Jumat, 05 Januari 2018

Ada Apa dengan Kencing Unta?




Soal kencing unta yang sedang jadi trending topic akhir-akhir ini..
Itu sebenarnya sudah lama dilakukan di Arab sana. Dasarnya dari anjuran Nabi Muhammad (ada haditsnya, takok ustadzmu) sebagai obat alternatif, karena zaman itu di Arab nggak ada obat seperti sekarang. Itu pun diminum campur susu unta. Dan itu tidak untuk dikonsumsi tiap hari.
Ojok kaget rek, memang menjijikan. Aku juga pasti menolak. Tapi kalau itu satu-satunya obat yang ada ya terpaksa disikat juga. "Bismilah, kolu ra kolu untal". Nggak cuman kencing unta, cacing pun pasti kamu makan kalau itu satu-satunya obat yang bisa kamu dapat (untuk sakit tipes). lha wong sekarang ini lho banyak orang yang meminum air kencingnya sendiri untuk terapi/pengobatan.
Soal manjur atau tidak itu tergantung pada sugesti orang yang minum. Apalagi ternyata kencing unta sudah terbukti empiris bisa menyembuhkan kanker juga diabetes. Kencing unta dianggap istimewa (berbeda) karena unta hanya minum 5 kali dalam setahun (4 kali pada musim panas dan 1 kali pada musim dingin). Soal ada kandungan kalium, potasium, aluminium, galvalum..aku gak eruh, tanyakan ke ahlinya.
Ojok kesusu menghakimi, minum kencing unta bukan berarti sebuah kebodohan. Namanya juga obat alternatif, apalagi ternyata ada haditsnya. Tapi wajar kalau jijay, mbayangno ae gilo. Tapi kalau sudah berbentuk tablet, pil, kapsul atau sirup pasti doyan. Nggak perduli itu dari olahan cacing, lintah, dan hewan jijay lainnya.
Jika seandainya kencing unta tadi bisa meningkatkan gairah seksual atau bikin tahan lama di ranjang, pasti banyak yang beli. Ayo ngaku.
Ada beda pandangan soal kencing unta ini najis atau tidak. Pandangan pertama, kencing unta adalah najis karena itu limbah yang keluar dari alat kelamin hewan. Pandangan kedua nggak najis karena mereka menganggap hewan yang halal dimakan kencingnya nggak najis. Tapi bagiku mau kencing unta, cacing, alkohol, morpin, sabu, kokain, ganja pun nggak masalah kalau untuk tujuan medis.
Dan nggak mesti sesuatu yang keluar dari silit atau kelamin hewan itu pasti haram. Kopi luwak juga berasal dari silit Luwak, tapi kenyataannya banyak yang doyan, lupa sama silitnya. Telur ayam atau bebek juga keluarnya dari silit tapi oke untuk dimakan.
Kalau wawasan sempit dan nggak punya keluasan hati, pasti gampang membodohkan orang. Tinggal kamu percaya hadits atau enggak. Kalau enggak yo gak papa, karena nggak semua hadits itu pasti bisa diikuti. Perlu logika dan dibuktikan secara ilmiah dulu.
Kayak minuman yang kejatuhan lalat yang boleh diminum. Asal kedua sayap lalat harus dicelupkan ke dalam minuman. Jangan diminum kalau hanya satu sayap yang tercelup air. Karena ternyata salah satu sayap lalat itu adalah penawar racun. Kalau semua sayap lalat tercelup ke dalam air, racunnya jadi netral. Itu ada haditsnya. Dan itu sudah dibuktikan secara ilmiah.
Agama Islam memang rentan diolok-olok. Wis tau dan biasa. Banyak muslim yang kurang bisa menguraikan kapan dan dimana ayat itu turun. Zaman dulu di Arab dunia medis nggak semaju sekarang. Seandainya ada obat lain, pasti nggak minum kencing unta. Jadi menurutku, sekarang nggak usahlah minum kencing unta karena ada obat lain yang lebih joss gandoss.  
Apalagi yang posting minum kencing unta tidak disertai keterangan dasar hukum ayatnya atau bukti empiris yang membuktikan kemanjuran kencing unta tadi. Islam itu soal kemajuan, tapi banyak orang Islam yang masih terjebak masa lalu. Kencing unta harusnya jadi alternatif terakhir kalau nggak ada obat lain. Kita hidup di zaman yang berbeda dengan zamannya Nabi-Nabi.
Yang pasti, kesembuhan tidak datang dari kencing unta, dokter, dukun, pil, kapsul, puyer atau  batu Ponari. Kesembuhan itu 100% dari Tuhan. Dokter cuman petugas ikhtiar yang dengan ilmunya berusaha menyembuhkan. Makanya kalau sudah divonis mati oleh dokter, bukan berarti pasti mati. Masih ada keajaiban. Tenang ae.
Jadi terserah kamu mau minum kencing unta atau kencing dinosaurus, mau obat alternatif atau obat konvensional juga monggo. Yang penting jangan gampang menghakimi orang. Kalau belum paham-paham amat persoalannya ojok kesusu nggoblokno uwong liyo.
Itulah konyolnya orang sekarang, nggak paham tapi sudah berani menyimpulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar