Selasa, 22 Agustus 2017

Mata Najwa itu Palsu




Di zaman yang serba cepat ini, begitu cepatnya obrolan di medsos berganti topik. Topik yang kemaren belum tuntas, sudah diganti topik yang baru. Sekarang topik yang lagi anget adalah kasus Opick yang kena masalah karena peligami.

Tapi sori, saya sudah bosen mbahas peligami, wis tau. Saya lagi ingin mbahas Najwa Shihab. Mungkin agak basi, tapi gak ngurus, karena sampai hari ini, masih ada yang menyayangkan hengkangnya Najwa Shihab (NS) dari Metro TV, meninggalkan acara Talk Show-nya yang legend itu---> Mata Najwa.

Saya sendiri nggak "berbela sungkawa" atas berakhirnya program Mata Najwa. Kenapa? Lha wong saya nggak pernah nonton sejak TV saya rusak sejak setahun yang lalu (pantatsss). Yang jelas saya maklum, NS pastilah bosen 17 tahun nggambleh di acara yang sama.

Tapi, semua acara di TV itu sebenarnya cuman dagangan. Itu soal kapitalis, jangan terlalu diambil hati. Begitu juga dengan Mata Najwa. Pastilah cari untung atau memihak (membela) yang menguntungkan.

Oke, NS memang cerdas. Tapi NS itu juga manusia seperti kita. Kalau anda jeli mengamati, anda akan tahu bahwa NS itu sebenarnya juga "asal boss senang" sama seperti sikap kebanyakan buruh pada majikannya. Itu terlihat dalam menyikapi atau memberikan pertanyaan pada nara sumber yang diundang di acaranya.

Jika yang diundang Jokowi, Prabowo, Dahlan Iskan, Risma atau orang yang banyak lover-nya, maka pertanyaannya aman, tidak menjebak, nyantai, rileks, penuh tawa, piss man. Beda jika nara sumbernya Angel lelga (artis yang nyaleg), Suadi Yahya (Walikota Lhokseumawe, soal Perda ngangkang), pokoknya yang banyak hater-nya, pasti pertanyaannya berat, mbulet, penuh jebakan sampai njawabnya glagepan kudu nangis.

---Sori Ndes, saya bukan fan Angel Lelga atau lovernya Suadi Yahya. Saya tidak sedang membela
mereka. Dan tentu saja juga tidak membenci atau anti Najwa Shihab. Biasa ae---

NS bakalan kena masalah jika pertanyaan yang diberikan sama mbuletnya pada tokoh yang dianggap punya nama besar. Bayangkan saja kalau NS kasih pertanyaan yang mbulet penuh jebakan pada Dahlan Iskan dan Dahlan Iskan njawabnya gelagepan sampek mripate mrabak mili. Metro TV bisa kehilangan jutaan pemirsa (Dahlan Iskan's Lover) plus iklan. Benjut jaya.

Aroma dagang merebak di tayangan TV, terutama TV Nasional. Jangankan Mata Najwa, acara pengajian pun itu sebenarnya dagangan. Mereka itu sedang jualan, bukan karena TV tersebut alim beneran. It's such a bussiness!

Cak Nun pun dulu (nggak tahu kalau sekarang) punya keinginan agar TV nasional tidak menyiarkan siaran agama : adzan maghrib, pengajian dan lainnya. Agar benar-benar jelas kalau setan!

Kemunafikan TV Nasional akan terlihat jelas saat bulan puasa. Semua host-nya pakai busana muslim. Yang wanita pakai kerudung , yang pria pakai baju taqwa dan kopyah. Saat mengawali acara mengucapkan salam "Assalamualaikum Wr Wb". Padahal biasanya siaran pakai tank top, susune mecotot, celono hipster melorot, ngomonge pating pecotot.

Para ustadz yang mengisi pengajian di TV nasional kebanyalan jenis "Ustadz Halal Haram" (istilahnya Sujiwo Tedjo), yang memberikan ilmu agama berdasar tafsir terjemahan Depag, tanpa pemahaman mendalam. Mengenalkan madzhab sebagai agama. Padahal madzhab itu bukan agama. Ibarat kayu itu agama. Madzhab itu kursi, meja, atau benda yang terbuat dari kayu.

Oke, kembali ke soal NS.

NS itu cuman orang yang beruntung dipercaya Metro TV membawakan program Talk Show yang namanya dipakai judul. Sama beruntungnya dengan Tukul Arwana yang sukses dengan Empat Mata, walau beda kelas. ----Ya iya lah, kalau soal kecerdasan jangan samakan Najwa Shihab dengan Tukul Arwana bla bla bla bla off the record---Mungkin nasib NS berbeda jika bukan anaknya Quraish Shihab. Mungkin.

Jadi, tidak ada kesucian di siaran TV nasional. Ditonton boleh, diyakini jangan. Karena banyak kepalsuan di sana. Seperti acara pengajian di TV nasional, itu bukan peristiwa religius tapi peristiwa dagang. Begitu juga dengan acara Mata Najwa. Jadi, pada semua itu sikapku sangat tegas : Fuck off!
Zuukkk.

(C) Robbi Gandamana, 22 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar