Jumat, 30 September 2016

'Nabi' Mario Teguh



Ini tulisan lama dan tulisan pertama saya di Kompasiana. Saya sundul kembali mumpung masih anget berita kasus Maryono Teguh menolak megakui Kiswinar sebagai anaknya. Dan ini sudah di-share dimana-mana dgn copy paste sekenanya yg membuat tulisannya jadi morat-marit. Kecewa...

Oke langsung saja..

Sebelum membahas lebih jauh ngalor ngidul ngulon ngetan, perlu anda semua tahu bahwa saya ini bukan hater Mario Teguh (MT), tapi juga bukan lover-nya. Saya cuman merefleksikan gelisahan saya pada dampak kata-kata motivasi MT yang ditimbulkannya di kalangan masyarakat umum.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Atau bahasa sederhanya kata-kata motivasi adalah kata-kata yang menyemangati, tak kurang dan tak lebih. 

Motivasi Itu baik dan perlu untuk kita agar lebih mantap  beraktifitas, semangat dalam mengejar mimpi, nggak loyo, ndlahom. Tapi sori pakde, saya sendiri nggak suka dimotivasi. Mau berbuat baik, berbuat saja, nggak nunggu motivasi. Gak ngurus!

Kata-kata motivasi MT jadi masalah ketika mereka mulai meyakini dan mengamini serta melupakan sumber segala motivasi yang ada dunia ini--> Kitab Suci, default dari segala motivasi. 

Maka berduyun-duyunlah pemuja MT, manusia labil yang kurang sekali pendidikan agamanya. Yang biasa hidup secara instan--> kendaraan dibelikan, rumah warisan, sekolah disekolahkan, dapat kerja karena dititipkan, pokoknya segala kebutukan dicukupi orang tua, tanpa melewati masa-masa pahit untuk mendapatkan itu semua.

Sejak tampil di TV di acara De Gondes Wis, karir MT mulai merangkak naik dikenal masyarakat yang memang saat itu sedang cupet belum bisa beranjak dari keterpurukan krisis moneter. Harga kebutuhan mahal, lapangan kerja terbatas..PHK dimana-mana, biaya sekolah selangit, bla bla bla. 

Jrenggg!! MT datang bak satrio paningit yang membebaskan kegelisahan dengan kata-kata motivasi yang aduhai, menghujam tepat ke hati yang sekarat, jiwa-jiwa yang koma, menjelma doktrin.

Gaung MT dengan segala quotes-nya itu, sudah benar-benar melekat dan menjadi semacam kitab suci bagi para pengemarnya. Bahkan ada sebagian orang yang mengganggap MT adalah seorang Sufi??? What the hell! 

Ya'opo se rek, Sufi adalah seseorang yang meninggalkan segala hal yang berbau keduniawian. Bagaimana MT bisa disebut Sufi kalo dia pasang tarif sekali nyocot 125 juta!! O_O,  Itu belum termasuk akomodasi dan lainnya.

Urusan akhlak dan dagang harus dipisahkan. Seorang motivator, ustadzz atau guru, transfer ilmu atau memberikan pencerahan itu adalah pelayanan kepada manusia. Jadi mereka dibayar bukan karena transfer ilmu tapi karena waktu yang dikorbankan, akomodasi, tenaganya dan seterusnya. 

Derajat ilmu akan rusak karena dikapitalisasi atau diperdagangkan. Maka sekarang banyak orang yang pinter ngaji atau pinter teori tapi akhlaknya ancur minah.

Sufi  juga butuh makan tapi tidak se-matre itu Mblo. Sufi itu mencukupi kebutuhannya hanya sebatas yang dia butuhkan untuk sekedar hidup dan ibadah. Apalagi Mario Teguh juga membenarkan bahwa wanita itu boleh matre dan itu perlu. Katanya sih agar laki-laki bersemangat mendapatkan dan membahagiakan wanita matre tersebut dengan jalan kerja keras mendapatkan harta yang dimaui si wanita. 

Aku pikir kasihan sekali Lelaki tersebut. Menurut saya itu melemahkan hakikat arti sebuah cinta, pengorbanan, kesetiaan. Oke, memang dalam banyak hal, harta itu memang penting. Tapi berjodoh itu itu tidak melulu soal harta. Harta itu puenting tapi bukan yang terpenting! Kalau Anda berkeyakinan Harta adalah hal yang terpenting maka anda akan jadi budak dunia.

Harta yang berlimpah tidak menjamin hubungan lelaki dan perempuan bakalan bahagia, langgeng. Dan pastinya dalam kitab suci agama manapun materialistis itu nggak dibenarkan. Karena memperTuhankan benda, kemaruk terhadap harta, berbangga-banggaan, bermewah-mewah yang sifatnya sementara saja di dunia.

Banyak yang Bilang 'Hidup nggak semudah cocotnya Mario Teguh'. Itu Benar! Karena memang kebanyakan memang teori semata. Tapi memang nggak semua kata-kata MT itu bullshit. 
Ada beberapa kata-kata MT yang saya anggap ada benarnya. Misalnya agar kita tidak terlalu hemat dalam hidup dengan tujuan biar kita tahu kapan saatnya harus 'bergerak'. 

Orang yang pandai berhemat, digaji berapapun atau gaji nggak pernah naik akan tetap bisa hidup, karena pintar menyiasati dengan hemat tadi. Akibatnya karirnya nggak berkembang, jalan di tempat. T:T

Sebenarnya saat kita mulai merasa kurang itulah, kita seperti diberi tahu bahwa kita harus 'bergerak' mencari income yang lain. Dan orang akan lebih gampang menemukan potensinya saat mereka kepepet (the power of kepepet). Karena itulah saya nggak mau terlalu hemat, biasa ae. Yang penting nggak boros atau berlebih-lebihan.

Bagi saya, MT itu manusia biasa seperti kita yang berdagang jasa lewat rangkaian kata-kata manis yang sebagian diculik dari kitab suci dan sebagian lagi dari pemikirannya sendiri yang saya akui memang syuperrrr, gaul, kekinian. Yang bisa memabukan siapa saja, menyemangati jiwa-jiwa galau labil dan putus asa. 

Jadi Mario Teguh bukan seorang Sufi apalagi Nabi, cuman seorang realis yang butuh uang dan kejayaan. Well, that's all, 

Be carefull what you choose to believe!

Robbi Gandamana, 20 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar