Jumat, 30 September 2016

'Nabi' Mario Teguh



Ini tulisan lama dan tulisan pertama saya di Kompasiana. Saya sundul kembali mumpung masih anget berita kasus Maryono Teguh menolak megakui Kiswinar sebagai anaknya. Dan ini sudah di-share dimana-mana dgn copy paste sekenanya yg membuat tulisannya jadi morat-marit. Kecewa...

Oke langsung saja..

Sebelum membahas lebih jauh ngalor ngidul ngulon ngetan, perlu anda semua tahu bahwa saya ini bukan hater Mario Teguh (MT), tapi juga bukan lover-nya. Saya cuman merefleksikan gelisahan saya pada dampak kata-kata motivasi MT yang ditimbulkannya di kalangan masyarakat umum.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Atau bahasa sederhanya kata-kata motivasi adalah kata-kata yang menyemangati, tak kurang dan tak lebih. 

Motivasi Itu baik dan perlu untuk kita agar lebih mantap  beraktifitas, semangat dalam mengejar mimpi, nggak loyo, ndlahom. Tapi sori pakde, saya sendiri nggak suka dimotivasi. Mau berbuat baik, berbuat saja, nggak nunggu motivasi. Gak ngurus!

Kata-kata motivasi MT jadi masalah ketika mereka mulai meyakini dan mengamini serta melupakan sumber segala motivasi yang ada dunia ini--> Kitab Suci, default dari segala motivasi. 

Maka berduyun-duyunlah pemuja MT, manusia labil yang kurang sekali pendidikan agamanya. Yang biasa hidup secara instan--> kendaraan dibelikan, rumah warisan, sekolah disekolahkan, dapat kerja karena dititipkan, pokoknya segala kebutukan dicukupi orang tua, tanpa melewati masa-masa pahit untuk mendapatkan itu semua.

Sejak tampil di TV di acara De Gondes Wis, karir MT mulai merangkak naik dikenal masyarakat yang memang saat itu sedang cupet belum bisa beranjak dari keterpurukan krisis moneter. Harga kebutuhan mahal, lapangan kerja terbatas..PHK dimana-mana, biaya sekolah selangit, bla bla bla. 

Jrenggg!! MT datang bak satrio paningit yang membebaskan kegelisahan dengan kata-kata motivasi yang aduhai, menghujam tepat ke hati yang sekarat, jiwa-jiwa yang koma, menjelma doktrin.

Gaung MT dengan segala quotes-nya itu, sudah benar-benar melekat dan menjadi semacam kitab suci bagi para pengemarnya. Bahkan ada sebagian orang yang mengganggap MT adalah seorang Sufi??? What the hell! 

Ya'opo se rek, Sufi adalah seseorang yang meninggalkan segala hal yang berbau keduniawian. Bagaimana MT bisa disebut Sufi kalo dia pasang tarif sekali nyocot 125 juta!! O_O,  Itu belum termasuk akomodasi dan lainnya.

Urusan akhlak dan dagang harus dipisahkan. Seorang motivator, ustadzz atau guru, transfer ilmu atau memberikan pencerahan itu adalah pelayanan kepada manusia. Jadi mereka dibayar bukan karena transfer ilmu tapi karena waktu yang dikorbankan, akomodasi, tenaganya dan seterusnya. 

Derajat ilmu akan rusak karena dikapitalisasi atau diperdagangkan. Maka sekarang banyak orang yang pinter ngaji atau pinter teori tapi akhlaknya ancur minah.

Sufi  juga butuh makan tapi tidak se-matre itu Mblo. Sufi itu mencukupi kebutuhannya hanya sebatas yang dia butuhkan untuk sekedar hidup dan ibadah. Apalagi Mario Teguh juga membenarkan bahwa wanita itu boleh matre dan itu perlu. Katanya sih agar laki-laki bersemangat mendapatkan dan membahagiakan wanita matre tersebut dengan jalan kerja keras mendapatkan harta yang dimaui si wanita. 

Aku pikir kasihan sekali Lelaki tersebut. Menurut saya itu melemahkan hakikat arti sebuah cinta, pengorbanan, kesetiaan. Oke, memang dalam banyak hal, harta itu memang penting. Tapi berjodoh itu itu tidak melulu soal harta. Harta itu puenting tapi bukan yang terpenting! Kalau Anda berkeyakinan Harta adalah hal yang terpenting maka anda akan jadi budak dunia.

Harta yang berlimpah tidak menjamin hubungan lelaki dan perempuan bakalan bahagia, langgeng. Dan pastinya dalam kitab suci agama manapun materialistis itu nggak dibenarkan. Karena memperTuhankan benda, kemaruk terhadap harta, berbangga-banggaan, bermewah-mewah yang sifatnya sementara saja di dunia.

Banyak yang Bilang 'Hidup nggak semudah cocotnya Mario Teguh'. Itu Benar! Karena memang kebanyakan memang teori semata. Tapi memang nggak semua kata-kata MT itu bullshit. 
Ada beberapa kata-kata MT yang saya anggap ada benarnya. Misalnya agar kita tidak terlalu hemat dalam hidup dengan tujuan biar kita tahu kapan saatnya harus 'bergerak'. 

Orang yang pandai berhemat, digaji berapapun atau gaji nggak pernah naik akan tetap bisa hidup, karena pintar menyiasati dengan hemat tadi. Akibatnya karirnya nggak berkembang, jalan di tempat. T:T

Sebenarnya saat kita mulai merasa kurang itulah, kita seperti diberi tahu bahwa kita harus 'bergerak' mencari income yang lain. Dan orang akan lebih gampang menemukan potensinya saat mereka kepepet (the power of kepepet). Karena itulah saya nggak mau terlalu hemat, biasa ae. Yang penting nggak boros atau berlebih-lebihan.

Bagi saya, MT itu manusia biasa seperti kita yang berdagang jasa lewat rangkaian kata-kata manis yang sebagian diculik dari kitab suci dan sebagian lagi dari pemikirannya sendiri yang saya akui memang syuperrrr, gaul, kekinian. Yang bisa memabukan siapa saja, menyemangati jiwa-jiwa galau labil dan putus asa. 

Jadi Mario Teguh bukan seorang Sufi apalagi Nabi, cuman seorang realis yang butuh uang dan kejayaan. Well, that's all, 

Be carefull what you choose to believe!

Robbi Gandamana, 20 Januari 2014

Tak Ada Orang yang Bisa Meniru Poligaminya Nabi

Bicara soal poligami jadi ingat cerita tentang Tuan Guru (kyai) di Bima yang istrinya sakit-sakitan. Si istri rela dan mempersilahkan Tuan Guru (suaminya) untuk mencari istri baru karena dia sudah tak sanggup memenuhi kewajibannya sebagai istri.
Kalau kita yang ditawari oleh istri seperti itu, pasti langsung ganti status hubungan di fesbuk : Lagi Jomblo, dan mulai hunting daun muda. Tapi tidak dengan Tuan Guru, doi menolak berpoligami yang ditawarkan istrinya tadi, alasannya, "aku mau membuktikan bahwa kamu tidak salah memilih aku jadi suamimu..."
Joss gandoss..emejing!..ijin share..
***
Tapi aku yo salut karo wong wedok sing gelem dimadu. Kok gampang banget diakali yo? Diiming-imingi surgo karo bojone : " dik, nek awakmu ikhlas, sabar nrimo aku rabi maneh..dijamin melbu surgo. wis talah percoyo ae.."
Tapi onok wong wedok sing ikhlas jadi istri kedua, ketiga..kelimabelas, sing penting suami sanggup memberikan materi berlimpah. Gak ngurus lanange tuwek, wetenge mblendung..pokoke ngono iku lah.
Biasane arek2 wedok sing jargone : "Succes is sexy". Jujur, aku gak paham maksude. Kata 'sexy' itu berhubungan dengan bodi, kok materi. Apa ya mereka ini jenis manusia yg bisa terangsang dengan uang atau materi. Saat bercinta membayangkan barang mewah : "Oh yesss BMW..oh No Truntung..oh my God Ferrari.."
***
Sori, aku sedang 'sok tahu' dalam soal ini. Aku nggak paham agama blasss. Tapi gak ngurus, wong iki cuman NGGEDABRUS kok. Percoyo karepmu, gak percoyo urusanmu. Opo prengat prengut ae!? Gelut a!? huwehehehe guyon mas..
Yang kutahu ayat yg sering dipakai dalam poligami adalah : "...nikahilah wanita-wanita yang kalian senangi, dua atau tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah satu wanita saja."
Menurut junjungan saya, Kyai Mbeling, (nek menurut aku dewe mesti ganok sing ngreken) ayat di atas adalah ayat diskusi, bukan ayat hukum. Kalau bahasa hukum itu tegas, ayatnya akan seperti ini : "Menikahlah dengan perempuan yang kalian senangi maksimal empat perempuan."
Kalimat '..bila kalian takut tidak bisa berbuat adil..' adalah kalimat mengajak kita utk berpikir. Opo iyo menungso iku iso adil??? Nggak Mblo! Manusia bisanya hanya berusaha seadil-adilnya. Dan akhirnya ada 'ayat penutup' : "..Sesungguhnya manusia tidak akan pernah bisa berbuat adil."
Jrengggg...matek koen,,
Jadi kalau ada yang ngotot berpoligami bukan karena keadaan yang darurat, maka dia termasuk orang mbegedut, gak tawadlu blas, seolah-olah ngomong ke Tuhan : "Tenang ae bosss..aku adil kok...pokoke beres wis..tosssss"
****
Asline poligami nggak masalah, dengan catatan : bila keadaan darurat. Misal dalam masa perang , jumlah pria lebih sedikit dari wanita karena gugur dalam peperangan. Dan keadaan darurat lain (pikiren dewe, golek enake tok ae koen iku..)
Onok maneh sing ngomong nek pejantan itu tak cukup satu betina. Wadoh, kok seneng menyamakan dirinya dengan hewan. Koen iku tengu opo menungso? Hewan tak punya akal pikiran sehingga tak diberlakukan aturan/hukum. Sakarepe, mau kawin sama betina 50 ekor nggak masalah. Nek awakmu yo iso dengkule kopong..
Menurutku, nek soal poligami gak usah nggaya niru Nabi. Maqam-nya beda. Nabi itu jenis manusia intan permata. Lha kita ini cuman kerikil, paling banter yo akik. Iku ae durung dipoles.
Tapi aku gak ngurusi wong poligami. Sakarepmu. Pokoke carilah pembenaran2 yg paling logis (buanyak sekali, tanyakan Mbah Google­) agar cita2 poligami ente bisa lancar jaya sumber selamet sugeng rahayu handoyo..oyeee..good luck!

Ceramah Agama Yang 'Ngeri'

Jujur aku 'ngeri' kalau ada khatib jum'at ceramah dengan berapi-api menuding-nuding agama lain dan atau suatu tradisi nenek moyang yang dianggapnya musyrik. Yang suaranya terdengar jelas sampai jauh keluar dari areal masjid.
Padahal di lingkungan sekitar masjid tidak semuanya muslim. Buanyaak orang nasrani, Islam Jowo, Islam rileks, Islam angin-anginan, Islam insidental (shalat cuman pas ono gerhana matahari) dan keyakinan yang lain.
Menurutku kok nggak etis kalau kita bicara blak-blakan tentang keburukan atau kekeliruan keyakinan orang lain (menurut agama kita) tapi umat yang kita bicarakan mendengarnya dengan jelas. *__*
Untungnya di negeri ini mayoritas muslim. Kalau minoritas, the khatib tadi pasti sudah digeruduk sama umat lain yang merasa tersinggung, tersindir oleh kata-kata yang menohok.
Coba saja bayangken kalau umat agama lain yang bicara tentang keburukan dan kesalahan keyakinan kita dengan pengeras suara. Dan kita mendengarnya dengan jelas, apa kita nggak gondok? Dijamin pasti ngelu ndasmu. Jiancokk!!
Makanya dari dulu aku lebih suka kalau ceramah di masjid saat jum'atan, kotbahnya tidak terdengar sampai jauh di luar areal masjid (lingkungan sekitar). Cukup adzan dan iqamah yang suaranya terdengar kemana-mana. Njagani nek ono ustadz 'kaku' koyok ngono iku maeng. Ilmune duwur malah gak iso guyon, kudu ngamuk ae. Soale kepingene wong liyo kudu podo karo keyakinane.
Memang kita diharuskan berani berkata benar walau itu pahit. Tapi ya tetep dengan cara yang elok, maknyus, selowww, tepo seliro. Gak medeni bocah koyok ngono iku maeng.
Bukannya takut bicara kebenaran tapi takut menyakiti perasaan. Apalagi soal keyakinan, rawan sekali, agama tidak bisa disebarkan pada orang yang sudah beragama. Manusia tidak bisa memberikan hidayah. Tugas manusia cuma mengingatkan, setelah itu bukan urusan kita, urusane dewe karo keluargane...gak ngurus.
Lha wong Nabi Muhammad saja tidak bisa meng-Islam-kan pamannya sendiri dan malah ditegur Allah, “Woii Mad, sak temene koen iku gak iso ngeke'i hidayah nang wong sing kok cintai."
Nabi Nuh juga tidak sanggup mengajak anaknya untuk ikut ke dalam ajaranNya. Istri nabi Luth juga benjut jaya, durhaka dan pro LGBT.
Sekaliber nabi saja nggk mampu membelokan keyakinan seseorang, kok raimu malah nggaya mekso wong podo karo agamamu.Hidayah agar seseorang bisa melakukan ketaatan adalah kuasa Allah. Sedangkan kita sebagai manusia hanya bisa memberikan penjelasan pada kebenaran.
Jadi nggak usah nuding-nuding, teriak-teriak kafir apalagi main pentungan. Yang sudah 'menemukan' kebenaran nggak usah sok-sokan, hormati mereka dalam proses menemukan. Mikir positif ae yo..babah wis.
Bagiku ayat “Agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam” adalah ayat godaan. Tentu saja aku nggak nolak ayat itu. Aku yakin 1000 % dengan ayat itu. Cuma lihat saja berapa banyak orang yang jadi sombong, merendahkan dan menuding-nuding umat agama lain karena salah menyikapi ayat tadi.
Pasti semua agama meyakini bahwa agamanya paling benar dan diterima di sisi Tuhan. Konyol kalau tidak meyakini itu. Gendeng ta..
Ah, embuh wis...

HAM Is My Ass!


Rupanya trend retro tidak terjadi di dunia fashion atau otomotif saja, dalam kehidupan sosial budaya pun masyarakat dunia kembali ke jaman Nabi Luth. Berdalih HAM (Hak Azasi Manusia), nikah sesama jenis dilegalkan. Karena HAM, orang rileks telanjang di alun-alun. Atas dasar HAM, manusia dipersilahkan kawin sama wedus.

Kita pun ikut-ikutan mblendes, atas nama HAM guru mencubit murid dipenjarakan, bapak menampar anaknya sendiri, dipenjara. Lama-lama kita jadi mrongos karena men-dewa-kan HAM, konsep ideologi yang diadopsi dari Amrik (Barat) itu.
Tanpa konsep HAM pun kita punya hukum (adat maupun negara) yang tegas untuk menangani penculikan aktivis, demonstran ditembak, babu disepak ndase sama majikan..
Menurut Cak Nun, konsep HAM itu sebenarnya adalah ideologi Anti Tuhan. HAM adalah ideologi untuk melakukan apa saja, termasuk juga agar untuk tidak apa-apa kalau dianggap hewan.
Seharusnya visi utama kita adalah Kewajiban Asazi Manusia. Jadi, perilaku kita harus dalam batas manusia, jangan berlaku non manusia, jangan berlaku setan, jangan berlaku malaikat, jangan berlaku hewan, jangan berlaku tanaman (dadi eling konco mabuk sing macak dadi tumbuhan). Maka yang paling tepat adalah Wajib Azasi Manusia, bukan Hak Asasi Manusia.
Hanya Tuhan yang punya hak, manusia hanya punya kewajiban. Dalam hubungan sosial, manusia punya hak karena memiliki 'saham' (Nek gak tau mbayar iuran, gak tau kerja bakti, ojok nuntut hakmu Jek). Hak manusia hanya satu, hak memilih saat Pileg, Pilgub, Pilpres...
Sebelum Tuhan menyuruh manusia menyembah diriNYa, Tuhan menyediakan dulu semua kebutuhan hidup manusia : air, tumbuhan, hewan dan semua yang ada di alam semesta, termasuk akik.
HAM itu salah satu cara Amerika untuk menipu kita. Mereka tidak punya budaya lokal. Mereka adalah kumpulan orang yang tak punya akar dari berbagai macam negara.
Amerika sendiri tidak menerapkan HAM. Tengoklah kasus pelecehan, pemerkosaan warga sipil dan tawanan perang di Irak dan Afghanistan, melakukan penyadapan jalur komunikasi dan memata-matai negara lain, mendanai Israel menginvansi Palestina, dan masih banyak lagi.
So let's shout it out : "HAM is my ass!"
Orang Amerika tidak pernah punya akar. Mereka adalah orang yang terlepas dan melepaskan dirinya dari akar. Mereka berkumpul menjadi satu dan membuat ideologi dunia.
Globalisasi yang datang dari Amerika harus diruwat, 'racun-racun'nya harus dilenyapkan. Arab juga harus digarap. Tidak malah menjadi orang Arab. Lahir, hidup dan besar di Jawa kok jadi orang Arab. Ya'opo se koen iku.
Dalam konsep hubungan baik pada orang tua (istilah ustadznya 'Birrul Walidain'), kita adalah bangsa yang paling punya keluasan hati untuk menerapkan konsep itu. Jadi Islamnya orang Arab beda dengan Islamnya orang Jawa. Secara prinsip akidah dan akhlaknya sama, tapi output kebudayaan Islam itu beda.
Di Jawa ada istilah 'mbak', 'mas' bagi orang yang lebih tua. Di sono langsung panggil nama orangnya, tak perduli itu orang tua. Cobak bapake tonggomu kok celuk jenenge langsung, iso dijejek manukmu.
Kita punya budaya sopan santun bahasa kepada orang tua yang tidak dimiliki Amerika, bahkan Arab. Berbicara pada orang yang lebih tua bahasanya berbeda dengan yang lebih muda atau seumuran.
Dalam budaya kita, semakin tua semakin dijunjung. Di Amerika tidak ada, begitu umur pensiun langsung dijebloskan ke panti Jompo. Itu siksaan bagi para orang tua di Amerika.
***
Selama jutaan tahun kita teracuni oleh pikiran bahwa Barat itu hebat. Keyakinan itu berakar urat di kepala. Seolah-olah orang bule itu manusia kwalitas super. Dinikahi orang bule bangganya setengah mati. Pringas pringis turut embong..
Artis sinetron yang laris manis pun banyak yang blasteran bule. Dan peran untuk orang yang status sosialnya rendah (babu, office boy) pasti artis pribumi yang wajahnya ndeso. Logat bicaranya medok (Jawa) buanget. Seolah-olah orang yang bicaranya medok itu pekok, ndeso, kuno, ndlahom..
Barat memang hebat di teknologi (itu karena ada uang) tapi hancur di akhlak, nggak tangguh (terbiasa hidup nyaman), sentimentil dan ngacengan.
Okelah ada beberapa hal yang bisa kita tiru dari Barat. Misal dalam hal kesadaran akan hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, mau antri dengan tertib. Tapi dalam hal budaya, ideologi...mereka mblendes total.
Nggak papalah ngefan Metallica, Kurt Cobain, Batman, Thor...selama diambil kulitnya saja, semangatnya, untuk sangar-sangaran dan gaya-gayaan. Asal tetap jadi orang Indonesia.
Keistimewaan bangsa kita adalah tidak sekolah pun rakyatnya punya mindset hidup yang jelas. Orang Jawa, Sunda, Padang, Madura dan lainnya..punya dasar-dasar ilmu hidup.
Kalau di Jawa ada falsafah 'ngunduh wohing pakarti', 'becik ketitik ala ketara', 'Gusti Allah ora sare' dan lainnya, itu menjadi ilmu standarnya bangsa kita. Di suku lain pun punya falsafah serupa cuman bahasanya berbeda.
Sementara di Barat, harus orang terpelajar yang memiliki mindset nilai kehidupan. Kalau di sini, tukang becak pun bisa dan fasih diajak ngomong soal falsafah hidup. Itu yang membuat kita selalu bisa survive saat negeri ini ditimpa krisis.
Wis ngene ae..intine : Jowo digowo, Arab digarap, Barat diruwat..

*trims buat Cak Nun atas inspirasi dan ilmunya yang dahsyat.

Propaganda Sesat Barat Soal Bahaya Tembakau



“Mitos-mitos kesehatan telah diciptakan. Bahaya tembakau dibesar-besarkan. Semuanya bukan dalam kerangka kejujuran ilmiah, melainkan atas nama kepentingan. Maka, tak banyak yang mau membuka mata bahwa partikel asap rokok bisa diolah menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan." (dr. Saraswati, MPsi, peneliti pada Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas, Malang)
Propaganda dan doktrin sesat dari Barat yang terus menerus soal bahaya rokok akhirnya membuahkan hasil. Kita pun jadi benci rokok (tembakau). Bahkan kaum bergamis yang Anti-Barat pun percaya dengan ilmu kesehatan dari Barat, sampai memfatwa rokok haram.
Propaganda yang bertujuan untuk menghancurkan komiditi tembakau. Karena kualitas tembakau Indonesia joss gandoss. Intinya jangan sampai negeri ini lebih besar, maju dari Barat. Nggak cuman tembakau, banyak yang diisukan nggak sehat oleh Barat.
Apesnya kita percaya begitu saja bualan orang Barat. Segala daya upaya dilakukan pemerintah agar rakyat tidak merokok. Salah satunya dengan ditakut-takuti gambar paru-paru bosok di bungkusnya plus tulisan "Rokok Membunuhmu".
Dan sekarang pemerintah sudah putus asa, "Mbokneancok arek-arek iku, tetep ngerokok ae." Akhirnya harga rokok dibikin fantastis, agar tak terbeli (tapi tenang saja, tetap akan dibeli).
Ketika perusahaan rokok mulai goyah, produksi menurun, PHK besar-besaran, dan lainnya, Phillip Morris siap bla bla bla bla bla...pikiren dewe.
***
Tak banyak yang tahu kalau rokok kretek (di Kudus, Jateng) hadir sebagai penyembuhan. Bahkan rokok pada massa itu dijual di toko obat. Terdapat tulisan di belakang kemasannya : “Kalau Anda batoek dan isep ini rokok, maka batoek Anda akan semboeh.”
Adalah Hadji Jamhari, pria Kudus yang kala itu (awal tahun 1880-an) menderita sesak nafas sejak lama. Tiap kali serangan sesak napasnya kambuh, ia gulung kuming saking menderitanya.
Untuk mengobati penyakitnya ia mencoba memakai minyak cengkeh, digosokkan di bagian dada dan punggungnya. Ternyata ia merasa baikan, tapi belum sembuh sama sekali.
Selanjutnya ia mencoba mengunyah cengkeh. Hasilnya jauh lebih baik. Sampai kemudian terlintas dalam pikirannya untuk memakai rempah-rempah ini sebagai obat.
Caranya sangat sederhana. Cengkeh dirajang halus, kemudian dicampurkan pada tembakau dan dipakai untuk merokok. Dengan cara ini ia bisa menghisap asapnya sampai masuk ke dalam paru-paru.
Hasilnya benar-benar di luar dugaan. Penyakit dadanya menjadi sembuh. Alhamdulillah puji Tuhan..
Cara pengobatan a la Jamhari pun terkenal di seantero penjuru tempat tinggalnya. Teman-teman, sanak famili, tonggo-tonggone, pasukan bodrek, beramai-ramai minta rokok mujarab Jamhari.
Hasilnya, oh yessss oh no oh mai got! Mereka merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa.
Sejak saat itulah rokok kretek populer di masyarakat Kudus. Permintaan pun berdatangan. Akhirnya Jamhari memproduksinya secara massal...
Minyak cengkeh memang telah lama dikenal sebagai penghilang rasa sakit. Tembakau sendiri memiliki manfaat untuk melonggarkan pernapasan. Tapi karena kita ditakut-takuti tembakau, lebih percaya pada ilmu kesehatan Barat, akhirnya kita tinggalkan ilmu kesehatan asli negeri sendiri.
Jadi jangan percaya begitu saja kalau rokok tidak sehat, yang tidak sehat itu cara merokokmu dan tidak merokokmu (bahaya perokok pasif itu juga bullshit!).
Wis ngene ae, percoyo karepmu, gak percoyo urusanmu. Saya sendiri bukan perokok, tidak jualan rokok dan tidak dibayar untuk menulis ini.
Kisah di atas cuman secuil cuplikan dari buku "Membunuh Indonesia", donlot di sini PDF-nya.
***
Ingat pesan Bung Karno :
“Penjajah tidak akan punah dan tidak sudi enyah dari muka bumi Indonesia ini, meskipun pada tanggal 17 Agustus 1945 telah kita proklamasikan kemerdekaan Indonesia!”
MERDEKA ITU MITOS!

Wudhu Pakai Segelas Air? Ciyus? Enelan??


Ceritanya, kemarin saya nonton pidio ustadz yang mencontohkan wudhu cuman pakai air segelas. What!??? Aku langsung garuk-garuk kepalaku *ndlahom jaya*. Apalagi di pidio itu wudhunya di pinggir sungai yang airnya luber-luber gemah ripah loh jinawi. O_O

(Mungkin asyik kalau ada yang membuat pidio parodi, wudhu pakai air cuma satu sendok. Tapi jangan ah, bisa dikecam : Sesat!! Laknatulloh!!, Dajjal!!, Jahannam!!!!)

Seandainya itu hadits shahih, aku nggak akan mengamalkannya, KECUALI TERPAKSA BANGETSSS. Pokoknya wudhu sewajarnya, hemat atau boros itu tergantung sikon. Kalau listrik padam, pompa air mati, baru saya akan wudhu cuma dengan air seadanya, bisa jadi cuman segelas.

Sebelum mengamalkan suatu ayat, harusnya dipahami asbabun nuzul-nya (asal usul turunnya ayat). Ditelusuri dulu, di mana Nabi melakukan wudhu seperti itu. Apakah di sekitar oase, di pinggir sumur, di tengah gurun pasir, di rumahnya pas Sanyonya rusak, atau di tengah laut. Takokno ustadzmu maneh.

Tentu saja ini tidak dalam rangka mengejek, meremehkan wudhu seperti itu. Yang jelas, ayat itu berlaku kontekstual, nggak kaku. Orang yang hidup di padang pasir jelas beda dalam menyikapi air dengan orang yang hidup di negara tropis. Bagus sih meniru cara Rasulullah wudhu cuman pakai segelas air, tapi pahami mengapa, dimana, bagaimana kondisi alam saat Rasulullah melakukan itu.

Seperti orang yang hidup di gunung berbatu-batu nggak masalah menguburkan jenazah hanya dengan menimbunnya dengan batu karena tanahnya keras nggak bisa digali. Nggak harus dalam. Sing penting aman dari hewan, gak mambu, dan seterusnya.

Ya'opo se rek, kitab suci kok disamakan dengan UUD, KUHP, PERPU. Nggak dipahami di mana ayat itu turun. Di Arab air tidak semelimpah di sini. Jadi lucu kalau membersihkan tubuh hanya dengan air segelas, padahal di sekelilingnya air melimpah.

Air Zamzam memang melimpah, tapi hanya ada di satu tempat saja. Tidak di semua wilayah Arab ada sumur Zam-zam. Tapi nggak masalah kalau memang bisa melakukan wudhu seperti, walau lucu juga sih :) .

Wudhu itu khan hakikatnya tidak membersihkan secara fisik, tapi simbolis, membersihkan batin. Kalau kamu ngentut yang dibasuh wajahmu, bukan silitmu. Kalau wudhu itu urusan fisik, maka wudhu harusnya cebok.

Kalau kamu kentut yang malu itu wajah. Karena itu wajah yang dibasuh. Wajah juga yang disuruh bersujud, bukan pantat. Bersujud merendah lebih rendah dari pantat. Karena wajah adalah kepribadian kita. Wajah adalah representatif dari martabat hidup kita.

***
Ada cerita seorang pemburu di pedalaman pulau Nganu. Karena supel, doi bisa akrab dengan penduduk suku setempat. Singkat kata, doi dan seorang penduduk (sebut saja Paimo) mandi di air terjun tengah hutan. 

Saat tengah asyik mandi, tidak disangka ada seorang cewek pedalaman lewat dan melihat mereka berdua yang telanjang bulat. Dengan cepat si pemburu langsung menutupi kelaminnya. Tapi tidak dengan Paimo, doi malah menutupi wajahnya.

Setelah si cewek berlalu, Pemburu bertanya pada Paimo.
Pemburu : "Mo, ada cewek lewat tapi yang kamu tutupi kok wajahmu, bukan kelaminmu?"
Paimo       : "Karena kebiasaan orang sini yang diingat itu wajahnya bukan kelaminnya..."
Pemburu : "@$#(*__*)(O__O)!!!!!!???"

Pesan moral : Silakan telanjang, asal wajah harus ditutupi, karena malu terletak di wajah bukan di kemaluan, huwehehehe guyon rek! Ini contoh logika sesat.

***
Kembali ke soal wudhu yang cuma pakai segelas air tadi.

Maksudnya mungkin mengajarkan hidup hemat. Oke, boros atau berlebih-lebihan itu memang nggak baik, tapi ngirit yang terlalu ngirit itu juga berlebihan. Jadi, yang baik itu yang tengah-tengah, sewajarnya.

Orang yang tiap hari makan di KFC nggak bisa serta merta dibilang boros, lha wong dia pengusaha yang gajinya besar. Jangan disamakan dengan kita, buruh pabrik, seminggu sekali makan di warung kaki lima saja itu sudah boros. Kereee..

Ada lagi yang kaya tapi saat makan lauknya cuman dengan krupuk. Iku yo berlebihan ngirite. Ada garis tipis antara ngirit dan medit.

Agama itu tidak berguna kalau kita tidak siap dengan akal dan logika. Kalau manusia tak pakai akal dan logika, apa bedanya dengan burung Beo yang hanya bisa meniru suara orang tapi tak paham apa yang dikatakannya.

Mau sedetail dan secanggih apa pun sistem nilai yang terkandung dalam Al Qur'an, percuma kalau manusia menghadapinya tidak pakai akal dan logika. Ayat dipahami seperti memahami kitab hukum pidana.

Maka pendidikan Islam nomer satu itu penggunaan akal. Kalau bahasa ustadz-nya : Afala ta'qilun afala tatafakkarun. Artinya, Apakah kalian tak memakai akal? Apakah kalian tak menelaah? Apakah kalian tak berpikir?

Alat utama menjadi orang Islam itu bukan Qur'an, Hadits, kitab, syariat, fiqih...tapi akal dan logika. Quran dan hadits itu alat dan bahan untuk mencari pedoman dari Allah. Mereka bukan subyek, subyeknya akal dan logika.

Karena karunia Tuhan yang terbesar bagi manusia adalah akal, sayang kalau tidak dipakai. Maka ayat suci jangan cuman dibaca doang. Banyak orang ngakunya Ustadzz (paham agama) tapi modalnya cuman hafalan Qur'an terjemahan Depag. Terjemahan yang mirip Google translate itu. 

Ah embuh wis.

Aku juga cuman pembual gemblung yang nggak paham agama. Tapi aku muslim yang paling ikhlas, karena hafalnya cuman surat Al Ikhlas. Pesanku, jangan belajar agama cuman dari internet tok dan jangan percaya tulisan ini!

***
SORI, TIDAK MENERIMA PERBEDAAN.

Ini pidio-nya, cekidot : 



Kamis, 29 September 2016

Tak Ada Maksud Merekayasa Kesan

Ini sudah aku tulis di Kompasiana tapi perlu tak tulis maneh buat mereka yg mengira aku ini pinter..
Sejak aku sering nulis di medsos, bergaya counterculture, banyak orang mengira aku berotak encer (saking encernya sampai keluar lewat telinga--> kopok). Padahal soal begituan gampang dipelajari, pokok gelem mikir titik ae.
Itulah yang aku takutkan : dianggap pinter. Padahal disebut bodoh saja aku belum memenuhi syarat.
Awakmu lak ngerti, dunyo tambah suwe tambah benjut. Banyak orang reseh soal perbedaan. Beda berarti musuh. Menyombongkan diri sebagai yang paling unggul, paling benar, paling berkuasa, paling berjasa, sok yes.
Padahal Tuhan sengaja ngasih sudut pandang yang berbeda pada tiap manusia. Pada hakikatnya orang yang menganut agama yang bermacam-macam itu, bukan karena kehendaknya sendiri, tapi ada campur tangan Tuhan.
Makanya aku herman kalau ada orang yang menganggap orang lain itu najis, kotor, rendah, mbladus gak tau adus koyok wedus. Kalau pada dirinya merasa paling suci. Ndasmu..
Hidup adalah karunia. Jangankan dilahirkan jadi idiot, dilahirkan sebagai anjing pun itu sudah bagus. Semua punya peran dalam kehidupan. Jadi, aku tak mau merendahkan orang lain.
Untung aku dilahirno dadi wong Islam (tengkyu Tuhan). Bagaimana jadinya jika aku dilahirkan sebagai Nasrani, Cino, kaum minoritas yang sering dituding-tuding, dibatasi, diteriaki kafir oleh para pengapling surga. Opo gak pecah ndase ngono iku.
Padahal manusia tak bisa menolak jika terlahir sebagai kulit hitam, kulit kuning, bule, bermata sipit, Yahudi, idiot, SLB, ndlahom. Takdir itu pasti, bersyukur itu pilihan.
Karena Tuhan yang menganugerahkan kehidupan pada manusia, maka sebenarnya lucu kalau beribadah mengharapkan imbalan. Ibadah itu dalam rangka bersyukur, jika dapat imbalan, itu kuanggap bonus. Tuhan jelas-jelas berjasa pada manusia, kok tidak diakui.
Malah sekarang lagi trend sedekah 'ajaib'. Sedekah yang ngincer kembalian berlipatttt. Janji Tuhan dijanjikan oleh ustadzzzz. Sedekah Avanza berharap dapat Alphardddd. Oala Mat Mat.
Tapi jarno wis, sing penting gak maling, case close! Aku nggak akan nulis soal itu lagi walaupun akan jadi tulisan yang kickass!, di-share banyak orang (suombong raimu!).
Kau tahu, aku cuman begundal yang sedang bergaya. Awakmu ae sing ngawur menganggap aku adalah orang yang paham. Kalau aku nulis agama, dipikirnya aku paham agama.
Itu cuman entertainment Mblo! Tujuanku nulis adalah menghibur orang, syukur-syukur kalau menginspirasi (mungkin maqamku adalah penghibur). Kalau tulisanku disukai itu bukan berarti tulisanku bagus, tapi pas lagi untung ae.
Akeh wong sing cerdas tapi tulisannya nggak dilirik orang. Soale gaya tulisane serius banget, koyok surat gaden. Opo maneh tulisane dowo biangettt..sing moco sampek nangis, kesel mocone.
Dipikirnya kalau orang nulis soal agama itu pasti ustadzzz, nulis soal politik itu ahli politik, nulis puisi itu pasti pujangga. Uasuwok..
Orang yang menulis di medsos kebanyakan adalah orang yang 'merasa bisa'. Kalau orang yang bisa beneran, nggak akan nulis di sana. Orang berilmu tinggi malah sungkan nulis begituan. Kebanyakan malah nggak punya akun medsos.
Orang yang berilmu tinggi menggunakan medsos sebatas untuk kepentingan sosial. Bahkan banyak dari mereka yang menyesal punya akun medsos. Karena medsos berpotensi jadi media pamer, apa pun bisa dipamerkan. Dan juga bisa jadi ajang merekayasa kesan.
Banyak orang yang menulis di medsos menggunakan 'bahasa profesor' sebenarnya ingin terkesan cerdas dan intelek. Menggunakan banyak istilah asing yang sulit dipahami oleh gemblunger sepertiku.
***
Itulah ketakutanku dari dulu, dengan menulis aku jadi terkesan seolah-olah orang baik, bijak dan cerdas. Padahal aku bajingan asu yang belum bisa membedakan benar dan betul, karena kebenaran bukan kebetulan.
Aku hanya menulis yang aku tahu dari ilmuku yang sangat dangkal. Tak ada maksud merekayasa kesan....
Wis ngono ae...

Rejeki Tak Ada Hubungan dengan Karyamu Bagus atau Payah!

Pasti rame bila di Endonesah punya situs macam sketchmob.com. Di sana ilustrator, kartunis, digital painter, vectorist, tukang gambar..blak-blakan soal harga. Klien pun tak perlu malu lagi bertanya-tanya soal harga. Gak kakean cangkem. Take it or leave it.
Di situs itu tukang gambar jadi tertantang untuk berkarya lebih baik. Setidaknya pantas untuk dihargai Dollar (bukan rupiah). Walau jelek dan bagus itu relatif, tapi setidaknya bagaimana caranya karya kita nggak ngisin-ngisini.
Kalau harga bule perkepala 40 dollar, tapi di Endonesah nggak tega menghargai senilai itu. Banyak orang yg tak mampu di Endonesah. Bukan tak mampu secara finansial, tapi hatinya yg tak mampu. Pingine gratisannn ae. T:T
Saya sendiri baru saja bikin akun di sketchmob.com walau sudah lama tahu (Lha ya'opo, kakean akun ngelu ndasku). Itu pun salah bikinnya, seharusnya khan 'sign up as an artist', aku 'sign up as a celebrity'. Hadohh, terpaksa nggawe maneh...swemprul!
Buanyak tukang gambar hebat di Endonesah tapi nggak banyak yg berjiwa besar. Takut persaingan dan ingin makmur sendiri. Pelit berbagi. Ada situs bagus disembunyikan. Aplot (pamer) karya yg order orang Amrik (dollar Mblo) tapi nggak disertakan situsnya.
Ada lomba bagus pun pelit share. Aplot karya sehari sebelum detlain. Akhirnya orang yg baru tahu ada lomba, kelabakan bikin karya. Taekkkk. Saya sendiri sudah nggak pernah ikut2an lomba. Wis tuwekkk.
Dipikirnya kalau berbagi info situs art atau lomba, rejekinya jadi seret. Mungkin kebanyakan ikut seminar rejeki nggak jelas yang punya andil mencetak manusia-manusia kapitalisme itu.
Seharusnya kalau banyak saingan, semakin tertantang, berkarya lebih serius. Jika kalah, itu pun tidak berarti kalah, setidaknya kita sudah mengalahkan ego kita, keculasan kita. Kalah bukan berarti karya kita welek (nggak sedikit juri yg payah bla bla bla).
Dan bukan berarti kalau karya nggak laku itu rugi. Pemahaman mainstream khan dagangan nggak laku itu malapetaka. Padahal tidak selalu begitu. Selama kita menerima hal itu, kita jadi laba ikhlas, laba kesabaran, laba kebijakan..dan itu tak bisa diganti dengan uang.
Intinya rejeki tak selalu ditentukan oleh laku atau tidaknya daganganmu. Rodok angel iki, dan ini nggak diajarkan di seminar-seminar rejeki. Kapan-kapan dibahas...
Ada juga tukang gambar yg nggak berani nge-like karya seniman lain di medsos. Takut pelanggannya lari ke yg seniman lain tadi. Minder, karyanya kalah bagus. Oalaa..rejeki tidak ditentukan oleh karyamu lebih bagus atau lebih jelek dari orang lain Jek!
Buanyaak situs2 yg bisa untuk panen dollar (kalau beruntung) bagi tukang gambar. Yang mirip dengan sketchmob.com ini adalah fiverr.com. Juga ada paigeeworld, Nabaroo,..99designs.com oke juga, tapi kurang asyik bagiku, karena harus kontes dulu. Aku gak bakat menang Jek.
Seandainya ada paten-patenan rego, nggak masalah, kalau rela karya dihargai murah. Sing penting jujur : karya hasil efek Smudge (Photoshop) jangan diklaim Digital Painting. Itu Photo Manipulation. Wis ojok didebat, belajar nggambar ae sing bener.
Efek Smudge diciptakan untuk Desainer Grafis yang kurang bisa menggambar (jadi bukan utk tukang gambar). Dengan beberapa klik, foto menjadi lukisan instan! Dan itu untuk kepentingan industri, yg menuntut kerja (hasil) cepat.
Tak ada maksud sombong (karena aku bisa nggambar, walau nggak bagus2 amat). Tapi tak masalah kalau ente tetap ngotot karya Smudge adalah digital painting. Soal benar atau salah, tergantung nuranimu. That's all.
Ayoo tukang gambar Endonesah makmur barenggg!!!....Zuukk mariiii.

Antara Tulisan Asbun, Asnul dan Tulisan 'Tertib'

Karena aku bukan penulis, menurutku menulis itu bukan soal salah atau benar, tapi soal berani atau tidak. Wis ojok didebat, soale aku mesti kalah...semprul!
Semua butuh proses. Wajar kalau di awal nulis pasti morat-marit nggak karu-karuan. Tapi seiring berjalannya waktu, pastilah tulisan akan semakin mbois, otomatis. Tenang ae..
Tulisanku sendiri cuman asbun, asnul (asal nulis), nggedabrus..nggak layak disebut tulisan. Itu nggak penting. Yang penting pede, berani beropini. Walau nggak memenuhi standar kriteria tulisan yang benar menurut dosen linguistik.
Tapi lumayan aku belajar banyak dari konco2 blogger di situs Kampes si Yana. Walau sekarang jarang mampir, pusing, isinya mbahas Agus anake Bambang. Tapi aku masih sekali2 ngintip.
Aku takjub dengan teman2 yg ikut kompetisi nulis untuk Instansi, entah itu PLN, PDAM, BPJS dan lainnya. Di tulisan mereka, instansi2 tadi jadi kayak instansi malaikat, sama sekali tak ada cacatnya. Yang ditulis sisi baiknya tok. Ciyusss????
Aku sendiri nggak akan ikut lomba (menulis) seperti itu. Kalau aku nulis begitu, itu pasti dusta. Itu mengingkari hati nurani, bikin 'sakit'. Entah hatinya 'sakit', badannya 'sakit' atau hidupnya 'sakit'. Sori..
Aku memposisikan diri sebagai tukang kritik. Pada instansi2 itu, aku selalu melihat sisi jeleknya. Misal PLN, begitu gampangnya listrik padam. Angin kencang sedikit saja mati listrik, padahal itu belum kiamat!
Tapi dalam hal menulis atau berbuat apa saja, yang asyik itu--> berbuat baik ya berbuat saja, tak ada motifnya, tak ada tujuannya..pokoknya lakukan dengan tulus ikhlas dan sungguh-sungguh. Biar waktu yang akan menemukan takdirnya.
"Bro, awakmu nulis dalam rangka opo?" yo nulis ae. "Tujuane?" yo nulis. "Obsesine?" pokok nulis ae. Begitu juga dengan nggambar atau yang lain..kurang lebih sama. Nggak perlu bercita-cita. Sing penting iku ngelakoni opo ora. Ingat : Yg dinilai Tuhan usahanya, bukan hasilnya.
Kebanyakan orang selalu berpamrih atau terobsesi. Akhirnya saat obsesinya gagal, ngelu ndase, depresi--> bunuh diri. Saat tulisan tak ada yg nge-like atau coment, galau. Alaa raimu..
Itulah alasan kenapa statusku kemarin ada warning : "Tolong jangan di-share." Itu dalam rangka mematikan ego-ku yg ingin populer. Asline gak popo di-share. Ojok sampek aku nulis itu dalam rangka menginginkan popularitas, terkenal, banyak follower-nya. Taek kabeh..
Tulisanku di-copy paste juga nggk masalah tapi nggak bagus buat ente. Kapan ente pede menulis opinimu sendiri? (kecuali memang benar2 gak bisa nulis). Lagian nulis iku kesel rek, ente copy paste tanpa menyertakan penulisnya, gak ngregani blas.
Sebenarnya nggak penting orang disebut penulis, seniman, fesbuker, hijaber, rocker...yang penting output-nya menggembirakan, bermanfaat bagi orang lain. Embel-embel tersebut di butuhkan untuk keperluan administrasi, birokrasi, bikin KTP.
Di dalam kubur nggak akan ditanya sama malaikat, "Mas, sampeyan mbiyen profesine opo? Juragan sawah yo? Pirang hektar? kok ketoke tungkake sampeyan rengat kabeh."
Dan embel2 tadi disematkan oleh orang lain. Nggak ente sendiri yg bilang, "aku seniman lho.." (kecuali saat ngelamar kerja). Akeh wong ngono iku, cuman gara2 rambute gondrong, gak tau adus, keleke mambu ngaku seniman. Ngaku punya dapur rekaman ternyata dapur beneran.
Kembali ke soal tulisan..
Pembaca saiki nggak terlalu perduli soal tanda baca, yang penting 'isi'nya. Selama konten menghibur, bermanfaat, inspiratif dan aktual, orang akan mampir (walau faktor X juga menentukan). Yang perduli itu guru bahasa Indonesia, dosen fakultas sastra, juri lomba, editor buku LKS SD.
Buanyakk sekali tulisan cerdas yang malah sepi pengunjung. Bisa jadi karena terlalu tertib tanda baca atau paragrafnya rapet banget yg membuat pembaca kekurangan oksigen, megap2, nggak ada jedah utk ambil nafas.
Di kampus, di kantor, di koran tiap hari disuguhi tulisan 'tertib'..eh di medsos dijejeli tulisan seperti itu juga. Bosseeenn ndess!
Wis ah..

#iboropini