Jumat, 30 September 2016

HAM Is My Ass!


Rupanya trend retro tidak terjadi di dunia fashion atau otomotif saja, dalam kehidupan sosial budaya pun masyarakat dunia kembali ke jaman Nabi Luth. Berdalih HAM (Hak Azasi Manusia), nikah sesama jenis dilegalkan. Karena HAM, orang rileks telanjang di alun-alun. Atas dasar HAM, manusia dipersilahkan kawin sama wedus.

Kita pun ikut-ikutan mblendes, atas nama HAM guru mencubit murid dipenjarakan, bapak menampar anaknya sendiri, dipenjara. Lama-lama kita jadi mrongos karena men-dewa-kan HAM, konsep ideologi yang diadopsi dari Amrik (Barat) itu.
Tanpa konsep HAM pun kita punya hukum (adat maupun negara) yang tegas untuk menangani penculikan aktivis, demonstran ditembak, babu disepak ndase sama majikan..
Menurut Cak Nun, konsep HAM itu sebenarnya adalah ideologi Anti Tuhan. HAM adalah ideologi untuk melakukan apa saja, termasuk juga agar untuk tidak apa-apa kalau dianggap hewan.
Seharusnya visi utama kita adalah Kewajiban Asazi Manusia. Jadi, perilaku kita harus dalam batas manusia, jangan berlaku non manusia, jangan berlaku setan, jangan berlaku malaikat, jangan berlaku hewan, jangan berlaku tanaman (dadi eling konco mabuk sing macak dadi tumbuhan). Maka yang paling tepat adalah Wajib Azasi Manusia, bukan Hak Asasi Manusia.
Hanya Tuhan yang punya hak, manusia hanya punya kewajiban. Dalam hubungan sosial, manusia punya hak karena memiliki 'saham' (Nek gak tau mbayar iuran, gak tau kerja bakti, ojok nuntut hakmu Jek). Hak manusia hanya satu, hak memilih saat Pileg, Pilgub, Pilpres...
Sebelum Tuhan menyuruh manusia menyembah diriNYa, Tuhan menyediakan dulu semua kebutuhan hidup manusia : air, tumbuhan, hewan dan semua yang ada di alam semesta, termasuk akik.
HAM itu salah satu cara Amerika untuk menipu kita. Mereka tidak punya budaya lokal. Mereka adalah kumpulan orang yang tak punya akar dari berbagai macam negara.
Amerika sendiri tidak menerapkan HAM. Tengoklah kasus pelecehan, pemerkosaan warga sipil dan tawanan perang di Irak dan Afghanistan, melakukan penyadapan jalur komunikasi dan memata-matai negara lain, mendanai Israel menginvansi Palestina, dan masih banyak lagi.
So let's shout it out : "HAM is my ass!"
Orang Amerika tidak pernah punya akar. Mereka adalah orang yang terlepas dan melepaskan dirinya dari akar. Mereka berkumpul menjadi satu dan membuat ideologi dunia.
Globalisasi yang datang dari Amerika harus diruwat, 'racun-racun'nya harus dilenyapkan. Arab juga harus digarap. Tidak malah menjadi orang Arab. Lahir, hidup dan besar di Jawa kok jadi orang Arab. Ya'opo se koen iku.
Dalam konsep hubungan baik pada orang tua (istilah ustadznya 'Birrul Walidain'), kita adalah bangsa yang paling punya keluasan hati untuk menerapkan konsep itu. Jadi Islamnya orang Arab beda dengan Islamnya orang Jawa. Secara prinsip akidah dan akhlaknya sama, tapi output kebudayaan Islam itu beda.
Di Jawa ada istilah 'mbak', 'mas' bagi orang yang lebih tua. Di sono langsung panggil nama orangnya, tak perduli itu orang tua. Cobak bapake tonggomu kok celuk jenenge langsung, iso dijejek manukmu.
Kita punya budaya sopan santun bahasa kepada orang tua yang tidak dimiliki Amerika, bahkan Arab. Berbicara pada orang yang lebih tua bahasanya berbeda dengan yang lebih muda atau seumuran.
Dalam budaya kita, semakin tua semakin dijunjung. Di Amerika tidak ada, begitu umur pensiun langsung dijebloskan ke panti Jompo. Itu siksaan bagi para orang tua di Amerika.
***
Selama jutaan tahun kita teracuni oleh pikiran bahwa Barat itu hebat. Keyakinan itu berakar urat di kepala. Seolah-olah orang bule itu manusia kwalitas super. Dinikahi orang bule bangganya setengah mati. Pringas pringis turut embong..
Artis sinetron yang laris manis pun banyak yang blasteran bule. Dan peran untuk orang yang status sosialnya rendah (babu, office boy) pasti artis pribumi yang wajahnya ndeso. Logat bicaranya medok (Jawa) buanget. Seolah-olah orang yang bicaranya medok itu pekok, ndeso, kuno, ndlahom..
Barat memang hebat di teknologi (itu karena ada uang) tapi hancur di akhlak, nggak tangguh (terbiasa hidup nyaman), sentimentil dan ngacengan.
Okelah ada beberapa hal yang bisa kita tiru dari Barat. Misal dalam hal kesadaran akan hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, mau antri dengan tertib. Tapi dalam hal budaya, ideologi...mereka mblendes total.
Nggak papalah ngefan Metallica, Kurt Cobain, Batman, Thor...selama diambil kulitnya saja, semangatnya, untuk sangar-sangaran dan gaya-gayaan. Asal tetap jadi orang Indonesia.
Keistimewaan bangsa kita adalah tidak sekolah pun rakyatnya punya mindset hidup yang jelas. Orang Jawa, Sunda, Padang, Madura dan lainnya..punya dasar-dasar ilmu hidup.
Kalau di Jawa ada falsafah 'ngunduh wohing pakarti', 'becik ketitik ala ketara', 'Gusti Allah ora sare' dan lainnya, itu menjadi ilmu standarnya bangsa kita. Di suku lain pun punya falsafah serupa cuman bahasanya berbeda.
Sementara di Barat, harus orang terpelajar yang memiliki mindset nilai kehidupan. Kalau di sini, tukang becak pun bisa dan fasih diajak ngomong soal falsafah hidup. Itu yang membuat kita selalu bisa survive saat negeri ini ditimpa krisis.
Wis ngene ae..intine : Jowo digowo, Arab digarap, Barat diruwat..

*trims buat Cak Nun atas inspirasi dan ilmunya yang dahsyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar