga cuman nunut sholat tok, gak pernah nyapu atau ngepel di masjid. Kadang juga cuman nunut ke toilet. Gratis.
Sekarang ini banyak masjid yang nggak welcome. Setelah shalat isya', pagar masjid digembok rapat. Terutama masjid besar dalam kota. Bahkan ada yang siang hari pun pagarnya tertutup rapat. Asmosfir eh..samosir eh..mas kadir eh..musafir jadi sungkan mampir untuk shalat atau sekedar leyeh-leyeh di teras masjid. Iku masjid opo Toko Emas se rek. Wedi banget kemalingan.
Setahuku barang paling berharga di masjid itu adalah seperangkat alat pengeras suara (tentu saja Al Qur'an lebih berharga, cuman nggak laku dijual). Peralatan itu ada di ruang khusus di sebelah pengimaman yang pintunya terkunci. Jadi tidak perlu mengunci pagar. Berprasangka baik saja lah, musafir itu tahu diri, mereka memilih tidur di teras depan masjid bila pakaian atau kakinya bau ikan asin.
Masjid itu rumah Tuhan, Tuhan  pasti melindunginya. Tapi Tuhan bukan Satpam. Barang milik masjid bisa dicuri juga walau prosentasinya kecil banget. Itu terjadi karena keteledoran manusianya (biasanya kotak  amal). Yang sering kehilangan itu barang milik jamaahnya. Selalu saja ada kisah sinetron "Sandal yang Tertukar".
Bila ada properti milik masjid dimaling, pasti ada yang nggak beres dengan masjid itu. Dan itu nggak ada hubungannya dengan digembok atau tidak. Jangan salah, pagar digembok rapat pun maling selalu bisa menemukan jalan masuk. ­
Menurutku masjid yang wasyik itu yang tidak berpagar, welcome banget. Jika pun ada pagarnya, itu lebih pada untuk aksesoris keindahan atau tanda batas teritorial. Bukan untuk keamanan semata. Pagar tadi bisa jadi untuk melindungi dari hewan piaraan warga yang suka nyelonong dan pup sembarangan.

Nggak heran kalau musafir (yang suka touring) lebih memilih menginap di mushola POM bensin. Di sana sangat welcome jaya 24 jam nonstop.
Makanya masjid itu butuh marbot, seseorang yang menjaga dan merawat masjid. Masjid jadi terawat, terbuka selama 24 jam nonstop, nggak digembok. Marbot itu bisa  mahasiswa perantau atau orang yang dibayar khusus. Lumayan, disamping masjid jadi aman dan terawat, juga membantu ngasih kost gratis.
Ada juga orang yang membangun masjid tapi mentalnya nggak siap masjidnya jadi milik umat. Nggak suka musafir menginap atau tidur di masjid. Kamar mandinya disetting tidak untuk umum. Orang luar jadi sungkan numpang beol atau mandi ke toiletnya. Walaupun nggak terang-terangan melarang, tapi bisa dirasakan dari keadaan toiletnya yang tidak ada grendel dan gantungan bajunya.
Masjid seperti itu biasanya berada di dekat perumahan baru yang masih dibangun. Kuli-kuli bangunan kalau jam istirahat mampir ke masjid, mandi dan dilanjutkan maksi. Setelah itu banyak bekas kaki kotor dan puntung rokok di toilet . Pengurus masjid stress. Grendel pintu toilet pun dicopot dan mesin pompa air dimatikan. Padahal itu bisa jadi ladang jihad bagi si pengurus, membersihkan bekas kaki dan puntung rokok tadi.
Itulah kebanyakan manusia sekarang, beragama tapi dengan pola pikir materialisme. Membangun masjid untuk 'menyuap' Tuhan. Sudah ada masjid tapi membangun masjid tidak jauh dari situ. Mbangun masjid dipersembahkan untuk Tuhan, tapi nggak rela kalau ada musafir nunut  leyeh-leyeh. Nggak yakin amat kalau masjid itu rumah Tuhan.
Yang  parah lagi membangun masjid untuk membeli suara umat. Masjid dijadikan alat politik. Wedusss. Oala embuh wis. Ajur Jum.
-Robbi Gandamana-

Selasa, 23 Januari 2018

Opini Bukan Skripsi, Sikapilah dengan Cerdas



Salah satu yang membuat aku males nulis opini itu ketika ada orang yang reseh soal data. Nggak sedikit pembaca seperti itu, yang menyikapi sebuah tulisan opini kayak dosen penguji skripsi yang menuntut data lengkap dan akurat.
Apalagi kalau komennya lebay, gayanya kayak dosen yang mengoreksi mahasiswa karena data yang tertulis di opini tersebut tidak sama dengan data yang dia baca. Seneng kalau aku malu karena ketahuan goblokku. Bertahun-tahun aku pura-pura jadi orang pinter di dumay, lha kok ada yang merusak karierku dalam sekejap. Swemproelll.
--Lebih parah lagi yang komennya membuka aib masa lalu, "Gayamu sok-sokan ngomong agama, kamu itu dulu suka mabuk-mabukan bla bla bla.." Oalaa, zaman SMA dibawa-bawa. Dipikirnya kelakuan manusia itu tidak bisa berubah---
Wajar kalau datanya berbeda, lha wong sumbernya beda. Daripadaeker-ekeran soal data, mending ambil ilmunya yang kira-kira bermanfaat. Atau skip saja, jangan dibaca kalau nggak cocok dengan hati dan jalan pikiranmu. Kok repot.
Penulis opini kebanyakan bukan peneliti, kalau menyangkut data yang sifatnya angka-angka njelimet jangan berharap akurasi. Opini bukan skripsi apalagi disertasi. Bila data yang kita baca di sebuah tulisan opini itu berbeda dengan yang pernah kita baca, itu bukan masalah besar.
Bagiku, tulisan opini yang berhasil (bagus) itu bukan yang datanya luengkap dan akurat, tapi bermanfaat dan inspiratif. Syukur-syukur kalau menghibur. Setidaknya setelah membaca jadi kebuka matamu, membuat otakmu naik ke kepala yang selama ini ada di dengkul. Itu saja. Nggak perlu banyak data yang membuat rambutmu semakin rontok dan memutih.
Meributkan data yang berbeda sumbernya itu buang-buang waktu dan tenaga. Aku nggak mau menghabiskan separuh umurku untuk menulis opini dan separuhnya lagi untuk menanggapi komen yang mempersoalkan data.
Silakan yakini data yang kamu dapat, nggak usah banyak debat. Kebenaran kita itu relatif. Nggak ada yang betul-betul benar. Data bisa berubah kapan pun. Ingat  slogan kesehatan "4 sehat 5 sempurna" yang bertahun-tahun kita yakini dan tertanam di dalam otak kita, ternyata sekarang dikoreksi jadi "Pedoman Gizi Seimbang". Asem.
Apalagi kalau data sama-sama didapat dari Google, oala, mbok yo gak usah kakean protes Ndes. Sama-sama nggak tahu kebenarannya. Darimana kamu tahu kalau datamu itu pasti benar? Lha wong tidak kamu sendiri yang melakukan penelitian, cuman 'katanya'.
Kalau masih 'katanya' itu sama saja dengan ilusi. Maka jangan terlalu yakin dengan data yang kita tidak benar-benar tahu kebenarannya. Cukup waspada saja. Asal data itu tidak jadi fitnah yang merusak nama baik seseorang atau instansi. Atau data tersebut bukan pelintiran untuk kampanye hitam.
Ingat kata Stephen Hawking, "Musuhnya ilmu pengetahuan itu bukan kebodohan, tapi ilusi." Kita tahunya berita dari media massa atau medsos, tidak melihat dengan mata kepala sendiri. Tahunya data dari google tanpa pernah melakukan survei atau penelitian sendiri.
Selama ini kamu nggaya dengan data yang kamu dapat dari medsos, koran, tipi, itu semua ilusi. Tiap hari kita dijejali ilusi dari segala penjuru. Nggak heran kalau banyak yang otaknya keseleo dan semakin kopyor dari hari ke hari. Gampang tersinggung, gampang diprovokasi, gampang diakali, dan gampang diadudomba karena pikirannya tumpul.
Jadi, jangan terlalu yakin dengan data yang kau yakini benar jika tidak pernah melakukan survei atau penelitian sendiri. Bahkan itu pun belum tentu akurat walaupun itu hasil survei atau penelitian sendiri. Makanya jangan sombongkan ilmu dan pengetahuanmu. Nggak ada ilmu pengetahuan yang kekal, semuanya pasti berkembang dan diperbaharui. Catet!
That's all.

Jumat, 19 Januari 2018

Menebang Pohon Cemara, Menebang Logika



Salah satu hal yang membuat agama Islam jadi bahan lelucon, karena umatnya tidak menggunakan akal dan logika dengan bernas.

Membaca berita soal pohon Cemara yang ditebang karena mirip pohon Natal di Komplek Masjid Agung Meulaboh, aku langsung terharu....ingin ke toilet.

Harusnya abad 21 adalah puncak dari kecerdasan manusia, tapi kok malah tambah burek ngene rek. Tapi aku nggak tega hati membodoh-bodohkan mereka. Apalagi bersuka ria di atas kebodohan saudara sesama muslim. Karena kalau sudah jadi keyakinan, itu belum tentu soal bodoh dan cerdas. Dan itu sulit diubah.

Anak kecil pun tahu kalau pohon itu nggak ada agamanya. Yang menjadikannya Kristen karena untuk Natalan. Bahkan Natalan pun bukan soal akidah. Wong itu cuman memperingati kelahiran Yesus Al Masih. Natalan dan merayakan Ultah itu sama secara substansi, sama-sama merayakan hari kelahiran. Bedanya cuman di teknis dan tujuan.

Memahami agama hanya sebatas kulit luar memang rentan jadi bahan tertawaan. Sejatinya Islam itu agama cwerdas, tapi jadi terlihat dungu oleh segelintir umat karena kedangkalan berpikir.

Seperti minum kencing onta kemarin. Nabi menyuruh minum kencing onta karena saat itu nggak ada obat lain. Keputusan itu diambil karena keadaan darurat, tidak ada kemungkinan lain. Sekarang buanyak pilihan obat, lha kok masih doyan nyeruput kencing onta.

Kasus pohon cemara di atas adalah akibat fanatisme berlebihan, terlalu semangat ingin memurnikan Islam, dan bisa juga karena paranoid terhadap Kristenisasi---Tanya Mbah Google soal misionaris Willy Amrull alias Abdul Wadud Karim Amrullah adiknya Buya Hamka. Kakaknya Ulama besar, tapi adiknya misionaris bla bla bla nggak ah, takut ada yang tersinggung---.

Ada lagi kemarin, demo ke kantor fesbuk karena akun dakwah mereka pada diblokir. Helloowwww, dulu katanya produk mas yudi, kafir, dzalim. Kalau sudah tahu begitu, mbok wis di-skip saja, cari yang lain yang Islami.

Lagian fesbuk punya hak 100% memblokir akun yang mereka tidak suka. Sakarepe, sing duwe sopo. Medsos nggak cuman fesbuk, masih buanyak medsos lain untuk dakwah. Katanya mau hijrah ke medsos yang syariah. Alamat situsnya sudah diumumkan sama petingginya --> redaksitimes.com.

Sampeyan iku lho, bilangnya nggak suka dan mau hijrah ke medsos lain, tapi ngamuk ketika akunnya diblokir. Ya'opo se Ndes. Itu kayak orang yang nggak doyan makan durian, tapi marah ketika nggak kebagian jatah saat teman-temannya pesta durian. O_O

Adza adza ajza dwech ach.

Sekarang, hampir tiap hari selalu ada hal baru yang diharamkan. Seperti pengharaman merayakan Hari Ibu atau yang paling gres--> pengharaman Go Food, karena terindikasi riba. Embuh wis, sakarepmu Ndes. Silakan saja berfatwa, soal dijalankan atau tidak itu hak pribadi masing-masing.

Fatwa itu bukan perintah, tapi himbauan. Dalam soal akidah, manusia tidak berhak memerintah manusia. Bisanya cuman mengajak, menganjurkan, mengingatkan dan menghimbau.

Dalam konteks beragama, hanya Tuhan yang berhak memerintah dan yang bisa memberi hidayah. Nabi Muhammad saja ditegur Allah saat akan mengIslamkan pamannya sendiri. Hidayah itu 100% hak Allah.

Jadi kalau ada ulama yang memerintahkan umatnya memilih presiden berdasarkan keinginan si ulama, berarti dia sedang bermain sebagai Tuhan.

Semua orang bisa bikin fatwa. Ulama bukan Nabi, apalagi Tuhan. Tentu saja aku bicara begini bukan berarti aku benci ulama. Ojok salah paham. Aku punya ulama panutan. Dan aku tidak ada masalah dengan ulama mana pun. Semuanya punya peran dalam mensyiarkan Islam.

Selama ini ada kesalahpahaman memahami Amar ma'ruf. Amar ma'ruf itu bukan tugasnya Ulama, tapi tugasnya Pemimpin negara. Tugas ulama itu dakwah khair nahi munkar, mencegah umat melakukan kemungkaran, bukan memerintah. Enak saja main perintah, sampeyan iku ponakane Tuhan ta?

Menurut Cak Nun, amar ma'ruf itu memerintahkan kebaikan yang sudah dijadikan pasal hukum dengan seluruh perangkatnya. Ma'ruf artinya sesuatu yang sudah diarifi dan dirumuskan bersama menjadi pasal-pasal yang padat yang diterapkan dengan aparat dan sistem. Amar artinya memerintahkan, bahwa hukum negara itu dipaksakan. Dan itu tugas pemimpin negara bukan ulama.

Jadi kesimpulannya, pemahaman agama kalau tidak dipahami dengan sepaham-pahamnya membuat penganutnya gagal paham. Jangankan umatnya, ulamanya saja bisa salah kaprah.

Jangan dipikir kalau hafidz Qur'an itu pasti lebih paham agama. Nggak janji la yaw. Makanya kita diajurkan untuk tidak cuman membaca dan menghapal, gunakanlah akal pikiran. Akal adalah karunia terbesar manusia, sayang sekali kalau nggak dipakai.

That's all.

-Robbi Gandamana-

Kamis, 18 Januari 2018

Ketika Manusia Tidak Menggunakan Kaki dan Tangannya Secara Orisinil


Kemajuan teknologi memang membuat manusia semakin malas dan manja. Saat ini jarang ada manusia yang menggunakan kaki dan tangannya secara orisinil seperti burung menggunakan sayapnya untuk terbang. Karena kita sekarang hidup di era serba mesin, serba digital. Apa-apa tinggal pencet tombol 'on'.
Kemajuan teknologi membuat manusia nggak tangguh alias bermental manja. Pesawat delay sebentar saja sudah ngamuk-ngamuk gak karu-karuan. Padahal dulu kemana-mana naik bis yang jarak tempuhnya berjam-jam, melelahkan, apalagi yang gampang sekali mabuk darat, naik angkot saja mabuk.
Pekerjaan rumah tangga banyak yang dilakukan dengan bantuan mesin. Di Amrik, setrika plus melipat baju pun sudah ada mesinnya. Tunggu saja, suatu hari nanti pasti nyampai sini. Mungkin besok-besok ada mesin khusus buat cebok.
Mesin memang memperingan kerja manusia. Praktis. Cuman membuat manusia jadi lembek, nggak tangguh. Bahayanya lagi kalau disalahgunakan. Seperti mesin pemerah susu sapi yang dibuat onani. Padahal mesin perah tadi otomatis, nggak bisa dimatikan kalau belum menyedot 2 liter susu. Mamfussss.
Motor sudah bukan barang mewah. Makanya orang sekarang malas menggerakan kaki. Ke warung sebelah rumah naik motor. Ke masjid jarak 100 meter naik motor. Saat di pom bensin tidak mau turun dari motor yang mesinnya masih hidup. Maju beberapa sentimeter pakai ngegas. Mau turun dan mematikan mesin kalau berada tepat di depan mesin pompa bensin.
Manusia sekarang itu benar-benar malas, lebih malas dari kerbau. Termasuk aku juga. Hidup kerbau!
Itulah orang zaman sekarang, sudah nggak hobi olah raga, malas gerak lagi. Jangan kaget kalau banyak orang yang belum tua sudah kena stroke, jantung disertai mengguk. Masih muda, belum nikah, perutnya sudah mblendung karena kebanyakan duduk. Iku weteng opo tas carrier.
---Dulu kukira sakit stroke itu karena kebanyakan minum Teh Botol Sostro. Ingat iklan Teh Botol Sostro jadul di TV, di iklan itu ada seorang bapak yang beli Teh Botol Sostro minta kertas stroke pada mbak kasir, "Stroke..stroke..stroke-nya mbak.."---
Smartphone juga turut berperan mendlahomkan manusia. Barang sialan itu telah banyak merubah manusia jadi anti sosial. Acara pul kumpul teman atau warga suasananya nggak seperti dulu saat WA belum berjaya. Tujuan pul kumpul itu khan biar warga jadi srawung antar warga, lha kok malah pada sibuk WA-an sambil pringisan sendiri. Edan ya'e.
Sudah berapa kali aku berpapasan dengan seorang teman, mendadak henponnya berbunyi, dan dia lebih memilih membalas WA daripada membalas senyumku yang menawan (ayee). Teman yang tampak di depan mata dicueki, teman yang jauh di luar sana malah disapa, "Piye Ndes, madyang rung?" Uasuwok.
Disamping membuat jadi anti sosial, efek radiasi yang dihasilkan cahaya smarphone membuat mata soak sebelum waktunya. Banyak anak SD sudah pakai kacamata tebal kayak Betty La Fea. Bahkan kaca toples rengginang jadul pun kalah tebal. Kasihan.
Sekarang sudah jamak anak yang masih umbelen pegangannya smartphone dan tontonannya youtube. Atau berjam-jam main game sampai ada yang pembuluh darah matanya pecah. Ngeri banget. Itulah, smartphone kalau tidak disikapi dengan arif membuat anak ndlahom total. Sudah matanya sakit, ndlahom pula, karena waktu belajarnya habis buat main hape.
Melihat kenyataan di atas, sepertinya perlu sekali-sekali kita kembali ke suasana tradisional (tapi bukan berarti mengoperasikan becak kembali lho ya. Kalau soal itu saya nggak paham, maaf). Untuk mengingatkan bahwa kita cuman manusia yang terbentuk dari tulang dan daging. Mesin itu cuman alat bantu, bukan manusia yang diperalat mesin.
Mesin dibuat untuk memperingan kerja manusia, mempersingkat waktu, meminimalisir kecelakaan dan seterusnya. Jadi bukan untuk membuat manusia jadi pemalas dan manja. Salah nggak?
Ya sudah, itu saja.
- Robbi Gandamana-

Selasa, 16 Januari 2018

Album "PumpKings" adalah Refleksi Kekecewaan Roland Grapow pada Helloween


Album "PumpKings" dari Masterplan ini sebenarnya bukan album gres, karena sudah dirilis sejak 28 Juli 2017 lalu. Materi di album ini adalah lagu-lagu lama karya Roland Grapow saat masih di Helloween (1991-2000). 
Jadi sebenarnya semua lagu di album ini adalah lagu cover milik Helloween dari album "Pink Bubble Go Ape" (1991) sampai "Dark Ride" (2000).
Lagu-lagu karya Roland Grapow selama di Helloween, tidak lagi dimainkan Helloween secara live karena 'alasan politis'. Roland Grapow mengistalahkan lagu-lagunya di Helloween itu adalah 'bayi'. Dengan meremix ulang ke album "Pumpkings", Roland Grapow bermaksud membawanya pulang ke jenis yang berbeda, yang dia katakan sebagai 'rumah'.
Apa pun alasan Roland Grapow, meremix ulang lagu Helloween itu bagiku cuman soal dagang. It's such a business! Secara musikal, album ini nggak beda jauh dari versi aslinya. Hanya sedikit lebih modern, walau Roland Grapow masih tetap pakai gitar Fender dan ampi Marshall tua. Perbedaan yang mendasar ada pada bagian vokal yang diisi oleh Rick Altzi.
Saya pribadi lebih suka versi aslinya (tentu saja). Rick Altzi benar-benar 'merusak' lagu "Mankind" yang aslinya dinyanyikan oleh Michael Kiske di album "Pink Bubble Go Ape" (1991). Menurutku lagu ini cocoknya dinyanyikan oleh Michael Kiske. Karena butuh vokal ber-oktaf tinggi untuk menyanyikannya . Rick Altzi bagus di power, tapi payah saat menjangkau nada tinggi.
Untuk yang belum tahu, sing wis eruh menengo yoMasterplan adalah band bergenre Power Metal proyeknya Roland Grapow (gitaris) bersama Uli Kush (drummer) setelah dipecat dari Helloween.
Masterplan saat ini digawangi oleh Roland Grapow (gitar),  Axel Mackenrott (keyboard), Rick Altzi  (vokal), Jari Kainulainen (bass), dan Kevin Kott (drum). 
Di formasi awal pernah bertengger drumer top Uli Kusch dan Mike Terrana. Juga pernah disinggahi oleh Jorn Lande, vokalis dengan power vokal yang dahsyat jaya.
Roland Grapow dan Uli Kusch adalah mantan personil Helloween. Walau bukan formasi klasik, tapi kontribusi mereka di Helloween patut diacungi jempol 5. Album "Time of the Oath" (1996) adalah salah satu album dahsyat Helloween yang berhasil meraup banyak fans baru, anak-anak gaul metal abal-abal yang tahunya cuman lagu "Forever And One".
Makanya Roland Grapow kecewa ketika dia tidak diikutsertakan di Pumpkins United, proyek reuni personil Helloween. Sascha Gerstner, gitaris kemaren sore di Helloween malah diikutkan di proyek tersebut. Sedangkan Roland Grapow, personil jadul Helloween selama 9 tahun dilupakan. Juga Uli Kusch, drumer terbaik Helloween, yang bernasib sama dengan Roland.
Proyek Pumkins United menelurkan rekaman EP yang berjudul sama, dirilis pada 13 Oktober 2017. Dengan formasi klasik Kai Hansen (gitar), Michael Weikath (gitar), Michael Kiske (vokal), Markus Grosskopf (bass), Andi Deris (Vokal), ditambah 2 anak baru Sascha Gerstner (gitar) dan Daniel Lble (drum). Dilanjutkan dengan tour panjang bertajuk Pumkins United Tour.


Pumkins United World Tour memulai konsernya pada 28 Oktober 2017 di Sao Paolo Brazil, dilanjutkan dengan rangkaian tour di Amerika Latin, Eropa, Asia dan Amerika Serikat dan mampir di Indonesia (di dalam mimpimu). Entah tour itu berakhir sampai kapan, aku gak eruh. Sms-ku belum dibalas Kai Hansen.

Roland Grapow sendiri sampai saat ini masih merasa bagian dari Helloween. Seperti kata dia saat diwawancari oleh Chris Akin dari "The Classic Metal Show" :
"Beberapa kali mereka (Helloween) selalu menghindar saat bertemu aku. Saat di Moskow setelah album pertama Masterplan yang kami promosikan dan tur, mereka menghindar dariku saat bertemu di lobi hotel, kayak anak kecil. 'Apa yang terjadi pada kalian, kita orang dewasa.'
Tapi akhirnya aku bertemu mereka dan berbicara dengan Andi Deris (vokalis Helloween) juga personil lainnya selama beberapa jam. Segalanya terasa sangat menyenangkan. Bagiku itu sebuah deja vu, yang aku lewatkan, bagian dari persahabatan ini, atau what ever lah. Tapi mereka tidak melihat aku seperti itu. Aku memiliki pandangan yang berbeda tentang mereka. Aku orang tertua di antara mereka.
Aku mengatakan kepada Andi, 'Ayolah Ndes. Kita tidak hidup selamanya. Kita seharusnya tidak berantem atau tidak menyapa satu sama lain. '
Aku sangat menghormati semua personil Helloween. Aku sangat bahagia karena aku adalah bagian dari Helloween. Tanpa Helloween, aku tidak akan berada di bisnis ini (musik). Jika Michael Weikath tidak meneleponku saat itu (audisi), aku akan tetap menjadi montir mobil sampai tua dengan tulang yang sakit-sakitan. Mengerjakan mobil sambil bermimpi menjadi musisi.
Sekarang aku mendapatkan semua yang aku inginkan (menjadi musisi). Jadi, aku orang yang bahagia. Tapi mereka tidak menginginkan aku dan Uli Kusch sebagai bagian dari reuni. Aku tidak tahu apa alasan sebenarnya, tidak ada yang bertanya kepada kami. Uasuwok. "
Well, sangat wajar kalau Roland Grapow kecewa tidak menjadi bagian dari reuni Helloween. Dia jadi seperti sekarang ini karena dibesarkan oleh Helloween. Apalagi setelah Roland Grapow dipecat dari Helloween, Helloween tidak pernah sekalipun membawakan lagu ciptaannya saat live. Itu seperti menghapus jejak Roland Grapow di perjalanan karir Helloween.
Bisa jadi album "PumpKings" adalah refleksi Roland Grapow atas kekecewaannya tersebut, untuk mengingatkan penggemar Helloween, bahwa Roland Grapow pernah menjadi bagian terpenting dari band besar Helloween. Pernah ada lagu "The Chance". "Mankind", "The Time Of The Oath" dan semua lagu ciptaannya di Helloween yang termuat di album "PumpKings".
Album "PumpKings" memang memuat lagu-lagu istimewa, tapi menurutku album ini nggak terlalu istimewa. Kalaupun disebut istimewa, karena lagu-lagu di album tersebut milik Helloween, sebuah nama besar di jagad metal, khususnya genre Power Metal. Tapi semuanya kembali ke soal selera masing-masing. Kalau saya sih dari dulu tetap Michael Kiske lah vokalis terbaiknya Helloween. Persetan opini kalian.
Kalau anda penggemar Helloween formasi lama saat bersama Roland Grapow, kayaknya anda  disunnatkan mengoleksi album ini . Berikut tracklist-nya:
The Chance, Someone's Crying, Mankind, Step Out of Hell, Mr. Ego (Take Me Down), Still We Go, Escalation 666, The Time of the Oath, Music, The Dark Ride, Take Me Home, dan I Don't Wanna Cry No More (Bonus Track).
-Robbi Gandamana-
*Disadur dari berbagai sumber dan interprestasi pribadi.

Rabu, 10 Januari 2018

Salut pada Alifurrahman, Pimpinan Seword yang Berani Beda



Salut pada Alifurrahman (pimpinan Seword) dengan penyataannya yang tidak akan mendukung Ahok lagi jika resmi bercerai. Dia berani beda dengan kebanyakan pembaca Seword yang Ahoker. Bukan soal pernyataan dia itu benar atau salah, itu soal lain. Tapi ini soal menjadi diri sendiri.
--Aku juga nggak perduli dengan urusan pribadi orang. Mau cerai atau enggak, itu urusanmu Hok--
Jarang ada orang yang berani jujur tidak mendukung seorang tokoh di tengah-tengah para pendukung tokoh tersebut. Karena kita tahu bahwa Seword itu gudangnya Ahoker (dan tentu saja Jokower). Dia sepertinya tidak perduli dengan resikonya, pembaca setianya (Ahoker) akan pergi meninggalkannya.
Menurutku yang dilakukan Alifurrahman itu keren, karena berani berbeda. Berani keluar dari zona nyaman. Bravo!
Jadi ingat kata Kurt Cobain, "Mereka menertawakan aku karena aku berbeda. Aku menertawakan mereka karena mereka semua sama." Kurt Cobain keren karena berani beda.
Karena berbeda itu keren--asal tidak mengingkari hati nurani--, makanya aku tetap rokenrol walau hidup di tengah-tengah orang dangdut, reggae, hadrah, gambus, jatilan dan seterusnya. Aku bisa menikmati semua musik, but metal is the main menu.
Dalam kehidupan sosial memang dianjurkan untuk mencari-mencari persamaan dan melupakan perbedaan, atau memperbanyak persamaan daripada perbedaan. Tapi tentu saja tetap bisa jadi diri sendiri. Nggak terus mengingkari hati nurani. Boleh berbeda asal tetap menghormati perbedaan.
Perbedaan itu rahmat. Makanya bermusuhan karena beda pilihan cagub atau capres itu gemblung. Nggak mungkin kalau semua orang Indonesia itu Jokower semua, atau Prabower semua. Medsos jadi hambar.
Banyak orang yang tidak berani jadi diri sendiri, karena takut tidak diterima di komunitasnya, takut tidak punya teman, takut dianggap aneh, dan takut-takut yang lain. Akhirnya tidak jadi sendiri. Hidupnya cuman pura-pura. Pura-pura jadi metalhead, pura-pura rasta, pura-pura jazz biar dibilang keren. Memangnya kalau dangdut nggak keren? Semua keren, tergantung cara berpikirmu.
Scorpions itu band rock hebat, pernah digawangi oleh Uli Jon Roth dan Michael Schenker di album-album awal. Mereka adalah gitaris top, junjungan para gitaris. Tapi sayangnya rocker di sini malu kalau ketahuan ngefans sama Scorpions. Karena penggemar Scorpions sudah lintas genre. Orang dangdut pun suka lagu slow-nya Scorpions. Jadi para metalhead gengsi kalau ngefan Scorpions.
Mereka menganggap Scorpions kacangan karena tahunya cuman lagu "Still Loving You", "Always Somewhere", "Holiday", atau "When the Smoke is Going Down". Mereka nggak tahu lagu Scorpions yang dahsyat macam "The Sails of Charon", "He's A Woman-She's A Man" atau yang lain yang jadi inspirasi para musisi rock/metal dunia.
Lho kok jadi mbahas musik ya??? Yo wis lah, intinya jadilah diri sendiri. Jangan takut berbeda karena berbeda itu keren! Dan manusia tidak butuh penilaian dari orang lain, jadikan Tuhan sebagai satu-satunya audience-mu. Kalau nuruti kemauan orang terus, mampus lah kau nak. Hidup cuman sekali jangan pernah menyesal jadi diri sendiri.
Zuukkkk.

Ribut Soal Agama Terus, Kapan Mendarat di Planet Kepler?


Agama Islam saat ini memang agama yang paling rewel. Bangsa di luar sana sudah berencana mendarat di planet Kepler, tapi kita tiap hari masih saja ribut soal halal haram.
Tapi, sebenarnya bagus kalau tiap hari ngomong soal agama. Itu menunjukan bahwa Tuhan masih menjadi faktor utama dalam hidup berbangsa. Walau nggak agamis banget--masih ada yang mbalelo--tapi lumayanlah....remuk.  
Yo wis babah lah. Rewel itu juga akibat dari sifat perfeksionis, bahwa Islam bukanlah agama yang serampangan. Mereka hanya tidak ingin Islam ternoda atau dinodai.
Di luar sana banyak bangsa yang makmur, tapi sayang Tuhan 'dibunuh' di kehidupan mereka. Buat apa makmur kalau tidak beragama, tidak berTuhan. Kerajaan Fir'aun sangat makmur, tapi akhirnya hancur juga karena Tuhan diremehkan .
Jadi teruslah bicara agama, asal tetap damai, tidak demo kisruh berjilid-jilid yang bikin jalan macet, ekonomi cupet. Teruslah mbahas agama, asal jangan jadi umat pemarah. Sedikit-sedikit haram, haram kok sedikit-sedikit. Mengucapkan 'Selamat Natal' haram, merayakan Tahun Baru haram, meniup terompet dianggap pro Mas Yudi.
Banyak orang sangat paham dalil, Al Qur'an dibolak balik pun tetap hafal, tapi sayang cuman sebatas tekstual. Kedalaman pemahamannya gawat, karena hanya membaca dan menghafal doang. Sudah gitu nggak paham substansi.
Merayakan Natal dan merayakan ultah itu sama secara substansi, sama-sama merayakan hari kelahiran. Tapi secara teknis dan tujuan bisa sangat berbeda. Jadi, mengucapkan selamat Natal itu tidak haram. Semua tergantung dari konsep dan niatnya.
Dengan mudahnya orang sekarang memusyrik-musyrikan orang. Itu terjadi karena mereka berhenti hanya di Al Qur'an. Dipikirnya mengaji (belajar) hanya pada Al Qur'an. Mereka tidak mengaji kepada  gunung, laut, pohon, sungai, dan semua yang ada di alam raya ini.
Ingat hadits tentang Rasulullah ngomong begini : "Gunung Uhud ini mencintai kita, dan kita mencintainya." Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa gunung Uhud itu hidup. Itu adalah sebuah penghormatan oleh gunung Uhud pada Rasulullah, karena telah disinggahi beliau.
Orang Jawa jadul sudah paham itu. Mereka berdialog dengan alam. Makanya kalau nggak paham konsep dan niatnya, jangan terburu memusyrikan kalau ada orang larung sesaji ke laut atau di mana pun. Itu nggak ada hubungannya dengan gendruwo, jin iprit, demit. Kalau ada, itu oknum. Syirik atau tidak syirik itu terletak pada niat di dalam hati, bukan pada benda atau apa yang tampak mata.
Bagiku, ritual semacam itu cuman budaya, ibadah muamallah. Dilakoni monggo, ora dilakoni ora popo. Monggo kerso. Apa kalau doanya pakai bahasa Jawa terus jadi syirik? Ya enggaklah. Doa pakai bahasa apapun boleh, mau bahasa Jawa atau Arab terserah. Asal jangan pakai bahasa gaul. "Ya awoh, bikin akooh cemungudh ya awoh. Ini ciyus, enelan. Maacih."
Sekarang ini banyak pengajian, tapi sayangnya kurang tepat sasaran. Mengajarkan sholat kepada orang yang sudah sholat tiap hari. Mengajarkan haji pada orang yang sudah haji. Oala Ndesss. Da'i yang keren itu yang berani dakwah di daerah yang moralnya bejat. Nggak cuman ceramah di masjid, kampus atau tempat-tempat yang sudah beres moralnya.
Kalau kamu menolong anak kucing yang kecemplung got, kamu harus turun ke got dan mengangkat anak kucing tadi. Seperti yang dilakukan Cak Nun dulu saat pengajian di tengah-tengah lokalisasi Dolly. Nggak cuman beraninya teriak di luar lokalisasi, "Whoiiiii zina haram! Laknat! Jahannam!".  
Kalau Cak Nun mengadakan Pengajian di Dolly itu bukan berarti membenarkan prostitusi. Tapi menemani hatinya, mengasihi manusianya, mengajaknya kembali ke jalan yang benar. Itu namanya ajaran kasih. Ajaran kasih bukan cuman milik agama tertentu. Tiap agama pasti mengajarkan kasih sayang.
Setelah pengajian selesai, banyak PSK yang mendekati Cak Nun, mendekap dan nangis di kaki beliau, "Doakan saya cepat keluar dari sini Cak." Cak Nun cuman bisa bingung dan terguncang imannya. lha ya'opo, walaupun pakai jilbab, mereka tetap sexy Jum. Oughh mai got.

Senin, 08 Januari 2018

Cak Nun : Negara Kita adalah Negara Maju





Salah satu hal yang kusuka dari Cak Nun, dimana pun berada beliau selalu tidak lupa membesarkan hati rakyat. Yang tentu saja disertai penjelasan yang masuk akal dan membuka pikiran. Nggak cuman bilang, "Everything is gonna be alright." Olrait opo lek.
Ketika negara kita dikategorikan sebagai third world country alias negara terbelakang, Cak Nun dengan tegas menolak itu. Kategori semacam itu dibuat oleh negara Barat yang merasa lebih maju, lebih beradab, lebih modern dari bangsa kita.
Negara kita tidak terbelakang. Negara kita sangat maju, hanya beda tujuan. Tujuan mereka jelas --> berhala materialisme dan sangat menjujung tinggi kebebasan. Hak asasi manusia di atas segalanya. Nilai-nilai agama diinjak-injak. Pernikahan sesama jenis pun dilegalkan.
Apesnya pikiran kita dibelokan untuk mengikuti pikiran mereka. Kita merasa ketinggalan dari Amrik, Jepang, Korea dan lainnya. Kita meng-iya-kan begitu saja ketika negara kita disebut sebagai negara tertinggal. Tertinggal raimu.
Sejak dulu, bangsa kita adalah bangsa yang mengutamakan pembangunan manusianya. Mari kita tengok ke belakang. Peninggalan zaman dulu kebanyakan cuman candi atau apa pun bangunan yang dipakai untuk tujuan ibadah. Jarang sekali (hampir tidak ada) ditemukan istana megah atau gedung pemerintahan kerajaan zaman dulu.
Candi Borobudur adalah salah satu contoh bahwa bangsa kita dulu rela menghabiskan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit untuk sesuatu yang religius filosofis. Di umurnya yang sudah 14 abad ini, candi Borobudur masih utuh. Jika ada bagian yang tidak utuh itu karena dicuri, bukan rusak karena alam.
Sekarang cari di kota-kota besar di Indonesia, adakah bangunan sekuat Borobudur yang bertahan sampai 14 abad. Seandainya semua arsitek di negeri ini dikumpulkan tidak akan mampu membuat bangunan seperti Borobudur. Banyak keajaiban di bangunan borobudur yang bikin ndas mumet kalau memikirkannya.
Jadi hebat mana arsitek zaman dulu dengan arsitek sekarang?
Jangan berpikir bagaimana cara membangunnya, batu-batu besar sebanyak itu didapat darimana dan bagaimana mengangkutnya sampai ke puncak. Bakalan pecah ndasmu. Terus bagaimana agar batu-batu itu solid menempel bisa sampai ratusan tahun. Zaman dulu peralatan tidak secanggih sekarang.
Tapi yang paling ajaib dari semua hal yang ada di Borobudur itu bukan arsiteknya, tapi karena keputusan rohaninya. Adakah sekarang pembangunan yang nilainya trilyunan rupiah hanya untuk tujuan religi. Artinya tidak menguntungkan secara materi. Tidak kembali modal.
Seandainya Borobudur dibangun dengan budget sebesar 5 trilyun. Mungkinkah di zaman sekarang pemerintah kita --dengan DPR yang ngontrol bersama MUI dan rakyat--membuat gedung dengan biaya 5 trilyun tapi bersifat spiritual?
Sekarang ini orang mengeluarkan uang besar hanya untuk bikin Mall. Semua tujuannya materialis ekonomis. Kalau untuk tujuan ekonomi mau mengeluarkan uang berapa saja, karena mencari laba.
Mungkin nggak, ada sebuah pemerintahan di negeri ini yang mau mengeluarkan uang sebegitu banyak untuk membangun gedung yang sifatnya spiritual dan filosofis? Nggak mungkin khan. Jadi lebih beradab mana bangsa yang membuat Borobodur atau pemerintahan sekarang ?
Kita jadi sekarang ini karena kebenaran yang kita yakini sejak nenek moyang dulu tergantikan oleh kebenaran Barat. Kita punya metode pengobatan sendiri tapi kita lebih percaya dengan metode pengobatan Barat. Dan banyak lagi, hampir di segala bidang.
Salah satu acara sinting di Amrik adalah malam Halloween. Malam itu semua orang berdandan konyol meniru genderuwo, mummy, kuntilanak dan semacamnya. Dan kita dengan gobloknya ikut-ikutan konyol budaya seperti itu, padahal budaya kita jauh lebih mbois dari mereka.
Orang Korea juga Jepang terheran-heran dengan orang Indonesia. Kenapa banyak orang Indonesia begitu mencintai budaya Korea atau Jepang. Harusnya orang Korea atau jepang lah yang kagum dengan budaya Indonesia yang lebih kompleks dan beragam itu.
Orang Korea itu orang bingung. Mereka beragama tapi tidak mengenal Tuhan, tidak tahu darimana berasal dan akan kemana setelah meninggal. Bahkan mereka tidak mengenal dirinya. Karena seharian sibuk bekerja. Setelah bekerja seharian, banyak dari mereka yang nongkrong senang-senang, minum sampai mabuk. Esoknya bangun dan kerja keras lagi.
Makanya angka bunuh diri di Korea atau Jepang sangat tinggi. Stress dikit bunuh diri. Beda dengan kita yang awet urip. Sukses atau nggak sukses tetap bisa pringas-pringis. Tetap berburu kuliner, tetap beli gadget canggih dan tetap update status eyel-eyelan soal Pilpres. Apapun yang terjadi tetap joget dan nyanyi lagu dangdut : "Yo wis ben bojoku pancen galak/ Raine koyok luwak..."

-Robbi Gandamana-

Cak Nun: Yon Koeswoyo adalah Pahlawan Nasional


Meninggalnya vokalis sekaligus gitaris Koes Plus, Yon Koeswoyo (Jum'at, 5 Januari 2018) nggak cuma membuat para insan musik di negeri ini merasa kehilangan. Cak Nun yang dikenal sebagai budayawan, juga merasa kehilangan sang legenda tadi.
Pada saat pemakaman Yon Koeswoyo di tanah kusir (Sabtu, 6 januari 2018) Cak Nun berkesempatan memberikan sambutan. Cak Nun sendiri sudah lama bersahabat baik dengan para personel Koes Plus termasuk Yon Koeswoyo.
Sebuah sambutan luar biasa yang benar-benar membuka hati dan pikiran. Saya memuji Cak Nun bukan karena saya fan die hard-nya, tapi memang begitulah adanya. Kalau anda nggak percaya, simak saja sambutannya :
"Mas Yon  Koeswoyo dengan seluruh keluarga besar Pak Koeswoyo pada tempat yang tidak seharusnya.
Kalau kita punya pandangan luas, kalau kita mengerti manusia, kalau kita mengerti kebudayaan, kalau kita mengerti proses keindahan pada manusia, kalau mengerti jalan yang bermacam-macam untuk menuju tauhid kepada Allah SWT, maka, Mas Yon Koewoyo dan seluruh keluarganya--Mas Tonny, yang sekarang masih bersama kita, Mas Nomo, Mas Yok dan seluruh keluarga Pak Koeswoyo-- mereka adalah Pahlawan Nasional.
Mereka adalah Pahlawan Nasional!
Anda lihat mereka berjuang sejak awal tahun 60-an. Anda bandingkan, mohon maaf, ada yang jadi pahlawan hanya karena berpidato beberapa jam, sudah jadi Pahlawan Nasional sampai sekarang. Sementara pak Koeswoyo, putra-putranya sampai cucu-cucunya itu berpuluh-puluh tahun. Berpuluh-puluh tahun mereka bukan hanya menghibur masyarakat.
Mereka tidak bisa memahami Yon Koeswoyo, mereka tidak bisa memahami Nomo, Tonny, Yok. Mereka pikir keluarga Koeswoyo adalah penyanyi. Bukan. Mereka adalah orang yang sudah hidup di dalam hati anda semua. Mereka adalah orang yang menyanyikan isi hati anda. Bukan mengisi hatimu dengan nyanyiannya. Tapi yang dinyanyikan oleh keluarga Koeswoyo, oleh mas Yon dan semuanya adalah hati anda sendiri.
Makanya orang yang baru mendengar lagunya Koes, merasa sudah pernah mendengarnya, merasa sudah menghafalnya, dimana pun saja. Karena apa? karena yang mereka nyanyikan bukan kehendak mereka. Yang mereka nyanyikan adalah isi hatimu semua bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, meskipun tidak mungkin pemerintah meresmikan Mas Yon, Mas Tonny dan semua keluarga Koeswoyo sebagai pahlawan, tapi kita semua yang hadir di sini tidak bisa mengelak. Mereka adalah pahlawan kita sampai ke surga.
Kita yang masuk neraka tidak akan bisa kerasan mendengarkan lagunya Koes karena kita sibuk dengan api dan siksaan. Tapi kalau kita bersama-sama dengan Mas Yon, mas Tonny di surga, maka kita sangat  membutuhkan lagu-lagu mereka. Karena lagu-lagu mereka bukan karya, tapi lagu-lagu mereka adalah hati kita sendiri.
Amin ya Robbal 'alamin.
Sangat banyak yang bisa saya kemukakan, tapi saya sangat mencintai mereka. Dan saya mengharapkan para pengamat, para penulis, pemerintah, departemen-departemen yang terkait untuk mencari ilmu lebih luas, lebih tinggi dan lebih kongkrit untuk memahami keluarga Koes.
Karena selama ini pemahaman kita hanya fakultatif, hanya sebagian, hanya linear. Kita tidak mengerti kelengkapan Koes, kita tidak mengerti sebenarnya dimana letak keistimewaan mereka.
Saya secara pribadi terus akan mencoba menulis mengenai dimensi-dimensi yang orang tidak ketahui. Terus terang banyak masyarakat tidak paham, pemahamannya di bawah 5 % terhadap keluarga Koeswoyo. Mereka tidak mengerti kenapa mereka dulu dipenjara di zaman Bung Karno. Mereka tidak tahu sama sekali.
Kenapa mereka mengalami bermacam-macam hal. Mereka tidak tahu siapa Tonny, siapa Nomo, melakukan apa saja, mereka tidak tahu. Dan orang macam Mas Yon, ini orang yang sangat setia pada kehendak Allah. Orang yang sangat tekun, yang tidak memperhatikan usianya. Di umur 77 tahun di atas panggung bisa nyanyi 25 lagu nonstop tanpa minum.
Itulah Yon Koeswoyo. Jadi, Barakallah Mas Yon. Aku tidak bisa membayangkan engkau kecuali kita ketemu di surga. Mas Yon, engkau sudah menjadi kembang yang semerbak mengharumi seluruh surga. Juga Mas Tonny, yang ber-khusnul khatimah. Juga mas Muri yang tulus luar biasa orangnya.
Keluarga Koeswoyo jangan dipahami melalui simbol-simbol yang kelihatan pada mereka. Nilailah keluarga Koeswoyo dengan ajaran-ajaran yang dia bawa dari para Walisongo, ajaran-ajaran yang dia bawa dari kakek dan nenek moyang kita semua dulu. Mari kita pelajari bersama.
Kita dikasih banyak orang besar oleh Allah, tapi kita tidak paham pada mereka. Kita punya Gus Dur, Cak Nur, Buya Hamka, Syaikhona Kholil, Mbah Wahid Hasyim, Kyai Haji Ahmad Dahlan, tapi mereka hanya kita bawa ke dalam hidup kita untuk memenuhi kepentingan politik kita.
Mari kita pahami Koes bersaudara, Koes Plus. Kita pahami Mas Yon, Mas Tonny dan semua yang masih ada : Mas Nomo sama Mas Yok. Kita pahami tidak untuk kepentingan kita. Kita pahami untuk mensyukuri bahwa Allah menganugerahkan makhluk yang luar biasa ini kepada bangsa Indonesia.
Amin ya Robbal 'alamin ya Allah.
Saya mohon ijin kepada saudara sekalian, aku akan membacakan ayat kecil karena aku cemburu padamu mas Yon. Engkau memperjuangkan kemurnianmu jauh lebih lama dari yang aku telah lakukan. Aku tidak tahu apakah Allah akan mengijinkanku hidup selama usianya mas Yon. Beliau luar biasa. Di sini ada Mas Nomo, ada Mas Yok yang masih sehat wal afiat Alhamdulillah.  
Sehat tidak ada hubungannya sama kematian, sakit tidak ada hubungannya sama kematian. Kematian itu hak preoregatif Allah. Yang penting kita hidup sehat, perkara kita mati atau tidak itu jadwal dari Allah SWT.
--Cak Nun membaca surat An-Nuur ayat 35 dan bacaan doa---
Mas Yon kau lah  pemantul cahaya Allah ke seluruh surga. Kita adalah cahaya yang berpendar-pendar memantulkan cahaya sejatinya Allah. Cahaya di atas cahaya, cahaya di atas cahaya. Engkau dipangku oleh Tonny, mas Yon. Dan kalian adalah dua lapisan cahayanya Allah itu sendiri.
Ya Allah kami menghantarkan mas Yon dengan rahasia dan kebenaran sejati dari Al Fatihah--membaca Al Fatihah--.
Bapak ibu sekalian terutama keluarga Mas Yon, Mas Yon tidak meninggal. Dia mendahului kita ke tahap berikutnya yang kita juga akan memasukinya. Allah mengatakan, "Jangan dikira orang-orang mati di jalanKu adalah mati. Mereka hidup dan Aku beri rizki  tanpa diduga-duga oleh yang bersangkutan."
Mas Yon tidak meninggal. Almarhum artinya adalah orang yang kita cintai. Almarhum berasal dari kata 'rahima-yarhamu-rahman-wahuwa rahim'. Almarhum adalah orang yang mendapatkan cinta dari kita semua.
Jadi kalau kita ngomong 'Almarhum Mas Yon', bukan Mas Yon yang sudah mati. Karena Mas Yon tidak pernah mati. Kita semua tidak pernah mati. Kita semua hidup abadi. Malah kita jangan salah jalan kecuali masuk ke dalam keabadian Allah SWT.
........."
****
Begitulah sambutan singkat (yang ternyata panjang kalau ditulis) dari Cak Nun saat pemakaman Yon Koeswoyo. Ada beberapa pengurangan kata seperlunya dari saya, tapi tentu saja tidak mengurangi arti dan maksud dari tulisan, terutama bacaan Arabnya. Sori Jum, saya nggak becus nulis Arab walau saya termasuk muslim yang paling ikhlas (hafalnya cuman Surat Al Ikhlas).
Trims.

-Robbi Gandamana-

Jumat, 05 Januari 2018

Ada Apa dengan Kencing Unta?




Soal kencing unta yang sedang jadi trending topic akhir-akhir ini..
Itu sebenarnya sudah lama dilakukan di Arab sana. Dasarnya dari anjuran Nabi Muhammad (ada haditsnya, takok ustadzmu) sebagai obat alternatif, karena zaman itu di Arab nggak ada obat seperti sekarang. Itu pun diminum campur susu unta. Dan itu tidak untuk dikonsumsi tiap hari.
Ojok kaget rek, memang menjijikan. Aku juga pasti menolak. Tapi kalau itu satu-satunya obat yang ada ya terpaksa disikat juga. "Bismilah, kolu ra kolu untal". Nggak cuman kencing unta, cacing pun pasti kamu makan kalau itu satu-satunya obat yang bisa kamu dapat (untuk sakit tipes). lha wong sekarang ini lho banyak orang yang meminum air kencingnya sendiri untuk terapi/pengobatan.
Soal manjur atau tidak itu tergantung pada sugesti orang yang minum. Apalagi ternyata kencing unta sudah terbukti empiris bisa menyembuhkan kanker juga diabetes. Kencing unta dianggap istimewa (berbeda) karena unta hanya minum 5 kali dalam setahun (4 kali pada musim panas dan 1 kali pada musim dingin). Soal ada kandungan kalium, potasium, aluminium, galvalum..aku gak eruh, tanyakan ke ahlinya.
Ojok kesusu menghakimi, minum kencing unta bukan berarti sebuah kebodohan. Namanya juga obat alternatif, apalagi ternyata ada haditsnya. Tapi wajar kalau jijay, mbayangno ae gilo. Tapi kalau sudah berbentuk tablet, pil, kapsul atau sirup pasti doyan. Nggak perduli itu dari olahan cacing, lintah, dan hewan jijay lainnya.
Jika seandainya kencing unta tadi bisa meningkatkan gairah seksual atau bikin tahan lama di ranjang, pasti banyak yang beli. Ayo ngaku.
Ada beda pandangan soal kencing unta ini najis atau tidak. Pandangan pertama, kencing unta adalah najis karena itu limbah yang keluar dari alat kelamin hewan. Pandangan kedua nggak najis karena mereka menganggap hewan yang halal dimakan kencingnya nggak najis. Tapi bagiku mau kencing unta, cacing, alkohol, morpin, sabu, kokain, ganja pun nggak masalah kalau untuk tujuan medis.
Dan nggak mesti sesuatu yang keluar dari silit atau kelamin hewan itu pasti haram. Kopi luwak juga berasal dari silit Luwak, tapi kenyataannya banyak yang doyan, lupa sama silitnya. Telur ayam atau bebek juga keluarnya dari silit tapi oke untuk dimakan.
Kalau wawasan sempit dan nggak punya keluasan hati, pasti gampang membodohkan orang. Tinggal kamu percaya hadits atau enggak. Kalau enggak yo gak papa, karena nggak semua hadits itu pasti bisa diikuti. Perlu logika dan dibuktikan secara ilmiah dulu.
Kayak minuman yang kejatuhan lalat yang boleh diminum. Asal kedua sayap lalat harus dicelupkan ke dalam minuman. Jangan diminum kalau hanya satu sayap yang tercelup air. Karena ternyata salah satu sayap lalat itu adalah penawar racun. Kalau semua sayap lalat tercelup ke dalam air, racunnya jadi netral. Itu ada haditsnya. Dan itu sudah dibuktikan secara ilmiah.
Agama Islam memang rentan diolok-olok. Wis tau dan biasa. Banyak muslim yang kurang bisa menguraikan kapan dan dimana ayat itu turun. Zaman dulu di Arab dunia medis nggak semaju sekarang. Seandainya ada obat lain, pasti nggak minum kencing unta. Jadi menurutku, sekarang nggak usahlah minum kencing unta karena ada obat lain yang lebih joss gandoss.  
Apalagi yang posting minum kencing unta tidak disertai keterangan dasar hukum ayatnya atau bukti empiris yang membuktikan kemanjuran kencing unta tadi. Islam itu soal kemajuan, tapi banyak orang Islam yang masih terjebak masa lalu. Kencing unta harusnya jadi alternatif terakhir kalau nggak ada obat lain. Kita hidup di zaman yang berbeda dengan zamannya Nabi-Nabi.
Yang pasti, kesembuhan tidak datang dari kencing unta, dokter, dukun, pil, kapsul, puyer atau  batu Ponari. Kesembuhan itu 100% dari Tuhan. Dokter cuman petugas ikhtiar yang dengan ilmunya berusaha menyembuhkan. Makanya kalau sudah divonis mati oleh dokter, bukan berarti pasti mati. Masih ada keajaiban. Tenang ae.
Jadi terserah kamu mau minum kencing unta atau kencing dinosaurus, mau obat alternatif atau obat konvensional juga monggo. Yang penting jangan gampang menghakimi orang. Kalau belum paham-paham amat persoalannya ojok kesusu nggoblokno uwong liyo.
Itulah konyolnya orang sekarang, nggak paham tapi sudah berani menyimpulkan.