Senin, 04 September 2017

Berjilbab Itu untuk Menutupi Kecantikan? yang Benar Saja!



Membaca postingan soal jilbab di sebuah grup fesbuk, sebut saja Muslim Jos, kepala saya jadi cenut-cenut. Postingan tersebut menyebutkan bahwa berjilbab itu fungsinya untuk menutupi kecantikan wanita. What!?

Jadi kalau bude atau mbokde yang sudah uzur, yang mukanya jelek, nggak wajib jilbaban? Ingat, nggak semua wanita di dunia ini cantik. Banyak juga yang mblendes. Apakah yang masuk kategori jelek (hayo ngacung) nggak wajib berjilbab?

Gile lu Ndro. Orang yang wajahnya jelek bersusah payah agar terlihat cantik, kok ini malah nggak boleh cantik. Emane rek.

Saya nggak anti jilbab, cuman kok rasanya kurang pas kalau tujuan berjilbab itu menutupi kecantikan. Suami mana yang nggak galau kalau istrinya ijin berjilbab agar tidak terlihat cantik. "Oala dik dik, raimu iku pas-pasan, gak ayu-ayu banget, kok malah ate kok ilangno ayune, " kata si suami sambil tepok jidat.

Justru banyak wanita berjilbab yang jadi terlihat cantik. Karena ternyata jilbab bisa juga untuk menutupi kekurangan, sori. Apa karena rambut tipis mberodol akibat salah shampo atau rambut kriwul kayak dakron susah ngurusnya (hayo ngaku). Tapi itu no problem.

Yang aku tahu jilbab itu berfungsi  untuk menutupi dan melindungi keindahan wanita yang berpotensi membangkitkan syawat lelaki. Jadi apa pun yang ada di diri wanita yang berpotensi bikin pria ngaceng, wajib ditutup. Nggak perduli kamu cantik atau tidak.

Cantik itu pasti indah, tapi wajah cantik itu tidak pasti membangkitkan nafsu syahwat. Hanya pria kelainan seks yang langsung 'greng' hanya dengan melihat wajah cantik. Yang pasti membangkitkan syahwat itu bodi dan alat seksual wanita. Bukak titik jozzzz.

Dan jilbab itu nggak cuman menutupi. Ditutup tapi kalau bodi dibalut dengan ketat ya sama saja Bude, bikin ngiler lelaki. Karena itu yang seharusnya dijilbabi. Kalau wajah dan rambutnya sih nggak ngacengable. Walau ada memang cewek bermake up dan bergincu menor plus gaya bicara yang mendesah-ndesah sok sexy. Itu yang membuat sebagian pria bergetar pelinya.

Iman juga butuh proses dan nggak bisa distandarisasi. Butuh keluasan hati untuk memaklumi kalau taraf  berhijabnya masih jilboob (bahkan yang tidak berjibab). Yang penting ada kemauan untuk terus meningkatkan level imannya, Insya Alloh melbu surgo. Aamiin.

Juga nggak perlu mempermasalahkan jilbab modis, trendy atau gaul. Karena Jilbab gaul itu bisa menarik minat para muslimah untuk berjilbab. Dan itu juga memperkaya jilbab. Nggak sekedar jilbab, tapi ada usaha untuk memperindah. Manusia itu makhluk yang berbudaya. Dulu kursi hanya berupa potongan kayu yang dipotong-potong. Sekarang kursi diukir, dicat, dibentuk sedemikian rupa agar terlihat indah.

Baguslah kalau kamu ingin mempertahankan jilbab oldschool (syar'i ) sampai titik darah penghabisan, tapi nggak perlu memaksa orang lain agar jadi seperti dirimu dan nggak perlu juga mengejek mereka karena memakai jilbab trendy dan gaul.

Islam itu soal kemajuan, lha kok malah mundur ke belakang kembali ke abad 7 masehi. Teknologi tekstil dan industri fashion terus berkembang. Dulu kain cuman dijahit sederhana sekedar untuk menutupi badan, sekarang didesain sedemikian rupa. Nggak cuman sekedar fungsi, tapi memperhatikan keindahannya juga, karena manusia butuh keindahan.

Tuhan Maha indah dan mencintai keindahan. Manusia adalah pengejawantahan dari Tuhan, karena itulah manusia juga suka dan butuh keindahan. Semua tergantung niat dan tujuannya. Selama tidak bertujuan pamer, boleh saja. Tampil rapi dan enak dipandang mata di depan orang lain itu juga ibadah. Karena itu juga menyenangkan orang khan.

Tidak semua keindahan membangkitkan syawat. Menurutku jilbab yang indah tidak membuat pria onani. Jadi nggak masalah mau jilbab syar'i, jilbab gahul, jilbab gajul, yang penting tingkah laku di masyarakat baik. Ada dan siap saat orang lain membutukan pertolongan.

Sudahlah, nggak perlu mendiskreditkan kostum orang. Sudah jilbaban masih saja dicari-cari kesalahannya. Banyak anak Kyai atau Ulama yang malah tidak berjilbab. Lihat saja Najwa Shihab, Yenny Wahid, juga putrinya Cak Nun. Bagi mereka lebih penting pakai pakaian yang terhormat daripada berjilbab tapi berbusana ketat.

Saya nggak ngomong baju ketat itu tidak terhormat lho ya. Tapi menonjolkan susu montok dan bokong semok itu bisa diartikan permisif pada semua lelaki untuk menikmati. Itu bisa mengundang pikiran mesum mampir di otak lelaki, yang akhirnya dilanjut dengan melakuken hal yang buken-buken di kamar mandi. Sabun mana sabun.

Monggo saja kalau memilih untuk jadi sexy, itu urusan pribadi wanita dengan hidup dan Tuhannya (jika berTuhan).  Sexy is not a crime. Tapi sebenarnya cewek sexy lebih bisa merusak karier lelaki. Walau sexy nggak selalu cewek yang berbaju ketat atau berbaju minim. Semua bisa sexy, tergantung imajinasi si lelaki. Cewek yang berjilbab syar'i pun bisa sangat sexy. Ojok salah Jum.

Kapasitas manusia untuk bisanya hanya mengajak atau mengingatkan, tidak memerintah atau memaksakan. Begitu juga dengan Qurasih Shihab, Gus Dur atau Cak Nun, mereka tidak bisa memaksakan putrinya untuk berjilbab. Hidayah 100 % kuasa Allah. Lha wong sekelas Nabi Luth saja gagal mengajak istrinya beriman kok. Juga Nabi Nuh pada anaknya. Sudah tahu kisahnya khan? Itu Pelajaran Agama Islam anak SD.

Wis ah, soal jilbab cukup sampai sini saja. Untuk lebih detailnya tanyakan ustadz anda masing-masing. Saya bukan ustadz. Saya cuman memberdayakan akal pikiran saya. Di zaman ini semakin banyak muslim yang pikirannya keseleo karena tidak menggunakan akal dengan benar. Ada yang seolah-olah benar tapi dengan cara menyalahkan orang lain.

Islam adalah agama yang aqliyah, sangat mengutamakan akal. Akal Itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Seberapa hebat sistem nilai yang terkadung di Al Qur'an tidak ada gunanya bila tanpa menggunakan akal. Al Qur'an akan sia-sia jika disodorkan ke kambing, lha wong kambing nggak dikarunia akal, adanya cuman otak.

Ingat kata Ustadz Nganu, "Afala ta'qilun afala tatafakkarun. Apakah kamu tidak menggunakan akalmu? Apakah engkau tidak berpikir?"

Jadi, alat utama untuk berIslam itu bukan Al Qur'an, tapi akal. Islam itu sistem nilai. Al Qur'an itu cuman menghantarkan Islam, bukan Islam itu sendiri. Ibarat seseorang pria yang jatuh cinta pada seorang cewek. Si pria memberikan bunga pada si cewek sebagai tanda cinta. Cinta tidak terletak pada bunganya. Bunga itu cuman menghantarkan cinta si pria.

Kalau anda tidak paham dengan tulisan saya ini, kemungkinan besar anda tidak menggunakan akal anda dengan benar. So, gunakan akalmu! Jangan melakukan sesuatu tanpa pemahaman.

(C) Robbi Gandamana, 25 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar