Jumat, 21 Juli 2017

Dana 1, 5 Trilyun yang Merusak Citra NU dan Sentilan Cak Nun


NU dibully habis-habisan hanya karena berita miring yang menyebutkan "Kementerian Keuangan Salurkan Pembiayaan Rp 1,5 Triliun ke PBNU". Padahal pemerintah menggandeng PBNU (Pengurus Besar Nadlatul Ulama) untuk menyalurkan dana tersebut ke pengusaha lemah yang perlu mendapat kredit non bank. Jadi dana tersebut tidak hanya untuk umat NU.

Sebenarnya ini berita lama, sekitar Februari lalu, tapi di-blow up lagi oleh para "musuh" atau haters NU (pasti anda tahu lah siapa yang suka memusuhi NU) untuk menyudutkan dan merusak citra NU di masyarakat. Saya sendiri bukan umat NU, cuman penggembira.

Ini soal bantuan dana sebesar 1,5 trilyun dari pemerintah yang ditulis di Tribun News 27 Februari 2017 yang di-blow up kembali oleh para wedus haters NU. Membesar-besarkan berita seolah-olah PBNU telah menerima dana tersebut khusus untuk Ormas NU.

Dana tersebut dipercaya oleh para haters NU sebagai "uang damai'" agar NU tetap setia pada pemerintah dan ikut mendukung pembubaran Ormas anti pancasila. Tentu saja itu salah besar,
kejadian itu terjadi jauh sebelum Perppu Ormas diteken dan diberlakukan.

Karena berita kacau itu lah yang membuat NU dibully habis-habisan oleh pendukung Ormas Islam kaku haters NU. Dituduh sebagai Ormas penjilat pemerintah. Apalagi NU adalah Ormas yang mendukung pemerintah membubarkan Ormas intoleran anti Pancasila. Apes.

Padahal berita yang benar adalah pemerintah minta bantuan PBNU untuk memberikan data para pengusaha lemah yang perlu mendapat kredit non bank. Dan lembaga non bank yang akan mengeksekusi. Jadi nggak cuman umat NU yang dapat. Dana tersebut sebenarnya disalurkan ke semua warga negara Indonesia, Ormas Islam yang lain juga dapat, melalui berbagai sarana dan kerjasama.

Itulah kebanyakan manusia, levelnya masih Ksatria, bukan Brahmana. Bahagia kalau rivalnya tertimpa musibah. Umat yang bersebrangan dengan NU, bersorak-sorai bahagia karena nama baik NU rusak karena pemberitaan yang ngawur tadi. Mereka punya bahan untuk mendiskreditkan NU. Seperti lalat yang berpesta di atas borok yang bernanah.

Sebenarnya wajar banget kalau pemerintah menggandeng PBNU, lha wong punya basis kuat sampai ke akar rumput. Selain itu juga memiliki program pembinaan usaha yang paling banyak pesertanya. NU juga lebih dekat dengan pemerintah daripada Ormas Islam lain. Dan NU adalah Ormas Islam yang moderat dan Pancasilais, bahkan NU adalah Pancasila itu sendiri.

Dekat dengan pemerintah bukan berarti NU selalu sejalan dengan kebijakan Pemerintah. Lihat saja saat PBNU menolak kebijakan full day school.

NU sudah lama mengawaI bangsa ini sejak bangsa ini belum merdeka. Ingat Resolusi Jihad yang dirumuskan oleh para Ulama NU (22 Oktober 1945) untuk menghadapi sekutu di Surabaya, 10 November 1945. Resolusi Jihad itulah yang membakar semangat santri NU turut memanggul senjata siap mata sahid. Dan Resolusi Jihad masih berlaku sampai sekarang. Maka nggak heran kalau NU getol mendukung pembubaran Ormas anti Pancasila.

NU setia pada Pancasila karena Pancasila lahir dari sumbangan nilai-nilai Islam. Secara substansial Pancasila itu sangat Islam. Pancasila meminjam 6 kata dari Islam : adil, adab, wakil, musyawarah, rakyat dan khidmat. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, adalah pengejawantahan dari Surah Al Ikhlas. Begitu juga dengan sila-sila yang lain. Pikiren dewe, golek enake tok ae koen iku.

Jadi NKRI itu sebenarnya sudah Khilafah, tanpa perlu diformalkan jadi negara khilafah.

Oke, kembali ke soal dana 1,5 trilyun.

Di saat panas-panasnya bully-an terhadap NU, beredar video Cak Nun yang ngomong dengan bahasa khas menyinggung NU telah ngrakoti duit negara. Umat NU pun semakin merah mukanya. Padahal yang dimaksud Cak Nun adalah oknum NU. Oknum yang bermain dengan pemerintah, memanfaatkan loyalitas ribuan pasukan Banser yang siap mati membela NU.

Sangat tidak mungkin Cak Nun menghina NU. Lha wong beliau dekat dan bersahabat baik dengan tokoh-tokoh NU. Lagian, omongan Cak Nun kok dimasukan di hati. Semua tokoh atau orang penting di negeri sudah pernah diolok-olok Cak Nun. Dari SBY, Prabowo, Jokowi, Ahok, Anas, Anies, Anus, banyak lah. Itu semua dalam rangka kemesraan, antara sesepuh dengan anak-anaknya. Maka nggak heran kalau Cak Nun tidak pernah diperkarakan.

Jadi sekarang, jangan gampang terseret untuk membenarkan atau menyalahkan berita yang beredar di internet, apalagi sampai ikut-ikutan membully. Gunakan hati dan kecerdasanmu. Teliti dulu sebelum ikutan nggacor, nyangkem gak karu-karuan. Mending ambil saja manfaatnya yang membuatmu lebih baik jadi manusia. Dan yang paling penting jangan gampang diadu domba oleh pihak yang ingin umat muslim perang terus.


Sudah itu saja, zuukk mariii.

(C) Robbi Gandamana, 22 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar