Kamis, 07 Desember 2017

Ketika Kebenaran Dibenturkan dengan Kebenaran (ILC TV One)


Sip lah, pernyataan Mahfud MD soal Khilafah di ILC kemaren ternyata sepemikiran dengan Cak Nun. Bahwa Khilafah itu bukan sebuah sistem pemerintahan, bukan gerakan ideologi yang akan mengganti sistem yang sudah disepakati (Pancasila). Gerakan ideologi seperti itu tentu saja terlarang, harus dihancurkeun.

Wis pokoke sip lah. Apik Fud!

Khilafah memang Sunnah Rasul, seorang Muslim harus Khilafah (berjalan di belakang Allah). Jika seorang Muslim jadi pemimpin, maka dia harus Khilafah, artinya semua keputusan yang dibuat harus tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi, Khilafah itu sebuah jalan yang harus ditempuh oleh seorang muslim, bukan sebuah sistem atau ideologi negara.

Khilafah itu bibit, bukan barang jadi. Ada yang ditanam tumbuhnya jadi Repuplik, ada juga yang ditanam menjadi Kerajaan, ada yang jadi NKRI. Jadi, NKRI sudah khilafah. Karena sebenarnya (ojok ngomong koncomu sing Kristen yo) Pancasila itu rumus dan atau substansinya diambil dari Al Qur'an bla bla bla aku pernah nulis soal ini, males mbaleni. Tapi tentu saja Pancasila itu universal, semua agama bisa menerima.

Soal pernyataan Abu Janda yang mengatakan hadits itu dihimpun 200 tahun sesudah Rasul wafat, menurutku nggak perlu Mahfud MD menganggap pernyataan itu menusuk atau melanggar tradisi pesantren NU. Lha wong itu pemahaman pribadi si Abu Janda. Kecuali si Abu Janda bicara atas nama NU.

Kalau jadi pemahaman pribadi monggo-monggo saja, asal tidak dipaksakan ke semua orang. Tidak seperti ideologi Khilafah-nya HTI yang dipaksakan ke umat yang masih ndlahom agama. Itu baru bahaya!

Abu Janda bukan jebolan pesantren atau institusi agama, jadi maklumlah kalau punya pemahaman begitu. Dia hanya otodidak yang mengandalkan akal sehatnya. Soal pemahamannya salah atau tidak, itu urusan dia dengan Tuhannya. Kok repot. Apa menurutmu omongan Ustadz Felix itu kebenaran? Enggak. Itu cuman tafsir.

Semua omongan Ulama, Kyai, Ustadz itu tafsir, bukan kebenaran tapi tafsir. Semua sama-sama mencari Islamnya Rasulullah. Seorang Muslim wajib tahu bahwa nggak ada kebenaran yang mutlak kecuali Al Qur'an, Rasulullah dan Allah. Kalau hadits? Nggak mutlak benar, masih harus diteliti, diverifikasi dan ditelaah lebih dalam. Karena itu produk 'katanya'. Walaupun shahih, kalau nggak masuk akal, jangan dipakai.

Saya tidak sedang meremehkan hadits, tapi mendayagunakan akal. Karena akal adalah karunia terbesar bagi manusia dan akal itu alat utama dalam berIslam, bukan Al Qur'an atau hadits. Sistem nilai yang terkandung di Qur'an akan sia-sia kalau tidak dipahami dengan akal. Coba saja kambing kamu sodori Al Qur'an, kambingnya paling cuman ndlahom jaya.

Soal kalah menang dalam debat ILC kemarin, menurutku nggak ada yang kalah dan yang menang. Saya tidak sedang membela Abu Janda atau Ustadz Felix. Semua punya kelebihan dan kekurangan. Saya akui Felix punya wawasan atau pengetahuan yang luas soal agama di banding si Janda. Tapi soal kedalaman memahami hidup, nanti dulu. Kalau cuma menghafal, anak kecil juga bisa.

Seandainya ada salah satu dari dua orang itu yang kamu anggap kalah, nggak usahlah pakai membodoh-bodohkan, hinaan, bully-an, apalagi sampai membenci. Muslim dilarang membenci manusia. Membenci itu pada pilihan hidupnya, pola pikirnya, dan seterusnya, jadi bukan pada manusianya.

Banyak orang yang kebablasan dalam menyikapi sebuah kemenangan (yang belum tentu menang).  Mereka bersorak girang atas apa yang menimpa seseorang yang dianggap kalah. Disertai dengan makian dan hinaan seperti lalat yang berpesta di atas borok orang. Seperti yang menimpa Abu Janda. Komentarnya asu tenan : "Ustadz taek!", "Ustadz peli!", dan lainnya. Padahal mereka ngakunya Muslim. Muslim cap opo iku rek.

Banyak orang wagu seperti itu, maksudnya memperjuangkan Islam tapi dengan cara bajingan. Dengan pedenya membodoh-bodohkan seorang Kyai, padahal ngajinya masih gratal grutul gelagepan koyok iwak muhajir eh mujahir. Terlihat pandai dengan cara membodohkan orang. Mengatai orang dengan kata-kata yang merendahkan. Apalagi setelah dicek, akunnya abal-abal, ternyata cuman pengecut profesional.

Bangsa ini memang rentan dibenturkan satu sama lain. Menurut Cak Nun, benturan antar Ormas atau golongan yang terjadi sekarang ini karena kesembronoan ilmu. Nggak terlalu paham ilmunya, tapi berdebat sengit soal yang nggak dipahami itu. Itulah yang terjadi pada Abu Janda dan Ustadz Felix. Nasab keilmuanya beda, madzhabnya beda, kok nekad debat. Itu yang disebut membenturkan kebenaran dengan kebenaran.

Tapi, jangan terlalu serius dengan tontonan ILC (Indonesian Liar Club). Sama juga dengan sinetron, semua yang ada di TV itu cuman dagangan. Mereka menjual polemik yang terjadi di negeri ini. Jadi semua itu cuman soal rating.

-Robbi Gandamana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar