Senin, 13 Januari 2020

Selamat Jalan Neil Peart, Sang Virtuoso "Bedug Inggris"


Sumber foto : supermusic.id

Berita wafatnya drumer band Rush, Neil Peart, cukup membuat penggemarnya galau. Tanpa Neil Peart, Rush tidak akan sama lagi. Neil Peart nggak cuman menjaga beat, tapi dia juga penulis lirik hampir di semua lagu Rush.
Neil Peart wafat tanggal 7 Januari 2020 karena kanker otak yang dideritanya sejak 3 tahun lalu. Sebelumnya doi sudah menyatakan pensiun dari Rush. Maksudnya berhenti menjalani tour, bukan berhenti jadi drumernya Rush. Itu dia putuskan karena alasan kesehatan. Wis tuwek, gampang masuk angin.
Neil Peart sebenarnya bukan founder band Rush, dia dicomot oleh Rush menggantikan posisi Jhon Rutsey. Drumer awal yang diberhentikan karena ada masalah kesehatan, mengidap sweet urine alias kencing manis.
Bersama Rutsey, Rush sempat menelurkan satu album rekaman (ya iyalah masak album foto) di tahun 1974 . Album ini kurang laku di Kanada--Rush adalah band rock asli Kanada--. Karena Kanada adalah lahan yang tandus untuk band rock. Zaman itu di Kanada tidak ada perusahaan rekaman yang mau memproduksi album rock. Jadi kalau ingin berjaya harus hijrah ke Amrik.
Saat itu ndilalah Jhon Rutsey didiagnosa mengidap diabetes, sehingga nggak kuat lagi menjalankan aktivitas tour di Amrik. Dan posisinya pun digantikan oleh Neil Peart yang terpilih melalui audisi.
Sejak Neil Peart bergabung, Rush semakin berkibar kencang. Album-albumnya yang cukup diterima pasar musik rock, khususnya Progressive Rock. Albumnya cukup membuat rambut rontok jika nekat mengulik musiknya. Sebut saja "Caress of Steel" (1975), "2112" (1976), "A Farewell to Kings" (1977) dan "Hemispheres" (1978).
Setelah album "Hemispheres", musiknya agak nyantai dikit. Asal tahu saja,senyantai-nyantainya lagu Rush, tetep butuh skill di atas rata-rata untuk memainkan musiknya.
Permainan dahsyat Neil Peart sampai saat ini dijadikan rujukan oleh drumer-drumer generasi setelahnya. Seorang drumer rock akan dianggap oke kalau bisa memainkan komposisi "YYZ" atau "La Villa Strangiato". Atau memainkan lagu-lagu macam "By-Tor and the Snow Dog", "The Analog Kid", "Red Barchetta", "Tom Sawyer", dan banyak lagi.

Lagu-lagu Rush bukan lagu yang easy listening. Jadi kalau seleramu Via Vallen atau Nella Kharisma, jangan nekat memaksakan diri memutar lagu-lagu Rush. Pecah ndasmu.
Jangankan kamu, label rekamannya sendiri mumet saat mendengar musik mereka yang semakin hari semakin membelakangi trend. Mereka menuntut Rush membuat lagu yang komersil seperti umumnya yang bisa buat joget dan mengiringi orang teler.
Di depan petinggi label mereka mantuk-mantuk mengiyakan, tapi di dalam hati mereka menolak keras, "No way, kami nggak akan seperti itu." Dan mereka siap menerima konsekuensi jika albumnya nggak laku dan didepak dari label. Mereka sudah memikirkan hal yang terburuk, pulang kampung jadi petani, kerja di bengkel, atau usaha rongsokan besi tua,
Mereka tetap nekat membuat album yang lebih njelimet lagi. Dan yang ditakutkan pihak label (Mercury record) tidak terbukti sama sekali. Albumnya sukses besar! (album "2112"). Dan Pihak label pun tak punya pilihan. Selanjutnya Rush pun diberi kepercayaan penuh menentukan segala sesuatunya.
Soal band Rush ini dulu sudah pernah kutulis di Kompasiana --> "Rush : Band Rock Dahsyat Yang Jarang Dikupas".
****
Neil Peart lahir di Hamilton, Ontario, Kanada, 12 September 1952. Yang sejak kecil memang suka gedabukan untuk melampiaskan emosinya. Dia anak keluarga petani yang punya toko alat-alat pertanian di kota itu.
Gebukan drumnya banyak dipengaruhi oleh Ginger Baker, Carmine Appice dan Jhon Bonham. Awalnya terinspirasi oleh Keith Moon  drumernya The Who yang tewas overdosis itu.
Neil nggak cuman main drum seharian, dia adalah seorang kutu buku. Nggak heran kalau otaknya lebih encer dibandingkan dua personil Rush lain : Geddy Lee (bass) dan Alex Lifeson (guitar). Sehingga pas kalau dia didapuk jadi penulis lirik.
Dia sendiri telah menulis 4 buku, termasuk buku berjudul "Ghost Rider". Sebuah buku yang menceritakan kisah kepedihannya setelah ditinggal mati putri dan disusul istrinya dalam rentang waktu yang nggak lama. Sukses karier musiknya tidak sebading lurus dengan nasib kehidupannya di luar musik.
Neil Peart adalah seorang introvert yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dan karena introvert itulah, sikap Neil Peart dalam menghadapi fans agak berbeda dengan Geddy Lee dan Alex Lifeson. Neil selalu menolak menemui fans dalam acara "meet dan greet".
Neil nggak bisa menghadapi fans, orangnya pemalu. Nggak bisa nyantai berada di antara orang-orang asing. Nggak nyaman dikerubungi fans yang minta tanda tangan atau foto bareng. Neil berdalilh, "Aku suka dihargai, dihormati. Itu bagus. Selain hal itu, cuman membuatku ngeri. Pemujaan yang berlebihan itu keliru."
Itulah Neil Peart, musisi yang sangat serius dengan instrumennya. Pernah sekali berhenti bermain saat putrinya tewas kecelakaan dan dilanjutkan dengan istrinya yang meninggal karena sakit setahun kemudian. Saat itu dia cuman naik motor gede tanpa tujuan. Pergi sejauh mungkin mencari ketentraman. Kalau di sini ada istilah PP yang maksudnya Pulang Pergi, PP yang terjadi pada kasus Neil adalah Pergi Pergi.
Terserah opini kalian, Neil Peart adalah virtuoso "bedug Inggris" alias drum. Pada umumnya instrumen adalah perpanjangan tangan seorang musisi. Tapi pada kasus Neil berlaku sebaliknya, Neil Peart lah perpanjangan tangan instrumennya. Drumer lain butuh metronom untuk menjaga tempo. Sedangkan Neil Peart adalah metronom itu sendiri.
Selamat jalan Neil Peart, semoga husnul khotimah.
-Robbi Gandamana-
*Disarikan dari berbagai sumber :  film "Rush : Beyond The Lighted Stage", buku, majalah, mbah google, album rekaman, nguping, dan interpretasi pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar