Jadi begini,
Ada status menarik dari seorang teman di fesbuk : "Orang yang suka memfitnah mempunyai syetan di atas lidahnya dan orang yang mendengarkan fitnah mempunyai syetan di atas kupingnya."
Dari status di atas, pikiran saya langsung nyambung ke postingan skandal 'oh yes oh no' Habib Rizieq dengan Firza Husein tempo hari. Semoga syetan tidak sedang rileks nongkrong di mata dan telinga kita.
Karena postingan adegan tak senonoh itu, buanyak haters Habib Rizieq yang lupa diri. Serasa menemukan sebongkah akik bacan, mereka berpesta pora menyambut nasib sial yang menimpa Habib.
Postingan tadi disebut fitnah karena belum terbukti secara sah dan meyakinkan. Walau kelihatannya ada kecocokan obyek yang ada di foto dengan barang bukti milik tertuduh. Seandainya benar Habib Rizieq tumpak-tumpakan sama Firza, itu pun nggak etis kalau rekamannya disebarluaskan di medsos.
Jangan salah, saya bukan umatnya Habib Rizieq, bukan pula lovernya. Bisa jadi saya haternya, karena tidak setuju atau menolak cara dakwah Habib Rizieq. Tapi saya tidak mau ikutan konyol bersorak-sorai atas skandal yang menimpa dia. Itu bukan gayaku.
Kalau anda tahu nilai-nilai luhur Jawa, pasti tak asing dengan ungkapan "menang tanpo ngasorake", yang artinya menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Itu yang saya coba terapkan dalam hidup saya, walau masih belum sepenuhnya, minimal ada usaha lah. (asline aku yo tas ngerti, ojok ngomong sopo-sopo yo).
Sifat manusia pada umumnya, bersorak girang bila rivalnya menderita atau tertimpa musibah. Kita akan sedih jika sahabat kita gagal, tapi lebih sedih lagi kalau ternyata sahabat tadi jauh lebih sukses dibanding kita. (T-T)
Apa yang menimpa Habib Rizieq dengan Firza, bisa terjadi pada siapa pun. Selama kamu bisa ngaceng, kamu bisa terjerumus ke lembah perlendiran. Jadi jangan keluar jalur, mengkritisi boleh-boleh saja (bahkan perlu) asal tidak berlebihan. Ingat, hukum karma itu ada. Bisa jadi keadaan berbalik, kamu difitnah, foto bugilmu saat mesum jadi viral di Medsos, pelimu ketok jelas gondal gandul.
Bisa jadi Habib Rizieq terkena karma karena kelakuannya selama ini. Islam Nusantara dibilang Anus, Aliran Nusantara. Menyindir Soekarno : "Pancasila Soekarno ketuhanan ada di pantat!". Itu semua diucapkan dengan serius, bukan guyonan. Ucapan ulama kok begitu. (*__*)
Dan sekarang, si Habib kesandung kasus main perempuan yang bisa merusak karier itu. Dan anda bersorak sorai, membalasnya dengan melaknat dia. Woii, kalau kamu terus-terusan menuding-nuding dan melaknat perbuatan Habib Rizieq terus apa bedanya kamu dengan Habib Rizieq??
"Aku diperintah untuk mengajak pada kebaikan, bukan melaknat keburukan," jawab Rasul saat malaikat Jibril bertanya, kenapa tidak minta Allah menghancurkan kaum Qurais yang melempari Rasul dengan batu saat mereka diajak ke jalan yang benar.
Rasulullah menyadari bahwa kejahatan memang dihakikatkan ada. Koruptor, lonte, pembunuh, rentenir dan bajingan yang lain, secara hakikat memang diadakan untuk penyeimbang kehidupan. Kalau kehidupan ini cuman positif saja, ya nggak imbang. Harus ada negatif.
Kalau kehidupan di dunia ini isinya cuman orang baik ya wagu. Itu lah kenapa Tuhan menciptakan tokoh antagonis---> Iblis. Jadi saat itu Tuhan menciptakan semacam sinetron kehidupan yang kira-kira judulnya "Kiamat Masih Jauh" (kalau sekarang episodenya "Kiamat Sudah Dekat").
Jadi, tidak usah melaknat kesalahan atau keburukan orang lain. Cintailah mereka dengan cara menghukumnya dengan benar. Kalau memang Habib Rizieq terbukti sah dan meyakinkan telah berbuat tak senonoh, silakan dihukum seberat-beratnya sesuai hukum yang berlaku di negeri ini, hukum yuridis maupun hukuman moral.
Tugas manusia cuman mengingatkan dan mengajak pada kebaikan, tidak memaksa dan melaknat kesalahannya. Kalau ada orang yang mengaku pengikut Rasulullah tapi sukanya mengkafir-kafirkan orang lain, itu sama saja dengan kafir.
Kafir itu definisi singkatnya adalah orang yang menutupi kebenaran (Kafir = cover = menutupi). Jadi non muslim tidak otomatis kafir. Hanya mereka yang memusuhi Islam. Bahkan ateis pun tidak otomatis kafir, karena ateis tidak percaya Tuhan, sedangkan kafir percaya Tuhan tapi diingkari.
Kembali ke soal skandal.
Kalau orang senang melihat nasib sial orang yang dibencinya, itu berarti hatinya belum selesai. Kalau kamu sumringah dengan skandal yang menimpa rivalmu, si Habib Rizieq (apalagi berharap ada episode selanjutnya dari Anonymous) itu menandakan anda belum berdamai dengan hatimu. Banyak orang sukses jadi Ksatria tapi gagal total jadi Brahmana.
Kecenderungan manusia ketika membenci seseorang, dia akan berharap orang yang dibencinya itu berbuat buruk. Akibatnya apa pun yang diperbuat oleh rivalnya selalu dipandang buruk, berbuat baik dicurigai. Ini bahaya, karena penyakit seperti ini susah disembuhkan.
Maka berdamailah dengan dirimu, nggak usah fanatik pada apa pun kecuali pada Nabi dan Tuhanmu. Kritisi apa yang memang pantas dikritik. Jangan berpesta pora merayakan nasib buruk orang.
Wis ah, sementara ini dulu...Insya Alloh bersambung.
(c) Robbi Gandamana, 9 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar