Senin, 31 Juli 2017

Tani Maju, Band Jenaka yang Tangguh



Tani Maju, sebuah kelompok musik paling kucluk di Malang ini akan membuat album yang ke 4 dalam waktu dekat. Rencananya judul albumnya "Beda TOPI MIRING Bersama". Dengan personil yang paling gres : Novan (vokal), Joni (gitar), Wibi (bass), Sri (vokal), Leo (ketipung), Agus (cak cuk), Pleki (keyboard), dan Sinyo (drum).

Aku tahu kelompok musik Tani Maju karena beberapa personilnya pernah satu kandang di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) IKIP Malang di tahun 90 an, Sanggar Minat (seni rupa dan kerajinan) dan Opus 275 (seni musik). Kere bersatu menjalani hidup day by day di sanggar kumuh, mbambung total, mangan gak mangan pokoke berkesenian.

FYI, iklim berkesenian antar UKM seni IKIP Malang di era 90 memang sangat tinggi. Dari seni suara, seni musik, seni rupa, teater, karawitan, dan banyak lagi, semuanya berlomba-lomba unjuk gigi. Banyak lahir kelompok teater, kelompok musik maupun kelompok lakon (?). Aku sendiri dulu punya kelompok musik akustik yang memainkan lagu latin macam "Bamboleo" Gipsy King, tapi juga punya band yang memainkan lagu Metallica, aneh bin ajaib.

Tani Maju dibentuk tahun 1999. Kalau sekarang Tani Maju masih bertahan, itu karena daya survive-nya tinggi, tangguh. Lha wong sudah teruji hidup bertahun-tahun di "kamp konsentrasi" UKM IKIP Malang. Karena saking kerenya, pernah suatu kali berburu bekicot, untuk digoreng dijadikan lauk, di sekitaran kampus. Saat ada anak kecil bertanya, "Gawe opo mas?" Dijawab dengan santai oleh mereka, "Gawe pratikum.."

Setahuku nama Tani Maju adalah plesetan dari merk minuman keras Topi Miring (disingkat TM). Karena dulu kalau "upacara" yang diminum Topi Miring, minuman keras kere yang murah meriah, gampang dicari, dan nendang di kepala dengan cepat.

---Disebut upacara karena dulu acara minumnya dilakukan di lapangan upacara persis di bawah bendera merah putih saat malam hari di depan IKIP Malang gedung lama, sambil nyanyi-nyanyi nggak jelas. Makanya nggak ada Satpam yang curiga, dipikirnya latihan teater---

Itu dulu, biasalah tiap mahasiswa biasanya pernah memasuki masa itu. Masa mencoba dan bergaya. Dan sekarang mereka sudah tahu kalau minuman keras itu nggak asyik dan nggak enak--> karena rasanya pahit! Makanya sekarang kapok, nggak mabuk lagi, tobat nasuha.

Karena lulusan Fakultas Sastra dan Seni, wajarlah kalau personil Tani Maju raine terkesan ndeso dan medeni bocah. Tapi jangan salah, mereka warga Indonesia yang baik. Mereka adalah seniman yang nyambi jadi guru, dosen, pokoke wong penting lah.

Personil lama yang aku kenal adalah Novan (vokal), Wibi (bass), Joni (gitar), Poleng (menyusul penonton (embuh arek iki mbiyen nyekel opo))  dan lainnya, lali aku. Personilnya silih berganti, ada yang keluar karena diterima jadi PNS , ada juga yang diterima di sisiNya. Seperti nasib Poleng  yang "pamer kesaktian" naik motor dan menabrakan dirinya dengan truk yang melaju kencang. Akibat kebanyakan Topi Miring. Innalillahi..

Band ini (kok rodok wagu yo nek disebut band, asyike ancen kelompok musik) memang dikonsep untuk jadi band kucluk, mengajak orang gembira. Karena musik itu harusnya membuat orang bahagia. Jangan mendengarkan musik yang melemahkan, yang membuat mewek, meratapi hidup, dadi wong gendeng. Karena dunia ini sejatinya memang cuma senda gurau, jadi ojok serius-serius banget.

Karena band kucluk, musiknya pun suka-suka. Disebut band pop, tapi kok pakai ketipung. Disebut band dangdut tapi ngepop habis. Embuhlah itu disebut genre apa, yang penting hepi. Apalagi tiap personil punya latar belakang musik yang berbeda. Beberapa personilnya dulu pernah ngeband mengcover lagu yang ngetop di era 90 an dari G 'N' R, Nirvana sampai Sepultura. Sembarang gelem, pokoke iso gawe joget.

Tani Maju solid karena keberhasilan bersinergi antar personilnya. Bukan karena skill yang mumpuni dari tiap personil. Band yang tiap personilnya punya skill tinggi biasanya malah cepet bubar atau sering gonta ganti personil. Karena semua merasa punya andil, merasa paling berjasa membesarkan band, merasa paling yes, merasa paling penting. Akhirnya band pecah, personilnya pada solo karier, malah nggak laku, latihan terus tapi gak tau manggung.

Aku sendiri tahu Tani Maju punya lagu sendiri saat di rantauan (Solo), nggak di Malang lagi. Kupikir band ini kayak band IKIP lainnya yang cuman genjrang genjreng sesaat setelah itu bubar. Ceritanya, ada seseorang di kantor yang muter lagu "Castol". Awalnya aku nggak tertarik blas dengan lagu semacam itu, aku hanya muter lagu \m/etal gedabukan. Karena liriknya aneh, aku jadi penasaran. Dan ternyata..ngakak cuk! cukup menghibur.

Musik dan lirik lagunya fresh, unik dan konyol, pokoknya anti mainstream. Seperti lagu "Castol" di album pertama "Artis Top Daerah" (2005) yang bercerita tentang lem atau perekat. Di lirik lagu itu disebutkan Liem Swie King itu artinya Raja Perekat (Liem = lem, Swie = lama (suwe ; bahasa Jawa), King = raja). Iso ae.

Tani Maju bukan band humor kebanyakan yang  cuman meng-cover lagu orang yang di-medley dan dibikin lucu. Mereka percaya diri dengan karya sendiri. Walau sementara ini memang jadi artis daerah yang terkenalnya hanya di Malang dan sekitarnya, tapi yang penting mereka sudah berbuat sesuatu. Daripada terkenal tapi memainkan karya orang yang lirik lagunya dibikin lucu, apa hebatnya.

Wiz ah. Zelamat dan zuksez buwat Tani Maju. Zemogah zelaluh zehat, bizah teluz berkalyah zampai tuwah. Majzu myundul majzu myundul czanthik, tebal pezona bial menalik. Buwat pecintah muzik Indonezah : Jzangan belih kazet atauw zidi bajzakan, dan czintailah ploduk ploduk dalam negeli.

Adza adza ajza dwech ach.

(C) Robbi Gandamana, 31 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar