Selasa, 18 April 2017

Disneyland Boyolali : Antara Hoax dan Neko-neko



Banyak netizen kecewa, berita soal proyek pembangunan Disneyland di Boyolali ternyata hoax! Padahal pihak istana sudah sumringah, menanggapi positif rencana itu. Tapi mereka langsung tengsin saat tahu pernyataan dari Walt Disney : "Kami tidak memiliki rencana untuk membuka Disneyland di Indonesia saat ini." Jrenggg..
Wis talah nggak usah neko-neko bikin Disneyland, cukup Dermolen ae wis apik. Kita tahu selama ini Boyolali dikenal sebagai sentra susu sapi yang lumayan buat perbaikan gizi. Jadi, nggak cocok kalau Disneyland, lebih tepatnya Susuland.
Sekelas petinggi negara pun termakan hoax, apalagi kita-kita yang ndlahom ini. Pigimana nggak percaya, lha wong yang ngeshare berita tersebut media nasional yang lumayan terpercaya.
Sebenarnya nggak benar-benar hoax, cuman ada sedikit kesalahpahaman. Yang akan dibangun itu wahana seperti Disneyland, bukan Disneyland. Jadi wajar kalau Walt Disney membantah membuka Disneyland di Boyolali. Walaupun Walt Disney diikutsertakan (21-23%) di proyek itu.
Saya sendiri nggak terlalu yakin, Boyolali dijadikan lokasi Disneyland? Ciyussss? Enelan? Menurutku Boyolali nggak marketable dijadikan lokasi mega wisata seperti itu. Bisa-bisa malah ngerusak imej atau nama besar Walt Disney. Mungkin itu alasan kenapa namanya nanti bukan Disneyland. Itu strategi untuk menyelamatkan muka jika proyeknya gagal.
Sori, saya nggak meremehkan Boyolali, tapi kok rasanya fals di kuping, Disneyland Boyolali. Kecuali kalau namanya diinggriskan, Disneyland Crocodile Forget. (Boyolali = buaya lupa)
Sebenarnya nggak perlu-perlu amat mbangun Disneyland di Indonesia. Kok ya mau diakali orang Amrik. Di Indonesia, wahana seperti Disneyland itu konsumsinya manusia gengsi. Artinya rekreasi ke Disneyland itu lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan gengsi daripada kebutuhan hati. Seperti kebanyakan pengunjung di makanan cepat saji impor itu. Sukanya kok memuja impor.
Negeri kita itu kaya destinasi wisata dan orang kita juga buanyak yang mampu bikin wahana wisata seperti Disneyland, cuman hanya ada sedikit investor yang pede dan juga karena birokrasinya yang super rumit.
Sekarang, nggak masalah apakah Disneyland jadi dibangun apa tidak. Yang masalah sekarang adalah begitu mudahnya berita hoax terhembuskan. Mungkin karena diberitakan oleh media yang kredibel. Hanya karena kesalahan pengucapan satu dua kata, arti dan maknanya bisa lain. Kasihan Bupati Boyolali yang akhirnya dituduh menyebar hoax. Cacingannn dehh loee.
Di zaman sekarang, orang yang paling 'aman' adalah orang yang buta huruf dan budek, atau wong ndeso sing gak eruh opo-opo. Pikiran mereka freshhh. Dengan kebutaan dan kebudekannya itu pikiran mereka tidak terkontaminasi oleh berita-berita ngawur yang beredar di dumay.
---Konon orang budek itu umurnya panjang lho. Kok bisa gitu??? Karena tiap kali dipanggil Tuhan, dia nggak dengar. Towengwengwengwengwengggggg---
Pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini adalah media yang paling kredibel pun tidak bisa dijamin validitas beritanya. Jadi jangan gampang menganggap berita itu valid karena diberitakan oleh media yang kredibel, walaupun nara sumbernya juga orang penting.
Ini pelajaran buat mereka yang suka ngrasani pemerintah. Jangan ngrasani pemerintah kalau sumbernya dari berita-berita di internet. Berita-berita yang ada di dumay itu adalah berita yang dibuat oleh pembuat berita. Mereka dibayar untuk membuat berita. Berita dengan membuat berita itu beda.
Pembuat berita itu beritanya tidak otentik, karena sudah dipoles dan dibumbui dengan bahasa yang 'wah'. Apalagi berita politik. Berita politik yang ada adalah versi kebencian dari kubu A atau B. Jelas tidak ada kemurnian di berita-berita tersebut.
Internet itu tempat ngumpul para bajingan sedunia. Dengan memakai akun palsu mereka bisa lempar apa saja ke dumay tanpa rasa berdosa, malu dan takut. Dan gerombolan ndlahomer seperti saya ini langsung mengkonsumsinya mentah-mentah. Setelah itu digoreng lagi dijadikan tulisan baru. Kalau ada istilah junk food, maka yang ini disebut junk note.
Jadi waspadalah pada berita apa pun, jangan gampang percaya. Tabayyun jelas sulit, karena kita nggak bisa menjangkau sumbernya sampai ke ring satu. Latih saja sensormu. Bagaimana caranya? aku gak eruh.
Kalau anda punya jam terbang tinggi dalam hal membaca berita, anda akan bisa memilah dengan sendirinya, mana berita yang bagus dan mana yang mbladus. Seperti pengendara motor yang lama di jalan raya, dia akan paham pengendara motor di depannya akan belok kanan atau kiri walau tanpa menyalakan lampu sein, hanya dengan melihat gelagatnya.
Wis ah, jangan percaya begitu saja tulisan ini, bisa jadi ini hoax!
(c) Robbi Gandamana, 18 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar