Rabu, 12 April 2017

Antara Tas Mewah, Ikan Asin dan Air Keras


Kadang aku penasaran dengan isi tas Jessica Iskandar atau Ayu Ting Ting yang harganya bisa buat mbangun rumah itu. Jangan-jangan sama kayak cewek-cewek buruh pabrik itu, tasnya merk terkenal (KW) tapi isinya cuman kotak makan bekal makan siang, isinya sayur bayem dan ikan asin. Ngirit yang dibungkus kemewahan.
Tentu saja, tidak ada larangan untuk membeli tas mewah. Aku guduk bapake rek. Mungkin bagi para Selebritis itu, tas tadi bukan barang yang lux, dia bisa beli tiap hari. Bagi dia, beli tas mahal itu kayak minum air putih, biasa saja tanpa beban.
Kadang fungsi tas wanita memang tidak hanya untuk menyimpan barang, tapi lebih pada untuk aksesoris, hiasan. Tak ubahnya dengan kalung atau cincin. Jadi, nggak heran kalau ada wanita yang menenteng tas kemana-mana tapi tak ada isinya (biasanya saat resepsi). Seandainya diisi Kunci Inggris pun kita mau apa, wong tasnya dia sendiri, sakarepe.
Tapi wajar kalau wanita suka kemewahan. Mereka adalah makhluk yang paling mewah, sekaligus pinter ngirit. Pria juga suka kemewahan walau nggak 'separah' wanita. Sengaja atau tak sengaja, pria kadang tampil 'mewah', misal berpakaian necis dan berambut klimis. Ketika kenalan dengan cewek, dia ditanya, "Mas kerja di Kilang Minyak ya? Rambutnya klimis banget..."
Mewah tidak selalu identik dengan barang atau apa pun yang mahal. Makan mie instan pun bisa jadi sebuah kemewahan. Jika kita di tengah malam, perut lapar, yang ada hanya mie instan, itu adalah sebuah kemewahan yang luar biasa. Mie instan tadi seolah-olah jadi kayak the last food on earth.
Atau pada saat kumpul-kumpul sama teman, suguhannya cuman gorengan dan kopi. Itu sudah termasuk kemewahan yang paripurna. Jadi, dalam kesederhanaan pun ada kemewahan. Bahkan kemewahan sejati itu sebenarnya sederhana.
Buanyak orang yang begitu rakus mengejar materi. Itu karena mereka menganggap kenikmatan yang nomer satu itu adalah materi . Materi memang memberi kenikmatan, tapi sesungguhnya bukan itu yang nomer satu. Yang paling primer adalah kemampuanmu menikmati (indahnya, mewahnya) apa saja yang diberikan Tuhan padamu.
Jadi, jika ada orang yang penghasilannya sudah besar tapi tetap saja korupsi , itu karena mereka pikir kenikmatan yang primer itu adalah materi. Sampai tega membunuh demi mbelani uang korupsi. Bisa jadi orang yang menyiram air keras di wajah penyidik KPK, Novel Baswedan, itu masih ada hubungan dengan kasus koruspsi E-KTP yang diusutnya.
Terjadi dialoq antara Polisi dengan pelaku penyiram air keras, sebut saja Paimo. .
Polisi : "Mengapa kamu menyiram Novel dengan air keras!?"
Paimo : "Saya benci Novel pak....saya lebih suka Cerpen."
Polisi : "Ojo gojek kowe le!!"
Paimo : "Saya bukan Gojek pak, saya Uber Taxi..."
Polisi : "Bajingan weduzzz!!"
(Gojek = guyon = bercanda ; bahasa Jawa).
Tentu saja dialoq di atas cuma Simulasi. Guyon rek.
Bicara soal mewah, Indonesia adalah bangsa yang bisa hidup mewah dalam kemiskinan, keterbatasan dan keterpurukannya. Ampas tahu yang seharusnya jadi makanan hewan, disulap menjadi makanan gaul : tempe Gembus, Sate Kere. Kalau di Malang namanya Menjes atau Tempe Levi's (teksturnya mirip celana Jeans).
Mewah atau tidak, itu juga tergantung dari sikap manusianya. Jika kamu sedang makan nasi lauknya ikan asin jangan membayangkan Pizza Hut. Sudah ikan asinnya jadi nggak enak, Pizza Hut-nya cuman angan. Nikmati saja ikan asin seperti tidak ada makanan lain selain itu, itu yang membuatnya nikmat. Setelah itu boleh berangan-angan makan Pizza.
Jadi, jangan percaya kalau materi berlimpah nan mewah itu pasti membuat manusia bahagia. Maka yang benar itu bercita-citalah jadi orang bahagia, bukan bercita-cita jadi orang kaya. Sugih tapi pegatan, rumah tangga kacau, yo podo ae. Ingat falsafah Jawa, Nrimo ing pandum (ikhlas atas apa yang kita terima dalam kehidupan) bukan Nrimo ing branded.
Oalaa, embuh wis....adza adza ajza dwech ach.
(c) Robbi Gandamana, 13 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar