Jumat, 30 September 2016

Propaganda Sesat Barat Soal Bahaya Tembakau



“Mitos-mitos kesehatan telah diciptakan. Bahaya tembakau dibesar-besarkan. Semuanya bukan dalam kerangka kejujuran ilmiah, melainkan atas nama kepentingan. Maka, tak banyak yang mau membuka mata bahwa partikel asap rokok bisa diolah menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan." (dr. Saraswati, MPsi, peneliti pada Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas, Malang)
Propaganda dan doktrin sesat dari Barat yang terus menerus soal bahaya rokok akhirnya membuahkan hasil. Kita pun jadi benci rokok (tembakau). Bahkan kaum bergamis yang Anti-Barat pun percaya dengan ilmu kesehatan dari Barat, sampai memfatwa rokok haram.
Propaganda yang bertujuan untuk menghancurkan komiditi tembakau. Karena kualitas tembakau Indonesia joss gandoss. Intinya jangan sampai negeri ini lebih besar, maju dari Barat. Nggak cuman tembakau, banyak yang diisukan nggak sehat oleh Barat.
Apesnya kita percaya begitu saja bualan orang Barat. Segala daya upaya dilakukan pemerintah agar rakyat tidak merokok. Salah satunya dengan ditakut-takuti gambar paru-paru bosok di bungkusnya plus tulisan "Rokok Membunuhmu".
Dan sekarang pemerintah sudah putus asa, "Mbokneancok arek-arek iku, tetep ngerokok ae." Akhirnya harga rokok dibikin fantastis, agar tak terbeli (tapi tenang saja, tetap akan dibeli).
Ketika perusahaan rokok mulai goyah, produksi menurun, PHK besar-besaran, dan lainnya, Phillip Morris siap bla bla bla bla bla...pikiren dewe.
***
Tak banyak yang tahu kalau rokok kretek (di Kudus, Jateng) hadir sebagai penyembuhan. Bahkan rokok pada massa itu dijual di toko obat. Terdapat tulisan di belakang kemasannya : “Kalau Anda batoek dan isep ini rokok, maka batoek Anda akan semboeh.”
Adalah Hadji Jamhari, pria Kudus yang kala itu (awal tahun 1880-an) menderita sesak nafas sejak lama. Tiap kali serangan sesak napasnya kambuh, ia gulung kuming saking menderitanya.
Untuk mengobati penyakitnya ia mencoba memakai minyak cengkeh, digosokkan di bagian dada dan punggungnya. Ternyata ia merasa baikan, tapi belum sembuh sama sekali.
Selanjutnya ia mencoba mengunyah cengkeh. Hasilnya jauh lebih baik. Sampai kemudian terlintas dalam pikirannya untuk memakai rempah-rempah ini sebagai obat.
Caranya sangat sederhana. Cengkeh dirajang halus, kemudian dicampurkan pada tembakau dan dipakai untuk merokok. Dengan cara ini ia bisa menghisap asapnya sampai masuk ke dalam paru-paru.
Hasilnya benar-benar di luar dugaan. Penyakit dadanya menjadi sembuh. Alhamdulillah puji Tuhan..
Cara pengobatan a la Jamhari pun terkenal di seantero penjuru tempat tinggalnya. Teman-teman, sanak famili, tonggo-tonggone, pasukan bodrek, beramai-ramai minta rokok mujarab Jamhari.
Hasilnya, oh yessss oh no oh mai got! Mereka merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa.
Sejak saat itulah rokok kretek populer di masyarakat Kudus. Permintaan pun berdatangan. Akhirnya Jamhari memproduksinya secara massal...
Minyak cengkeh memang telah lama dikenal sebagai penghilang rasa sakit. Tembakau sendiri memiliki manfaat untuk melonggarkan pernapasan. Tapi karena kita ditakut-takuti tembakau, lebih percaya pada ilmu kesehatan Barat, akhirnya kita tinggalkan ilmu kesehatan asli negeri sendiri.
Jadi jangan percaya begitu saja kalau rokok tidak sehat, yang tidak sehat itu cara merokokmu dan tidak merokokmu (bahaya perokok pasif itu juga bullshit!).
Wis ngene ae, percoyo karepmu, gak percoyo urusanmu. Saya sendiri bukan perokok, tidak jualan rokok dan tidak dibayar untuk menulis ini.
Kisah di atas cuman secuil cuplikan dari buku "Membunuh Indonesia", donlot di sini PDF-nya.
***
Ingat pesan Bung Karno :
“Penjajah tidak akan punah dan tidak sudi enyah dari muka bumi Indonesia ini, meskipun pada tanggal 17 Agustus 1945 telah kita proklamasikan kemerdekaan Indonesia!”
MERDEKA ITU MITOS!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar