Kamis, 28 Desember 2017

Antara Logika Syariat dan Logika Hakikat



Saya selalu berusahaee", "baiklah", "boleehh", "masuukk", "zuukkk", dan "sipss keras menghindari perdebatan. Sama-sama ndlahom kok berdebat. Makanya komen di statusku kubalas dengan singkat, "aye". Tapi kadang ada saatnya imanku nggak kuat juga, akhirnya terjerumus dalam debat ndlahom.

Debat tanpa pemahaman ilmu tidak akan menjadikan kita tambah cerdas. Yang terjadi malah permusuhan atau hubungan pertemanan jadi rusak. Sudah pekok, kere, nggak akur. Perfect.

Apalagi kalau berdebat dengan orang yang logikanya syariat. Jadi pekok berjamaah. Karena nggak akan pernah ada titik temunya. Pekok bersatu.
Logika syariat dan logika hakikat itu sulit dipadukan. Salah satu contoh orang yang logikanya syariat itu bila dikasih pertanyaan kenapa Nabi Adam diturunkan ke Bumi? Kalau orang dengan logika syariat akan menjawab karena Adam telah memakan buah Kuldi.

Beda kalau pemahamannya hakikat, jawabannya akan begini : Tujuan Tuhan menciptakan Adam memang untuk ditempatkan di Bumi. Makan atau tidak makan buah Kuldi, Nabi Adam pasti diturunkan ke Bumi. Buah Kuldi itu bukan buah terlarang. Nggak ada larangan di surga. Adam dilarang makan Kuldi karena anak kemaren sore, belum dibolehkan makan buah itu.

Jadi, diturunkan di Bumi itu bukan hukuman. Hukuman yang sebenarnya adalah Nabi Adam dipisahkan dengan Hawa di Bumi. Adam diturunkan di sana dan Hawa di sono. Selama 40 tahun (ada yang bilang 300 tahun, juga 500 tahun) mereka saling mencari satu sama lain yang akhirnya bertemu di Arab.

---Btw, soal Adam dan Hawa jangan terlalu diambil hati, karena memang drama-nya seperti itu. Iblis memang sengaja dijadikan antagonis. Iblis adalah mantan malaikat (ada yang bilang jin) yang paling cerdas dan bijak. Hanya dia yang rela dikutuk-kutuk dan dijadikan simbol negatif dalam kehidupan ini. Jadi, biasa ae lah. Sing penting jangan tergoda rayuanya. Panjang kalau diulas, paling awakmu yo gak paham--

Ciri-ciri yang menyolok dari orang yang logikanya syariat adalah kaku, saklek. Mereka tidak memandang suatu persoalan secara menyeluruh, luas dan luwes. Tidak punya akar nilai. Seperti kemaren yang bilang merayakan Ultah itu haram karena 'menyerupai suatu kaum' (maksudnya kaum kafir), dan diancam "Jahannam!"

Padahal sekarang ini tidak bisa kalau tidak menyerupai suatu kaum. Bagaimana tidak menyerupai suatu kaum lha wong pagi-pagi sudah fesbukan, twiteran buatan Amrik. Jadi nggak serta merta merayakan ultah itu 'menyerupai suatu kaum'. Menyerupai ndasmu.

Repot kalau dikit-dikit 'menyerupai suatu kaum'. Kalau begitu jangan nabung di bank, karena bank itu pertama kali diberlakukan oleh kaum Yahudi. Jangan bepergian naik pesawat, karena pesawat terbang pertama kali ditemukan oleh orang Amrik. Jangan be'ol pakai toilet duduk, karena toilet duduk itu gaya Barat. Dan banyak lagi.

Jadi kalau ada yang bilang merayakan Ultah atau memperingati Hari Ibu itu haram, itu logikanya syariat. Semua perayaan itu ibadah Muamallah, hukumnya mubah! Yang haram itu foya-foya, mabuk-mabukan, dan semua yang berlebihan dan maksyiat. Kalau cuman nyanyi-nyanyi, meniup lilin, makan-makan ya monggo saja. Malah jadi berpahala. Menyenangkan orang kok nggak boleh.

Kasihan temanku yang kulitnya hitam, gembrot, wetenge mblendung, dan bau keringetnya buadek. Dia pasti akan dimasukan ke dalam golongan Buto karena menyerupai Gendruwo.

Zaman sekarang Tuhan dikenalkan sebagai makhluk yang sadis, pembunuh berantai. Sedikit-sedikit diancam neraka. Akhirnya banyak orang yang ibadah karena takut neraka (dan berharap imbalan surga). Padahal ibadah harusnya karena bersyukur, bukan karena kebelet surga dan takut neraka. Masuk surga itu juga karena rahmat Tuhan, bukan karena ibadah semata.

Kalau masuk surga karena amalan, kamu pasti kalah sama bossmu. Lha wong bossmu tiap sedekah jumlahnya tiga kali lipat gajimu yang UMR itu. Apesnya, uang sedekah bossmu itu hasil dari memeras keringatmu. Tanggal merah tetap masuk kerja, wajib lembur. Seandainya kiamat diumumkan, pasti akan tetap disuruh masuk kerja, dihitung lembur. Mamfuss.

Tuhan adalah cinta yang meraja. RahmatNya mendahului murkaNya. Segala penciptaan di dunia berawal dari cintaNya, karena Tuhan ingin bermesraan dengan hamba-hambaNya. Apa yang kita alami di dunia ini adalah proses percintaan kita denganNya. Karena itulah Tuhan Maha Pengampun. Kesalahan sebesar gunung pun akan diampuni kalau memang benar-benar tobat. Malah Tuhan bingung kalau manusia tidak pernah salah, Dia tidak bisa menjalankan sifatNya yang Maha Pengampun.

Ya sudah gitu saja, bahasannya sudah mulai ngelantur.

Zuukkk.

*Pekok = blo'on.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar