Selasa, 19 Desember 2017

Boikot Setengah Matang



Kita memang bangsa yang rakyatnya suka ikut-ikutan alias latah. Ikut-ikutan marah saat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Aslinya banyak dari mereka nggak paham kenapa Yerusalem tidak boleh dijadikan ibukotanya Israel. Wis, embuh gak eruh, pasti terlihat konyol kalau aku yang menjelaskan. Mending tanyakan ke guru agamamu, Pak Sulthon Nirojim.

Seperti biasa, produk Amrik pun diboikot (boikot setengah hati, nggak semua produk. Kalau semua produk diboikot, bisa kembali ke zaman neolitikum). Aksi boikot pun juga banyak yang cuman ikut-ikutan. Nggak pernah ngopi di Starbuck, tapi ikutan memboikot Starbuck. Itu mirip pemboikot Traveloka yang nggak pernah naik pesawat. Apik Le.

Pokoknya kalau sudah atas nama solidaritas sesama Muslim, harus ikutan demo atau boikot! Gundulmu. Itulah mereka, orang lain dipikir seperti dirinya. Tiap Muslim punya cara, juga kesempatan dan kesibukan yang berbeda. Ada yang lebih urgen dari itu semua. Mumet ndase mikir utang durung nyahur kok ngurusi boikot. Makan itu boikot.

Makan ke KFC setahun sekali, teriak "boikot KFC!" Saat ikutan nggeruduk ke gerai KFC, eh lha kok ketemu tetangganya yang ternyata Asisten Manajer di sana --asyu--. Tentu saja doi tengsin berat . "Ojok ngomong sopo-sopo yo mas..janji lho, " rengeknya dengan muka burek abang ireng gak karu-karuan.

Jadi sebenarnya tanpa teriak boikot pun, mereka itu sudah memboikot dengan sendirinya. Lha wong nggak pernah ke KFC atau Starbuck. Dan nggak usah pakai acara segel segala.  Nggak ada pengaruhnya atau nggak akan merubah keadaan. Kalau gerai KFC, Starbuck, Mc Donald disegel, apa para penyegel itu mau menghidupi anak istri si karyawan yang terpaksa mbambung, kehilangan pekerjaan.

Kita ini sepertinya kekurangan cara melawan arogansi Zionis Israel dan kroninya. Akhirnya main boikot-boikotan. Padahal produk yang diboikot karyawannya orang Indonesia juga, muslim lagi.

Banyak orang yang berpikirnya sempit, dipikirnya kalau kerja di produk kafir langsung auto kafir, padahal jelas-jelas produknya halal. Ada seorang Muslim jadi Satpam di gereja langsung dicap kafir. Padahal mereka cuma menjaga benda dan nyawa jamaah gereja, tidak ikutan sembahyang. Nggak masalah yang kerja di gereja atau di mana pun, semua tergantung pada konsep dan niatnya.

Lagian KFC nggak ada urusannya dengan Donald Trump. Dan tidak semua orang Amrik pro dengan keputusan Donald Trump. Bahkan tidak semua Yahudi setuju dengan putusan itu. Juga nggak semua Yahudi suka dengan cara-cara Zionis mengintimidasi dan menyakiti rakyat Palestina. Salah satunya adalah Profesor Norman Gary Finkelstein.

Profesor Norman Gary Finkelstein adalah orang Yahudi asli. Ayah dan ibunya adalah korban tragedi holocaust oleh tentara Nazi Jerman di Auschwitz. Tapi dia tidak dendam pada Nazi dan malah mengecam keras orang Yahudi yang menjadikan tragedi holocaust sebagai alasan pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap warga Palestina. Menurutnya itu adalah tindakan yang hina.

"Kalau anda punya hati nurani, maka anda akan menangisi nasib penduduk Palestina (yang tertindas), bukan menangisi masa lalu (holocaust)!" kata Profesor Norman emosi pada seorang audiens yang menentangnya --cari sendiri link pidionya di fesbuk atau yutub. Nggolek enake tok ae kon iku--.

Tidak semua Yahudi itu Zionis atau pro dengan penindasan Israel atas Palestina. Karena sebenarnya semua agama mengajarkan umatnya berbuat baik pada sesama manusia. Salah satunya adalah tidak mendendam. Balas dendam tidak diajarkan oleh agama mana pun. Agama datang untuk mendamaikan, nggak malah jadi biang perang.

Boikot tidak menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. Apalagi ternyata produk yang kita konsumsi kebanyakan produksi Amrik. Ada cara yang lebih elegan dalam mengekspresikan sikap anti Donald Trump. Misal demo di depan kedutaan besar Amrik atau kalau berani langsung ke Palestina sana. Tapi berdiam diri bukan berarti nggak perduli, nggak masalah kalau bisanya cuman sedekah doa. Lha wong mampunya cuman itu. Tiap orang punya cara dan kesibukan yang berbeda.

Ya sudah itu saja. Percuma nulis panjang-panjang, aku gak yakin diwoco kabeh, ayo ngaku saja.

Zuukkk.

-Robbi Gandamana- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar