Asem, bulan Agustus memang bulan yang penuh dengan penutupan jalan. Apa itu buat pernikahan (bulan Syawal, bulan besar, bulan yang baik untuk nikah), kerjabakti, lomba, dan puncaknya malam tirakatan atau syukuran HUT RI. Lha kok ndilalah masih ditambah dengan penutupan jalan karena ada yang meninggal. Ya Alloh, mati kok yo pas lomba pitulasan.
Penutupan jalan memang bikin keki pengguna jalan, karena harus muter lewat jalan alternatif, bahkan juga lewat jalan tikus. Ada yang kesasar masuk dapur orang. Ada yang terpaksa ngikut mobil di depannya karena nggak paham jalan, eh lha kok tahu-tahu sudah ada di garasi orang yang diikuti tadi. Ya'opo se rek.
Kalau pengendara motor nggak repot banget, yang stress itu yang pakai mobil. Jalan di kampung nggak konduksif buat mobil, sempit Ndes. Repotnya kalalu berpapasan dengan mobil lain. Harus ada yang berhenti, mobil satunya jalan dengan pelan dan hati-hati. Tergores sedikit bisa nangis gulung-gulung. Apalagi kalau mobilnya Alphard. Tapi jarang ada Alphard di kampung. Kemaren ada yang pamit beli BMW, tapi ternyata yang dibawa pulang BMX. T:T
Rakyat Indonesia memang cuek bin nekad kok. Garasi nggak punya, lahan parkir nggak ada, tapi beli mobil. Akhirnya parkirnya di jalan kampung. Jalan sudah sempit dipakai parkir mobil. Mau ngelarang sungkan, nggak dilarang kok tuman. Sing liyane melok-melok Ndes.
Tapi itulah Indonesia, negeri yang penuh dengan kebingungan. Jalan diaspal atau diplester itu khan agar nyaman dilewati, lha kok malah dikasih polisi tidur. Malah jadi nggak nyaman lagi.Gronjalan bosss. Karena kesadaran kita dalam berkendara masih primitif, akhire podo gemblung kabeh. Apalagi namanya "polisi tidur", itu khan sarkas sebenarnya. Polisi mangkel asline, "taek rek."
Pernah saat HUT POLRI, ada lomba nggambar khusus anak TK, syaratnya nggambar polisi. Ada seorang teman yang anaknya iku lomba minta saran ke aku. Yo wis kusarankan nggambar saja polisi tidur alias gundukan yang melintang di jalan. Salahe sopo.
Disamping jalan ditutup paksa dan kondisi jalan yang nggak nyaman (banyak polisi tidur), juga ada peraturan bagi pengguna jalan yang membingungkan (maaf pak polisi). Ngasih aturan : lampu motor harus dinyalakan di siang hari. Lha wong di sini iklimnya nggak berkabut. Siang hari bolong, tanpa lampu semua terlihat dengan jelas. Dan pengendara motor adalah pengguna jalan mayoritas. Sialnya, lampu sepeda motor sekarang terang sekali, silau men.
Tapi segala kebingungan itu sama sekali nggak masalah buat rakyat Indonesia. Mereka nyaman-nyaman saja. Jalan itu khan milik umum, dipakai untuk kepentingan umum. Tapi di Indonesia, jalan ditutup untuk kepentingan pribadi, apa itu pengajian pamitan haji, resepsi nikah, arisan keluarga, dan lainnya. Asyik yo, kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Sopo guru PKn-mu mbiyen rek.
Yo wis jarno, sing penting rukun, gak tawuran ae. Aku nulis ini juga karena bosen nunggu donlotan film "The Lost City of Z" (Siti ilang nang endi) kok belum juga beres. Daripada bingung, nulis ae. Lumayan yo tulisanku huwehehe, ayee.
Mari kita bingung! Elingo, Urip iku cuman mampir bingung. (Hadits riwayat Musyrik).
Zuukkkk.
(C) Robbi Gandamana, 17 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar